Aku Menemukan-Mu Dalam Pergumulanku

Saya sebelumnya beragama non-Kristen. Bahkan saya tidak mengenal mengenai Gereja, Injil, dan lain sebagainya, karena saya dari kecil hingga besar berada di lingkungan non-Kristen. Saya baru menjadi seorang Kristen Katolik tahun 2015. Saya menjadi seorang Katolik karena mengikuti hati nurani saya.Awalnya saya tertarik dengan teman-teman Kristiani yang notabene minoritas di sekolah saya. Memang pertemanan saya dengan orang Kristiani sudah sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), meskipun keluarga saya tergolong keluarga yang taat beragama. Saya pernah baca-baca tentang Kitab Suci Injil dan beberapa isinya menampilkan keistimewaan Yesus sebagai utusan Tuhan [Karena saat itu, saya belum meyakini bahwa Yesus  sebagai inkarnasi dari Tuhan]. Sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) saya suka baca-baca tentanga artikel Kristologi dan Sejarah Perjanjian Lama yang menceritakan tentang kehadiran Mesias di akhir zaman. Saya menyukai cerita konflik antara Kristus dengan Anti Kristus [Dajjal]. Entah mengapa dari situ muncul ketertarikan saya terhadap sosok Yesus, yang dalam Kitab lain, juga ditemukan tentang keistimewaannya. Akhirnya, saya memiliki niat untuk belajar agama Kristiani dan hal itu saya ungkapkan pada ibu saya. Ibu saya mendukung pilihan saya, tetapi merahasiakannya kepada ayah, dan keluarga lainnya hingga waktu yang tepat. 

Selama saya kuliah, saya mencoba menggali beberapa informasi tentang ilmu agama Kristiani. Tetapi selama masa pencarian itu, saya sempat terjebak dalam  lingkungan pergaulan yang justru menjauhkan saya dari niat awal. Banyak teman-teman Kristiani saya yang mempertontonkan hal-hal yang kurang terpuji, bahkan mereka menganggap tindakan salah itu sebagai suatu kewajaran. Akhirnya saya bergabung ke forum non-Kristen, karena saya masih tetap non-Kristen. Tetapi dalam forum itu, justru banyak pembahasan yang menjelekkan kaum Kristiani dengan mengatakan, Yesus itu Tuhan tanpa busana. Justru itu yang membuat hati saya memberontak dan kembali mencari teman-teman yang dapat berbagi mengenai iman Kristiani. Pada saat itu saya tidak cerita kepada mereka tentang niat saya untuk menjadi Kristen. Dalam proses pencarian itu saya terus menyelesaikan studi saya. Menjelang akhir studi saya, ibu saya menanyakan niat saya, untuk menjadi seorang Kristiani. Saya menjawab ibu saya dengan berkata bahwa saya menemukan banyak sekte dalam Kekristenan, yang membuat saya bingung dan aneh. Pernah sesekali saya ikut ibadat teman saya di salah satu Gereja Non-Katolik. Tetapi saya merasa tidak nyaman, karena berbagai alasan. Dari semua pengalaman itu, saya coba diskusi dengan ibu saya. Kemudian ibu saya bercerita, kalau saya seharusnya mencari yang lebih murni. Pada saat itu saya belum mengerti perbedaan Kristen Katolik dan non-Katolik. Namun demikian, saya pernah melihat video misa di luar negeri, yang ternyata menggunakan Kerudung Misa/Mantila. Saya merasa lebih pantas dan santun, karena memang latar belakang saya dari non-Kristen. 

 Ternyata Tuhan menyiapkan rencana yang terindah. Pada suatu waktu seorang Suster berkunjung ke rumah dan bertemu dengan ibu saya, untuk keperluan tertentu. Dari situlah ibu saya cerita kepada suster, tentang keinginan saya untuk mempelajari ilmu agama Kristen. Ibu saya juga cerita tentang kebingungan saya terhadap banyaknya sekte dalam Kekristenan. Suster itu pun menawarkan kepada saya untuk berkunjung ke biara mereka yang terletak tidak jauh dari rumah saya.  Ketika saya pertama kali datang ke biara, saya langsung diajak untuk menyaksikan Misa. Dari situlah muncul ketertarikan saya terhadap iman Katolik. Dan akhirnya saya menjalani masa katekumenat hampir 1 tahun. saya dibaptis tahun 2015 menjelang Hari Raya Natal. Sekarang saya sedang berusaha menjaga iman saya di tengah dominasi non-Kristen. Benar bahwa menjadi pengikut Yesus itu tidak mudah, karena banyak tantangan yang bisa menjauhkan kita daripada-Nya.

Editor: Silvester Detianus Gea

[Catatan: Sharing dikirimkan melalui WA. Pihak yang bersharing meminta agar identitasnya disembunyikan]. Kirimkan sharing anda ke nomor WA 0812 8228 1208 untuk dimuat di website:www.cahayakristus7.blogspot.com.

Aku Menemukan Salib-Mu


Saya sudah sejak lama berteman di Facebook dengan seorang Katolik. Sebelum itu dari kecil saya sudah pernah belajar tentang Kristen non Katolik. Namun dari pertemanan di Facebook itu saya mendapatkan pewartaan tentang iman Katolik. Memang selama ini sudah puluhan tahun tidak pergi ke gereja manapun, Tetapi dalam setiap iman dan doa saya tertuju kepada Tuhan Yesus. Saya didorong untuk kembali ke Gereja, tetapi Gereja Katolik. Saya pada awalnya mengalami kebingungan, karena saya belum pernah masuk ke Gereja Katolik dan tidak tahu tata cara ibadahnyak, saya takut jadi sorotan, dan takut ditertawakan . Tetapi teman itu yang selalu memberikan dorongan, akhirnya saya coba mengikuti misa pertama, dalam bahasa Mandarin, awalnya saya nervous. Karean saya tidak mengenal siapa-siapa. Saya sudah lama mempunyai kerinduan untuk ke gereja, tetapi saya tidak berani dan malu. Pada akhirnya saya di dorong dan dikuatkan untuk mencoba pergi ke gererja. Tetapi saat misa bahasa Mandarin tersebut, hati saya masih belum puas, karena tidak mengerti firman yang disampaikan melalui Homili.

Kemudian saya melanjutkan untuk mengikuti kebaktian di gereja Non Katolik di suatu kota. Lagi-lagi saya tidak tahu jadwal ibadahnya, saya melihat kebaktian sedang berlangusng, akhirnya saya masuk juga, namun saya tidak mendengarkan Firman Tuhan, karena terlambat. Akhirnya saya mengikuti sesi kebaktian kedua. Saya kebaktian di gereja non Katolik memakai bahasa Indonesia. Hari demi hari saya terus bertanya jawab dengan teman saya, karena saya pun tahu sedikit tentang cerita Alkitab. Saya sering juga membaca di FP Page, yang membahas mengenai iman Katolik. Pada tanggal 20 September 2015, saya pertama kali ke gereja, karena mengikuti masa katekumenat. Saya harus menunggu bulan Mei 2016, untuk mendapatkan Sakramen Baptis dan saya merasa lama sekali. Padahal ketika saya ke gereja non Katolik, ada pengumuman bagi yang mau baptis untuk mendaftarkan diri. Saya hampir saja mendaftar karena saya tidak sabar, tetapi sebelum daftar saya diskusi terlebih dahulu dengan teman saya. Berdasarkan saran dari teman saya, maka saya tetap menjalani masa katekumenat. Saya mengikuti masa katekumenat di dua tempat. Saya pun kewalahan karena bolak balik di antara ke dua tempat itu. Akhirnya saya mendapat info ditempat yang lebih dekat, akan menerimakan sekaligus tiga Sakramen. Maka, saya putuskan untuk mengikuti ditempat yang lebih dekat itu. Saya pernah complain pada teman, karena dalam Gereja Katolik, susah sekali proses menuju pembaptisan, padahal menurutku ditempat lain begitu gampang. Tetapi teman saya menjelaskan tentang hakekat iman Katolik, sehingga membuat saya sabar.

Saya juga merasa bersukacita, ketika saat saya dalam perjalanan menuju gereja pada hari minggu untuk mengikuti kelas katekumen, saya menemukan SALIB yang ada corpusnya. Tanpa sengaja saya melangkah dan melihat ke bawah, sudah melewati beberapa langkah, tetapi rasanya ada sesuatu benda tergeletak di lantai gedung. Kemudian saya kembali melihat dan tenyata sebuah SALIB. Saya berpikir jangan sampai salib terinjak-injak di jalan, kemudian saya pungut. Saya melihat salibnya berwarna kuning dan ada corpusnya. Saya senang, sekaligus takut, dan bingung, dan bertanya dalam hati ini milik siapa?. kemudian saya melanjutkan perjalanan ke gereja untuk mengikuti pelajaran masa katekumenat dan ikut Misa. Setelah Misa sore, saya bercerita kepada suster, suster melihat SALIB tersebut, dan mengatakan itu hanya kuningan, dan karena tak ada yang punya, saya pun menyimpannya. Ketika pulang saya penasaran saya mencoba bertanya ke toko emas, pura-pura mau jual, orangnya juga mengatakan, SALIB itu hanyalah berbahan chrome. Lalu dia pun mengetes, dan melihat nilai jualnya. kemudian, orang itu tidak mengatakan emas, dia justru mengatakan mereka akan membeli dengan harga $200 Sin. Itu artinya salib itu adalah emas, kalau chrome tidak mungkin ada harganya. Akhrinya, saya berkata kepada mereka, saya akan pikir-pikir dahulu sebelum menjual. Saya sebenarnya hanya ingin tes saja. Saya senang bukan karena itu emas, tetapi saya memaknai ini dalam perjalanan masa katekumenat yang saya lalui, karena pada waktu itu masih ada kebimbangan. Saya maknai penemunan SALIB itu, sebagai petunjuk dari Tuhan, untuk kembali kepangkuan keGereja Katolik. SALIB itu mempunyai makna rohani bagi saya pribadi. Saya sangat bersukacita karena Tuhan menunjukkan jalan kemana saya harus berlabuh.

Saya pun bingung mau ditaruh di mana lagi salib itu. Sempat hilang 8 bulan, entah terselip di mana. Saya merasa sedih ketika salib itu hilang, namun saya mencoba berpikir positif mungkin itu hanya titipan, dan kalau tercecer bisa didapati oleh orang lain, mungkin salib itu membawa jiwa baru. Saya berkata dalam hati, Tuhan sebuah SALIB saja, saya tidak mampu menjaganya. Namun saya berjanji tidak mau kehilangan “salib” itu dalam hatiku, salib sesungguhnya. Saya terus menghibur diri dengan berpikir positif, mungkin itu hanya sarana untuk saya masuk ke Gereja Katolik. Delapan bulan kemudian, ketika saya sedang membaca Alkitab, lalu saya berniat mencari Rosario gelang yang diberikan sebagai souvenir, ketika saya dibaptis. Saya ingin melihat cara penggunaannya, begitu kata hatiku. Kemudian saya bongkar barang-barang yang saya terima, pada saat saya dibaptis. Dan ternyata saya menemukan SALIB emas itu kembali. Saya sangat senang dan penuh sukacita. Kemudian saya pastikan supaya tidak hilang lagi, “saya pakai sebagai kalung sampai sekarang.” Memang ada rasa canggung karena SALIB itu emas. Terkadang ada rasa kecil hati, apabila orang menyindir dengan berkata “pakai kalung salib, tetapi tidak mampu pikul salib yang sebenarnya.” Saya merasa senang bisa bertemu dengan teman Katolik, sehingga saya mengenal iman Katolik dan sekarang menjadi seorang Katolik. Terima kasih telah berkenan menyediakan waktu untuk membaca sharing saya. Kalau ada waktu saya ingin menghubungi Silvester Detianus Gea, untuk bertanya mengenai Iman Katolik.

Editor: Silvester Detianus Gea

[catatan: Sharing dikirim melalui WA. Pihak yang bersharing meminta agar identitasnya disembunyikan]

MENGAPA WANITA SEBAIKNYA MENGGUNAKAN KERUDUNG MISA DI KEPALANYA?

Telah menjadi kebiasaan yang lama di dalam Gereja bagi seorang wanita untuk memakai kerudung Misa (veil) atau Mantilla saat Perayaan Ekaristi. Meskipun sekarang kebiasaan ini semakin ditinggalkan, tetapi tidak ada peraturan Gereja atau suatu hal lain pun yang melarang wanita untuk tetap melanjutkan praktik baik ini. Untuk berbagai macam alasan, praktik ini sangat direkomendasikan untuk dipopulerkan kembali.

Pertama, St. Paulus memberi tahu kita dalam 1 Kor 11:2-16 bahwa ketika seorang wanita mengerudungi dirinya sendiri saat Misa, dia mengakui Kristus sebagai kepalanya dan otoritas dari suaminya (atau ayahnya, jikalau wanita itu belum menikah) di mana sang suami dipanggil untuk menampilkan kepemimpinan Kristus dalam hidup sang wanita tersebut. “Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efe 5:23)

St. Paulus juga berkata bahwa rambut panjang wanita adalah “kehormatannya” (1 Kor 11:15), dan memanglah benar demikian. Rambut wanita adalah mahkotanya dan keindahannya! Tetapi dalam Misa, di mana kita dipanggil untuk secara sederhana hadir di hadapan Allah yang mahakuasa; kita harus berprinsip, seperti yang St. Yohanes Pembabtis katakan, “Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh 3:30). Jadi, seorang wanita mengerudungi dirinya sehingga seluruh kemuliaan diberikan kepada Allah dan bukan kepada dirinya sendiri.

Ketiga, tradisi Yudeo-Kristen, bejana kehidupan seringkali ditudungi/dikerudungi. Dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian dipisahkan dari bagian lain dalam Bait Allah oleh sebuah tabir yang mengerudunginya. Dalam Misa, piala yang berisi Darah Kristus ditudungi sampai ke Offertorium. Dalam Misa juga, Sibori yang berisi Tubuh Kristus ditudungi di dalam Tabernakel. Tubuh dan Darah-Nya ini, seperti yang Yesus katakan kepada kita, sumber dari kehidupan spiritual kita (bdk Yoh 6:53). Bunda Maria, sang bejana kehidupan, yang menyetujui untuk membawa kehidupan Kristus ke dunia, selalu digambarkan dengan sebuah kerudung di kepalanya. Seperti Bunda Maria, wanita telah diberikan keistimewaan yang kudus dengan menjadi bejana kehidupan bagi kehidupan-kehidupan baru di dunia. Oleh karena itu, wanita mengerudungi dirinya sendiri dalam Misa, sebagai cara untuk menunjukkan kehormatan mereka karena keistimewaan mereka yang kudus dan unik tersebut. Menggunakan kerudung juga merupakan suatu cara untuk meneladani Maria, dialah yang menjadi role model (panutan) bagi seluruh wanita.

Pax et Bonum

Sumber:

1. http://www.indonesianpapist.com/2011/07/mengapa-wanita-sebaiknya-menggunakan.html
2. http://www.katolisitas.org/wanita-harus-memakai-tutup-kepala-saat-ibadah-1-kor-113-15/

BAGAIMANA MEMAHAMI ARTI DUDUK DI SEBELAH KANAN ALLAH BAPA


Syahadat para Rasul menyebutkan bahwa kita percaya akan Kristus…. “yang naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa…”

Ada sejumlah orang yang mempertanyakan arti kalimat ini, sebab dengan Kristus duduk di “sebelah kanan Allah” maka sepertinya ada dua Allah yang dibicarakan di sini. Bagaimana memahami istilah ini? Mari mengacu kepada penjelasan St. Thomas Aquinas, sebab pertanyaan/ keberatan serupa juga pernah ditanyakan kepadanya. Yaitu: 1) Kalau Allah adalah Roh (Yoh 4:24) dan tidak bertubuh, maka bagaimana mungkin istilah “duduk di sebelah kanan” dapat digunakan di sini, sebab “duduk” itu mengacu kepada sikap tubuh. 2) Kalau dikatakan bahwa Kristus duduk di sisi kanan, artinya Bapa duduk di sisi kiri Kristus, sepertinya tidak mungkin demikian….

St. Thomas Aquinas menjawab keberatan/ pertanyaan ini, dengan mengacu kepada teks Kitab Suci, Mrk 16:19: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk (kathizō) di sebelah kanan Allah.”

“Saya menjawab, kata “duduk (kathizō)” mempunyai arti ganda; yaitu “tinggal (abide)” seperti dalam ayat Luk 24:49, “Tetapi kamu harus tinggal (kathizō) di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi,” dan juga “kuasa kerajaan/ pemerintahan”, sebagaimana dalam Ams 20:8: “Raja yang bersemayam (kathizō ) di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.” Nah, dalam kedua arti inilah Kristus dikatakan “duduk” di sisi kanan Allah Bapa. Pertama-tama, sebab Ia tinggal secara kekal dan tak tergantikan dalam kebahagiaan Allah Bapa, maka Ia disebut sebagai tangan kanan-Nya, menurut Mzm 16:11, “…di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” Maka St. Agustinus mengatakan (De Symb. i), “Duduk di sebelah kanan Allah Bapa’: Duduk artinya tinggal, seperti kita mengatakan tentang siapapun: ‘Ia duduk di negara itu selama tiga tahun’: Maka, percayalah, bahwa Kristus tinggal di sebelah kanan Allah Bapa: sebab Ia bahagia dan tangan kanan Bapa adalah istilah bagi nikmat-Nya.” Kedua, Kristus dikatakan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, karena Ia berkuasa bersama Bapa, dan mempunyai kuasa memerintah dari Dia, seperti seseorang yang duduk di sebelah kanan raja membantu sang raja dalam memerintah dan menghakimi. Maka St. Agustinus mengatakan (De Symb. ii): “Dengan istilah ‘tangan kanan’, pahamilah kuasa yang diterima oleh Orang ini yang dipilih Allah, sehingga dapat datang untuk mengadili, yang dulunya datang [ke dunia] untuk diadili.

Jawaban untuk keberatan 1): Sebagaimana dikatakan oleh St. Damaskinus (De Fide Orth. IV): “Kita tidak berbicara tentang sebelah kanan Allah Bapa sebagai sebuah tempat, sebab bagaimanakah mungkin sebuah tempat ditandai sebagai sebelah kanan-Nya, padahal DiriNya sendiri berada mengatasi segala tempat? Sebelah kanan dan kiri merupakan sesuatu yang ditentukan oleh suatu batasan. Namun kita mengartikan, sebelah kanan Allah Bapa, sebagai kemuliaan dan penghormatan bagi Allah.

Jawaban terhadap keberatan 2): Argumen ini baik seandainya ‘duduk di sebelah kanan’ itu diartikan secara lahiriah. Oleh karena itu St. Agustinus (De Symb. i) mengatakan: “Jika kita menerimanya dalam arti jasmani bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah Bapa, maka Bapa akan duduk di sebelah kiri. Tetapi di sana”, yang adalah kebahagiaan/nikmat kekal, “itulah tangan kanan, sebab tak ada kesengsaraan di sana.”….” (Summa Theology III, q. 58, a.1)

Dengan penjelasan ini, kita mengetahui bahwa Gereja mengartikan istilah ‘duduk di sebelah kanan Allah Bapa’ tidak terbatas dengan pengertian kata duduk sebagaimana kita pahami pada dua orang yang duduk bersebelahan. Karena kata ‘duduk’ sendiri mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar meletakkan tubuh kita sedemikian di kursi/ tempat duduk. Maka Yesus dikatakan ‘duduk’ di sebelah kanan Allah Bapa, karena Ia tinggal bersama-sama Bapa dan mempunyai kuasa kepemimpinan, yang diterima-Nya dari Allah Bapa.

http://www.katolisitas.org/bagaimana-memahami-arti-duduk-di-sebelah-kanan-allah-bapa/

APA DAN MENGAPA SELIBAT?


oleh: Romo Francis J Peffley

Tuhan Yesus adalah seorang imam (Ibrani 4:14: “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah”). Ia hidup selibat dan memanggil kita untuk melakukan hal yang sama. Petrus berkata: "Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut Engkau." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya, orangtuanya atau anak-anaknya, akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” (Luk 18:28-30).

Abraham diminta untuk mengorbankan anaknya, Ishak (Kej 22). Melalui hidup selibat, seorang imam diminta untuk mengorbankan bukan hanya anaknya, tetapi juga isterinya. Yesus mengajarkan bahwa tidak semua orang dapat hidup selibat, tetapi mereka yang dipanggil baiklah ia melakukannya demi Kerajaan Allah: Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja - ada orang yang membuat dirinya demikian (selibat) karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Mat 19:10-12).

Selibat adalah tanda kebangkitan; kita semua akan hidup selibat di kehidupan yang akan datang. Yesus mengatakan: “Pada waktu kebangkitan, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” (Mat 22:30). Sesuai dengan teladan Kristus, para imam dipanggil untuk hidup selibat di kehidupan sekarang ini dan di kehidupan yang akan datang. Elia dan Yohanes Pembaptis, dua orang nabi besar, juga hidup selibat. St. Paulus bahkan menganjurkan hidup selibat di antara kaum awam. Ia menulis: “Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang! Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya” (1Kor 7).

Selibat bukanlah sesuatu yang tidak wajar, melainkan sesuatu yang adikodrati. Selibat adalah karunia khusus dari Tuhan. Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh Manusia. Sebagai manusia, Ia hidup sepenuhnya sebagai seorang manusia, dengan memilih hidup selibat. Selibat adalah mengorbankan keindahan hidup perkawinan demi Kerajaan Allah. Selibat bukan untuk orang yang tidak tertarik kepada lawan jenisnya. Tetapi, untuk mereka yang memang tertarik oleh lawan jenisnya. Jika mereka memang tidak tertarik, tidak akan ada pengorbanan untuk tidak menikmati hidup perkawinan. Selibat tidak menarik bagi dunia sekarang ini, karena selibat merupakan pengorbanan, dan pengorbanan bagi Tuhan bukanlah sesuatu yang disukai orang pada masa ini. Namun demikian, pendapat dunia tidaklah meresahkan Tuhan Yesus yang mengatakan: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” (Yoh 18:36)

“Kemurnian bukannya layak dipuji karena dilakukan oleh para martir, tetapi karena kemurnian itu sendiri menjadikan kita martir.” ~ St. Ambrosius


sumber : Romo Francis J. Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.”

http://yesaya.indocell.net/id432.htm

WASPADALAH TERHADAP AJARAN MORMON'


Oleh: Fransiskus Silvester Detianus Gea

Pada hari ini saya sangat beruntung karena mendapat Kitab Mormon dari seorang teman. Mungkin karena saya suka mempelajari aliran-aliran yang nyeleneh, makanya auranya kebawa-bawa. Ketika saya ketemu teman langsung diberikan karena menurut dia ajarannya aneh.

Penganut Mormon meyakini bahwa Joseph Smith adalah Seorang Nabi. Nabi JS diyakini menerima Kitab Mormon dalam bentuk Lempengan-Lempengan. Menurut Kitab Mormon ada 3 Orang yang menyaksikan Joseph Smith menerima Wahyu yaitu; Oliver Cowdery, David Whitmer, Martin Harris.

Menurut kesaksian Joseph Smith ; pada malam...tanggal 21 September 1823...ia berdoa dan membawa permohonan kepada Yang Maha Kuasa...saat dia dalam tindakan dalam meminta permohonan pada Allah, ia melihat seberkas cahaya yang tampak dalam ruangannya. menurutnya ruangan itu terus meningkat terangnya hingga tengah hari, dan suatu sosok makhluk menampakkan diri ditempat tidurnya, berdiri di udara, dan kakinya tidak menyentuh lantai, dll.

Pengikut Nabi Joseph Smith menamakan diri 'Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Dalam kitab Mormon ada beberapa kitab yang sama sekali tidak ada dalam Alkitab Umat Kristiani sejak abad pertama. Kitab-kitab Mormon itu adalah 1-2 Nefi, Yakub, Enos,Yarom, Omni, kata-kata Mormon, Mosia, Alma, Helaman, 3-4 Nefi, Mormon, Eter, dan Moroni. Mereka mengatakan kitab ini sejajar dengan Alkitab Kristiani. Namun kitab ini katanya sebuah catatan sakral tentang orang-orang di Amerika Kuno, dan diukur di atas Lempengan-Lempengan logam. Isi kitab Mormon ini mereka cocoklogi dengan Alkitab yang sudah ada sebelum ajaran Mormon ini ada.

Bagi saya inilah yang dimaksud nabi palsu, menciptakan kitab lalu mengarang bahwa Tuhan memberi kitab padanya. Lebih ngerinya mereka mengklaim diri orang-orang suci akhir zaman dan kunci kepemimpinan Rasul Petrus telah di serahkan kepada Joseph Smith. Saya jadi berpikir apakah kalau saya bermimpi di siang bolong lalu saya tulis 'bisa jadi kitab'? Atau sedang berdoa saking khusuknya tidak bangun-bangun 'lalu saya catat kisahnya? Kemudian saya berkata ini Kitab yang diturunkan padaku oleh malaikat? Saya yakin kalau begitu sudah lama Fransiskus Silvester Detianus Gea, sudah menjadi nabi.

Sumber: Kitab Mormon-Satu Kesaksian Lagi Tentang Yesus Kristus. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia 2016. New York, 1830. hlm. Vii-ix.

Mengkritisi Ajaran Saksi Yehuwa

Majalah Saksi-Saksi Yehuwa
Pada hari raya ketiga malaikat Michael, Gabriel, dan Raphael, kita patut meninjau kembali pertanyaan ini: Apakah benar ajaran Saksi-Saksi Yehuwa yang percaya bahwa malaikat Michael dan Yesus adalah oknum yang sama?

Saksi-saksi Yehuwa tentu berkata: ya. Saksi-Saksi Yehuwa mempertahankan bahwa Yesus adalah malaikat Michael sebelum kedatangannya di Bumi: menurut mereka "Bukti Alkitab menunjukkan bahwa nama Michael disebut Anak Allah sebelum ia meninggalkan surga untuk menjadi Yesus Kristus dan juga setelah kembali" ( Bantuan untuk Memahami Alkitab , Menara Pengawal Bible & Tract Society, 1971, 1152).

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan kepercayaan yang keliru melalui tafsir dari dua ayat Alkitab:Daniel 10:13, 21, di mana dalam ayat itu disebutkan bahwa Michael sebagai "pemimpin besar," dan I Tesalonika 4:16, di mana Tuhan Yesus digambarkan sebagai turun dari surga diiringi suara malaikat ini.

The Jehovah Weaknes sendiri dalam Alkitab Edisi Terjemahan Dunia Baru (Alkitab ala SSY), menerjemahkan sebagai berikut: "Tuan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan suara penghulu malaikat."

Menurut JWs, Michael adalah satu-satunya malaikat selain Gabriel yang disebutkan dalam Alkitab. (Malaikat Raphael disebutkan dalam kitab Tobit, tetapi karena Saksi-Saksi Yehuwa muncul dari Protestan, mereka menggunakan Alkitab versi Protestan, yang kitabnya dihilang pada abad ke 16 dari Deuterokanonika kitab Perjanjian Lama)

Karena Tuhan Yesus turun dari surga "dengan suara penghulu malaikat ini," Menurut JWs bagian ini sebagai "menunjukkan bahwa Yesus, sebagai penghulu malaikat. ( Bantuan untuk Memahami Alkitab , 1152).

Sementara ada beberapa masalah penalaran dalam baris ini, ada dua titik yang menunjukkan dengan mudah mengungkapkan kesalahan penafsiran saksi-saksi Yehuwa.

Pertama, fakta bahwa Tuhan Yesus turun "dengan suara penghulu malaikat" tidak berarti bahwa itu adalah suara Yesus sendiri yang dibicarakan. Bagian ini hanya mengatakan bahwa suara seorang malaikat akan menemani turunnya Tuhan dari surga. Seumpama suara jurusita ketika hakim masuk ke dalam ruangan.( dengan reflek "Semua berdiri!). Maka suara itu adalah bukan suara hakim (analogi sederhana)

Kedua, Ibrani 1: 5 mengatakan, " sebagai contoh, kepada siapakah dari antara para malaikat Ia pernah mengatakan:" Engkaulah Putraku; Aku, Aku, hari ini, Aku telah menjadi Bapakmu"? (Terjemahan Dunia Baru Alkitab ala SSY). Jawaban untuk pertanyaan itu adalah, tentu saja, "tidak ada." Tidak ada malaikat yang Allah katakan sebagai Putra/Anak, maka Yesus bukan malaikat Michael.

Dengan demikian, jika Tuhan tidak pernah menyebut malaikat sebagai Anak-Nya, maka Michael - yang adalah seorang malaikat - tidak bisa menjadi Anak (tidak sama dengan Yesus).Fakta bahwa Michael adalah malaikat tidak mengubah apa pun, karena ia masih seorang malaikat. Seorang malaikat tetaplah seorang malaikat, walaupun Ia mempunyai tatanan sbagai penghulu malaikat, - berarti hanya "penguasa" dalam situasi dan konteksnya sebagai malaikat/penghulu malaikat."

Sumber: https://www.catholic.com/…/a-jehovahs-witness-identity-cris…

Diterjemahkan oleh Silvester Detianus Gea

Mengenal Saksi Yehuwa


Mungkin bapak/i/saudara/i pernah mendengarkan kata Kristenisasi. Tentu tidak asing bagi bapak/i/saudara/i, karena itulah yang sering kita dengar dari orang-orang non Kristen. Benarkah yang melakukan itu umat Kristiani? Bapak/i/saudara/i tentu pernah dikunjungi oleh orang yang mengaku Kristen lalu memberikan pada anda buku "Menara Pengawal", "Apa yang sebenarnya Alkitab Ajarakan""Sedarlah" ?, dll. Buku-buku tersebut beredar bak promosi makanan yang dijual secara murah. Ketika saya masih kuliah di Univ. Atma Jaya, persis di depan halte juga berdiri orang-orang muda yang membagi-bagikan buku-buku tersebut.

Indonesia salah satu negara yang menghormati dan menjamin orang lain untuk meyakini agama yang mereka anut. Tentu umat beragama di Indonesia resah atas perbuatan para saksi yehuwa ini. Bagaimana tidak, mereka datang ke rumah-rumah orang yang sudah beragama dan mengajarkan doktrin T.Z. Russel, pendiri organisasi Saksi Yehuwa. Mereka datang ke rumah-rumah orang orang beragama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, untuk mengajarkan dan menarik umat agama lain untuk mengikuti aliran mereka.

Tulisan ini sekaligus berguna untuk memberitahukan kepada bapak/i/saudara/i bahwa yang datang ke rumah anda dengan mengaku Kristen adalah aliran Saksi Yehuwa. Aliran ini adalah aliran radikal dan dianggap sesat dalam kekristenan. Maka, saya berharap bapak/i/saudara/i yang dikunjungi rumahnya untuk mengajarkan dan menyebarkan buku-buku seperti saya sebutkan di atas, lebih baik usir saja. Setiap orang bebas meyakini agamanya dan tidak boleh menyebarkan agama dengan cara-cara kurang terpuji.

Berikut adalah Ajaran saksi Yehuwa secara garis besar; 

1. Yesus itu malaikat Michael dan ciptaan Allah/suatu allah (Alkitab Terjemahan Dunia Baru versi Saksi Yehuwa, Yoh. 1:3). 

2. Tidak boleh donor darah. 

3. Dunia sekarang adalah Firdaus masa depan, menolak kefanaan dunia, 

4. Yesus disalib pada satu tongkak bukan salib seperti yang diyakini oleh umat Kristiani pada umumnya. 

5. Jiwa berkematian. padahal jiwa kekal menurut Yesus bagi yang ikut BKSN pertemuan kedua, mengenai perumpamaan orang "kaya yang bodoh"), 

6. Mereka menolak memakai salib karena mereka yakin Yesus disalibkan pada satu tiang. 

7. Alkitab mereka revisi sesuai ajarannya, dengan mengganti isi Alkitab yang mereka sebut "Terjemahan Dunia Baru."

8. Mereka juga mengajarkan tidak patuh pada badan atau organisasi yang dibuat manusia, termasuk organisasi keagamaan.* dan masih banyak lagi.

Sumber:
*dikutip dari buku "Apa yang sebenarnya Alkitab Ajarkan, Majalah Sedarlah, Majalah Menara pengawal.

 Penulis:  Silvester Detianus Gea

Lini Waktu Skisma Barat-Timur


Image result for Skisma timur dan barat
Peta Perkembangan Kekristenan

TAHUN 1667 MASEHI

Gereja Ortodoks Rusia mengadopsi Kredo Athanasius (minus “klausul Filioque”).

Adopsi Kredo Athanasius nampaknya berhubungan dengan reformasi liturgi yang dilakukan dibawah Patriark Nikon dari Moskow (1605-1681) setelah Rusia merebut kembali Ukraina dari Polandia pada tahun 1667. Sebelumnya sebuah distrik metropolitan dibawah Konstantinopel, kondisi-kondisi tertentu haruslah dipenuhi sebelum Ukraina dapat menerima kepemimpinan Patriark Moskow. Demi ini, Nikon mengenalkan reformasi di dalam ritual Rusia yang melekatkan diri lebih kepada liturgi Bizantium original yang, dia temukan, telah didistorsikan di dalam terjemahan Slavonik dari bahasa Yunani. Reformasinya, akan tetapi, menyebabkan skisma, dengan banyak klerus Rusia menolak untuk melepaskan ritual-ritual yang telah diikuti berabad-abad. Tetapi, pada sinode Rusia tahun 1667, para penolak tersebut dideklarasikan sebagai skismatik.

TAHUN 1646 MASEHI

Uniat Uzhorod dibentuk, dimana kelompok lain dari klerus dan awam Ortodoks Timur (kali ini dari wilayah Transkarpatian yang sekarang menjadi Slovakia, Ukraina dan Hungaria) juga memohon diterima ke dalam komuni dengan Roma.

TAHUN 1724 MASEHI

Setelah perselisihan seputar suksesi patriark dalam Gereja Ortodoks Antiokhia, sekelompok Melkit di Siria mencari untuk kembali kepada komuni dengan Roma. Roma mengakui Patriark Katolik Melkit di Damaskus.

TAHUN 1780 MASEHI

Gereja Ortodoks Yunani mengadopsi Kredo Athanasius, akan tetapi sesegeranya kemudian mencabutnya lagi.

TAHUN 1800AN MASEHI

Gereja Katolik Roma mendefinisikan Infalibilitas Kepausan dan Immaculate Conception Maria menjadi dogma kepada gereja universal. Berbagai komunitas Ritus Bizantium di Eropa Timur dan Ukraina masuk ke dalam komuni dengan Roma, membentuk bagian besar dari Greja Katolik Bizantium.

TAHUN 1950 MASEHI

Paus mendefinisikan Diangkatnya Maria (dikenal juga dengan Dormition) sebagai dogma.

TAHUN 1965 MASEHI

Paus Paulus VI dan Patriark Athenagoras dari Konstantinopel bertemu dan menganulir ekskomunikasi bersama. Sekalipun hubungan yang lebih baik dimapankan, Skisma Timur-Barat berlanjut.

TAHUN 1991 MASEHI

Paus Yohanes Paulus II mengupayakan reuni dengan Timur. Dia mengakatakan, “Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks adalah dua belahan paru-paru di dalam Tubuh yang sama.” ... dan bagaimana “kita harus belajar untuk bernafas dengan kedua belah paru-paru”. Dia juga mendeklarasikan bahwa “ketidakpedulian akan Ritus Timur adalah ketidakpedulian akan Gereja.”

TAHUN 1993 MASEHI

Yohanes Paulus II mengefekkan reuni dengan Patriark Nestorian, menyambut umat Nestorian Syria dan Irak kembali ke dalam komuni dengan Roma setelah mereka menerima dogma “Theotokos”. Skisma Nestorian tahun 431 masehi secara garis besar dipulihkan; dan umat Kristen Apostolik di Irak sekarang disebut Katolik Kaldea.

TAHUN 1994 MASEHI

Sebagian signifikan komunitas Anglikan masuk kembali ke dalam komuni dengan Roma.

TAHUN 2000 MASEHI

Maret 12 tahun 2000, di Vatikan Roma, Paus Yohanes Paulus II secara formal memohon pengampunan akan berbagai dosa yang dilakukan oleh Gereja Katolik sepanjang dua milenium terakhir. Dalam homili “Hari Pengampunannya”, Paus mengaku:

“... Kita tidak dapat tidak mengakui [adanya] ketidaksetiaan kepada Injil yang dilakukan oleh beberapa saudara-saudara kita, terutama pada milenium kedua. Marilah kita memohon ampun akan perpecahan yang terjadi di antara umat Kristiani, untuk kekerasan yang digunakan beberapa orang demi pelayanan kebenaran dan untuk sikap tidak mempercayai dan bermusuhan yang kadangkala digunakan terhadap pengikut agama-agama lain.”

TAHUN 2001 MASEHI

Paus Yohanes Paulus II mengalamatkan Uskup Agung Athena dan Primat Yunani. Dia berkata:

“Dengan jelas dibutuhkan proses pembebasan akan pemurnian memori. Dalam kesempatan saat ini dan lampau, saat putra dan putri Gereja Katolik telah berdosa melalui tindakan atau kelalaian terhadap saudara-saudari Ortodoks mereka, semoga Tuhan memberikan pengampunan yang kita mohonkan kepada-Nya.”

“Beberapa memori adalah secara khusus menyakitkan, dan beberapa kejadian di masa lampau telah meninggalkan luka yang dalam di dalam benak dan hati orang-orang sampai hari ini. Saya memikirkan mengenai penjarahan yang membawa petaka pada kota imperial Konstantinopel, yang telah menjadi basis Kekristenan di Timur semenjak lama. Adalah hal yang tragis bahwa para pelaku, yang bertolak untuk mengamankan umat Kristiani kepada Tanah Suci, memalingkan diri [menyerang] kepada saudara-saudara seiman mereka. Fakta bahwa mereka adalah umat Kristen Latin [Katolik Roma] membawa penyesalan yang mendalam kepada umat Katolik. Bagaimana kita gagal untuk melihat di sini 'mysterium iniquitatis' yang bekerja di dalam hati manusia? Hanya kepada Allah saja penghakiman dan, maka dari itu, kita mempercayakan beban masa lampau yang berat kepada kerahiman-Nya yang tak terbatas, memohon kepada-Nya untuk memulihkan luka yang masih menyebabkan penderitaan kepada semangat rakyat Yunani.”[8]

CATATAN KAKI
[1] http://www.encyclopedia.com/…/ency…/anatolius-constantinople
[2] Peter Hünermann, ed., Denzinger: Enchiridion Symbolorum, 43rd Edition, San Francisco: Ignatius Press, 2010, pp. 131-2. http://www.ignatius.com/…/DENZ-H/enchiridion-symbolorum.aspx
[3] http://catholicbridge.com/o…/pope_bishop_of_rome_primacy.php
[4] http://catholicbridge.com/orthodox/heresies.php
[5] http://catholicbridge.com/…/history_of_catholic_church_in_b…
[6] http://catholicbridge.com/…/1054_orthodox_catholic_split.php
[7] http://catholicbridge.com/…/crusade_sacking_constantinopole…
[8] http://www.vatican.va/…/hf_jp-ii_spe_20010504_archbishop-at…



Sumber:

http://catholicbridge.com/…/timeline_history_of_catholic_or…
Diterjemahkan oleh Maximinus dalam https://www.facebook.com/GerejaKatolikBizantin/?hc_ref=ARTXeiD4qwjZOaOW6A0gz1Nc8fxl2ahEFScw7PR2JQoWba81w2jy8VJ0Qi4ldMrklfc&fref=gs&dti=332790860152562&hc_location=group

Editor: Silvester Detianus Gea

Beriman Saja Tidak Cukup


Penentang: Pada Suatu hari saya sedang membaca kitab surat Galatia, dan aku menyadari banyak sekali Rasul Paulus menekankan pentingnya iman sebagai sarana keselamatan.

saya mulai bertanya kepada diri saya sendiri, bagaimana umat Katolik begitu percaya bahwa keselamatan diperoleh dari perbuatan. Jika Gereja Katolik benar-benar percaya Alkitab, bagaimana bisa mengatakan dan mengajarkan bahwa setiap orang mendapatkan keselamatan melalui perbuatan? Alkitab tampaknya cukup jelas mengatakan bahwa pembenaran/keselamatan diperoleh melalui iman.

KATOLIK: Ada yang kurang tepat dari pernyataan di atas. Yang paling penting adalah anda harus menyadari bahwa Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa kita mendapatkan keselamatan dengan usaha kita sendiri, meskipun tidak mengajarkan bahwa kita harus berusaha untuk mendapatkan keselamatan. Rasul yang sama yang menulis surat Galatia juga menulis Filipi, dimana Rasul Paulus berkata, "tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Flp. 2:12).

Penentang: Ya, tetapi jangan Anda pikir pernyataan demikian harus dipahami dalam konteks ajaran dalam Galatia? Dalam Galatia 2: 15-16, Paulus berkata, "Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh iman dalam Kristus Yesus, sebab itu kami telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat, Sebab:"tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. "

KATOLIK: Saya tidak melihat dua ayat di atas saling bertentangan satu sama lain atau bahkan kontradiksi. TeTapi pertama-tama saya memberi penjelas ajaran resmi Gereja Katolik: mengajarkan bahwa kita dapat melakukan apa-apa untuk mendapat rahmat yang datang melalui baptisan, yang merupakan awal yang normal dari kehidupan Kristen. Bahkan, Konsili Trente mengutuk siapa pun yang mengajarkan bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri atau yang mengajarkan bahwa Allah membantu kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk kepentingan diri kita sendiri. Gereja mengajarkan bahwa kita bisa diselamatkan hanya oleh kasih karunia Allah.

Penentang: Nah, jika Gereja Katolik benar-benar mengajarkan keselamatan oleh kasih karunia, yang indah. Tetapi sulit bagi saya untuk percaya, karena umat Katolik menempatkan begitu menekankan pada perbuatan baik. Surat Paulus menekankan berkali-kali bahwa keselamatan datang melalui iman saja. Selain Galatia 2: 15-16, pertimbangkan Roma 4: 2: "...sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah" Kemudian tiga ayat kemudian, di 4: 5, Paulus menempatkan cara lain: " Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.

KATOLIK: Kami tidak setuju bahwa hanya iman saja yang dibutuhkan untuk keselamatan. memainkan. sebagaimana Rasul Paul, Gereja Katolik mengajarkan bahwa pembenaran berdasarkan iman. Tetapi perlu diketahui bahwa itu tidak datang melalui iman saja . Jika Anda perhatikan dengan teliti di tulisan-tulisan rasul Paulus, Anda akan melihat bahwa dia tidak pernah mengatakan bahwa kebenaran satu-satunya berasal dari iman saja, terpisah dari perbuatan.

Penentang: Nah, di sana Anda dapat menyaksikan. Itu hampir kutipan langsung dari Roma 3:28: "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat." Frase ini menjelaskan yang oleh iman terlepas dari hukum Taurat Kedengarannya seperti Paulus mengatakan bahwa pembenaran datang melalui iman saja.

KATOLIK: Roma 3:28 adalah ayat kunci dalam perbedaan antara Protestan tradisional dan Katolik. Anda akan melihat bahwa Paulus mengatakan manusia dibenarkan oleh iman ( pistei dalam bahasa Yunani). Ketika Martin Luther menerjemahkan surat kepada jemaat di Roma ke dalam bahasa Jerman pada abad keenam belas, ia menambahkan kata saja -tapi saja tidak ada dalam teks asli Yunani. Ungkapan "iman" yang terjadi dalam Perjanjian Baru: Di dalam Surat Yakobus 2:24. Yakobus menyangkal bahwa pembenaran satu-satunya adalah iman. Berikut saya kutipkan: " jadi Kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman ."

Penentang: Teks klasik dalam Yakobus 2: 14-26 adalah sesuatu yang sulit. Mari kita kembali ke poin pertama. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa Luther benar-benar menerjemahkan kalimat itu sesuai maknanya, Roma 3:28 dengan kata-kata iman saja karena itu adalah cara lain untuk mengatakan bahwa pembenaran adalah "terlepas dari hukum Taurat." Anda lihat, ketika Paulus mengatakan dalam Roma 4: 2 Abraham bisa bermegah jika keselamatannya berasal dari perbuatan, ia menjelaskan apa yang dia katakan di 3:27 ketika ia bertanya, "Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa?. Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman. " bermegah di hadapan Allah bila perbuatan yang terlibat dalam keselamatan kita, tetapi tidak ada kesombongan diri mungkin jika itu hanya dengan iman.

KATOLIK: Setuju-bahwa Rasul Paulus secara kategoris tidak memasukkan perbuatan sebagai bagian dari keselamatan kita. Tetapi apa konteks yang Paulus bicarakan? Jika kita percaya seluruh Alkitab, kita perlu melihat bagaimana kata-kata Paulus cocok bersama-sama dengan kata-kata Yakobus , karena Yakobus jelas mengatakan bahwa "manusia dibenarkan oleh perbuatan."Jika Paulus dan Yakobus anda kontradiksikan berarti sama dengan mereka bertentangan satu sama lain. Karena Anda dan saya percaya bahwa Alkitab tidak bertentangan satu sama lain, kita harus setuju bahwa Paulus dan Yakobus berarti mrnyampaikan dua konteks berbeda dengan kata memakai kata perbuatan .

Penentang: Saya setuju, tetapi hal ini sangat sulit ditafsirkan.

KATOLIK: Gereja Katolik percaya bahwa kita harus menafsirkan Kitab Suci dengan menggunakan Kitab Suci. Anda akan perhatikan bahwa kadang-kadang Rasul Paulus memperluas istilahnya dari 'perbuatan' dengan menambahkan frase hukum , seperti dalam Roma 3:20 dan 28 dan Galatia 2:16. Selanjutnya, kadang-kadang Paulus mengganti kalimat melalui hukum untuk menggambarkan realitas yang sama. Misalnya, di Roma 3:20, ia mengatakan, "Melalui hukum Taurat kita mengenal dosa." Dengan kata lain, ketika Paulus menggunakan kata Perbuatan/pekerjaan dia berbicara tentang hukum Perjanjian Lama.

Pembacaan yang cermat dari Galatia akan menunjukkan bahwa Paulus menggunakan hukum Taurat ditujukan secara khusus kepada hukum sunat. Dia begitu sering menyinggung tentang hal ini bahwa ia mengatakan dalam Galatia 5:2 ". ..Sekarang aku, Paulus, berkata kepadamu: bahwa jikalau kamu menyunat dirimu, Kristus sama sekali tidak berguna bagimu" Rasul Paulus dalam Galatia ingin membawa orang-orang Kristen bukan Yahudi kembali ke hukum Perjanjian Lama. karena itu adalah perbuatan dari hukum yang Paulus tentang, dan mereka tidak memiliki tempat dalam pembenaran kita. Paulus mengatakan pada intinya bahwa orang Kristen bukan Yahudi tidak perlu disunat dan hidup seperti orang Kristen Yahudi untuk memperoleh keselamatan.

Penentang: Saya setuju dengan penafsiran Anda dari Galatia, tapi saya pikir juga kita bisa menggeneralisasi kata-kata Paulus sehingga setiap perbuatan yang kita tempatkan di hadapan Allah sebagai alasan baginya untuk menerima keselamatan adalah jenis perbuatan yang tidak dapat dibenarkan.

KATOLIK: Saya mungkin setuju kalau itu dalam konteks yang anda sampaikan. Tetapi Paulus berbicara tentang orang-orang Kristen agar memenuhi hukum dengan mengikuti perintah untuk "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Gal. 5:14). Dia kemudian menjelaskan bahwa kita harus menunjukkan "buah Roh" (Gal 5: 16-26) (. Gal 6: 1 dst) dan menanggung beban satu sama lain. Sebagai cara memenuhi "hukum Kristus" (Gal 6: 2). Pengajaran Paulus datang bertumpu di sini: perbuatan kita sendiri tidak pernah dapat membenarkan kita, tapi karya-karya yang tumbuh dari iman di dalam Kristus adalah bagian dari pembenaran kita. Itu sebabnya Paulus mengatakan dalam Filipi 2:12 Anda harus "kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar." Dan bahwa bersinambungan dengan ajaran Yakobus bahwa perbuatan yang tumbuh dari iman membenarkan kita.

Penentang: Oke, saya setuju bahwa Yakobus mengajarkan bahwa kita harus menambahkan perbuatan iman kita. Tetapi perhatikan bahwa perbuatan ini hanya bukti iman yang benar sebagai lawan iman yang palsu. Baca Yakobus 2:14 Apa itu gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal tidak mempunyai perbuatan? " Yakobus membahas masalah mereka yang mengaku beriman tapi yang tidak menunjukkan itu dengan perbuatan-perbuatan mereka. Dalam ayat 17 James mengatakan iman seperti ini, "jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Pesan Yakobus adalah: Jika Anda memiliki iman yang benar, maka perbuatan Anda akan mengikutinya. Tetapi itu tidak berarti bahwa Yakobus melihat perbuatan sebagai yang berkaitan dengan keselamatan kita.

KATOLIK: Baiklah, Yakobus mengajarkan bahwa perbuatan menunjukkan iman yang benar. Tapi kami umat Katolik bersikeras bahwa Yakobus 2: 14-26 menunjukkan bahwa perbuatan lebih dari bukti iman. Perbuatan benar-benar membenarkan iman. Yakobus berbicara tentang perbuatan yang tumbuh keluar dari iman. Jika perbuatan iman bukan bagian dari pembenaran kita, maka sulit untuk memahami mengapa Yakobus akan mengatakan, seperti yang dilakukannya, bahwa "Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya di atas mezbah?" (Yak. 2:21). Anda mungkin ingat bagaimana Paulus mengatakan bahwa Abraham tidak dibenarkan oleh perbuatan, tetapi dengan iman. Yang disampaikan Rasul Paulus berarti bahwa Abraham tidak dibenarkan dengan menjaga hukum Perjanjian Lama, sementara Yakobus menjelaskan bahwa Abraham dibenarkan dengan melakukan pekerjaan yang tumbuh dari imannya kepada Allah.

Penentang: Mungkin maksud Yakobus, bahwa tindakan Abraham menunjukkan imannya itu nyata.

KATOLIK: Anda bisa berpendapat bahwa Yakobus tidak mengatakan secara eksplisit, "Anda melihat bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan, dan oleh perbuatan-perbuatan iti iman menjadi sempurna " (Yak 2:22.). Dan kemudian di ayat 24 James menyimpulkan lagi, "...Seorang manusia dibenarkan oleh perbuatannya dan bukan HANYA karena iman."

Penentang: Saya harus mengakui bahwa saya belum pernah mendengar seorang Katolik memberikan penjelasan yang Anda berikan, tapi saya masih tidak yakin bahwa Gereja Katolik adalah tepat dalam hal ini.

KATOLIK: Nah, ini adalah poin yang sulit mengenai teologi dan interpretasi. Saya mendorong Anda untuk berdoa dan berpikir tentang pemahaman Katolik. Singkatnya, Gereja mengajarkan bahwa keselamatan adalah proses menjadi kudus dan suci melalui waktu. Semua ini adalah kasih karunia Allah di dalam hati kita melalui iman. Perbuatan dilakukan karena iman yang sungguh di dalam Kristus, seperti yang kita percaya dan melakukan perbuatan itu di dalam Tuhan, ia akan menanamkan dalam diri kita lebih rahmat agar kita dapat menjadi suci dan jadi siap untuk menemuinya di akhir hidup kita (baca Mat. 25:31-46~Tambahan penerjemah).


Sumber: https://www.catholic.com/…/p…/arent-we-saved-by-faith-alone…

 Editor: Silvester Detianus Gea

Parakletos (παράκλητος)

παράκλητος. Foto: Ilustrasi

"(Untuk Kaum Pemikir). Pagi tadi saya menonton sebuah film di INewsTV. Dalam film itu dikatakan bahwa terdapat dalam Injil Yohanes (bdk Bab 14-15), nubuat kedatangan seorang nabi. Benarkah demikian?? Tidak! Yang datang adalah Parakletos (Roh Kudus) dan bukan Paraklit (plesetan mereka) untuk mengatakan Parakletos adalah manusia. Jika Parakletos adalah seorang nabi benarkah memenuhi kriteria di bawah ini:

1. Ia (Parakletos) menyertai kamu (para murid) selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Benarkah nabi yang dimaksud tidak wafat?

2. Dunia tidak melihat melihat Dia (Parakletos)...tetapi kamu mengenal Dia. Benarkah nabi yang dimaksud tidak kelihatan secara fisik dan datang pada abad pertama, setelah Yesus naik ke surga?? Dan hanya para murid Yesus yang bisa melihat??

3. Ia (Parakletos) menyertai kamu...diam di dalam kamu. Benarkah nabi yang dimaksud Bisa diam dalam hati para murid Yesus??

4. Walau Yesus menemui Bapa di surga) Yesus tidak meninggalkan murid-muridnya sebagai yatim piatu. Benarkah nabi yang dimaksud ada di zaman Para rasul Yesus dan mendampingi mereka?

5. Penghibur (Parakletos) yang akan Ku (Yesus) utus dari Bapa, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa. Benarkah nabi yang dimaksud keluar dari Bapa, tidak punya ayah dan ibu??
Sudah sangat jelas bahwa Parakletos bukanlah seorang nabi, melainkan Roh Kudus yang turun setelah Yesus naik ke surga (bdk. Kis. 2:1-11).


Penulis: Silvester Detianus Gea

Kebencianku, Mengantarku Pulang

Silvester Detianus Gea
"Jangan takut jika banyak orang membencimu karena agamamu, karena kebencian itu yang mengantar mereka pulang pada kebenaran."
#DG#
Perjalan hidup setiap orang merupakan misteri yang tak terselami. Apalagi perjalanan hidup yang berkaitan dengan memilih agama yang akan dianut.
Tidak mudah untuk mengikuti apa yang sebelumnya dianggap menyimpang. Terlebih lagi telah tertanam dalam benak saya ajaran-ajaran yang diberikan ketika saya mengikuti sekolah minggu. Banyak sekali doktin-doktrin yang membuat saya menjadi anti terhadap Kristen Katolik.
Bapak saya seorang yang sangat taat dalam beragama, bahkan menjadi ketua lingkungan (bahasa Nias: Satua Niha Keriso) selama beberapa periode. Bapak saya juga aktif dalam mengajar Sekolah Minggu. Gereja saya dalam bahasa Nias bernama: Banua Niha Keriso Protestan (BNKP).
Saya belajar dasar-dasar iman di Sekolah Minggu, bahkan setiap pertemuan saya disuruh menghafal satu ayat dari Alkitab.
Saya sangat giat menghafal Alkitab karena diberi hadiah jika dapat menyebut hafalan itu di depan kelas. Bapak saya juga setiap malam dan pagi selalu mengajak berdoa dan bernyanyi dari buku Kidung Jemaat (buku Zinuno dalam bahasa Nias).
Semua teladan yang diberikan Bapak saya sungguh baik dan membekas dalam diri saya hingga sekarang. Ketika saya sudah beranjak remaja, bapak saya pulang ke rumah Bapa di surga. Meskipun demikian ibu selalu mendampingi saya agar memegang teguh iman kepada Yesus.
Saya tidak pernah merencanakan ataupun berpikir akan bergabung dalam persekutuan Gereja Katolik. Mengapa demikian? Karena saya mempunyai dasar pemahaman Sola Scriptura, Sola Gracia dan Sola Fidei.
Saya mempunyai prinsip bahwa Gereja Katolik tidak Alkitabiah (Sola Scriptura, apalagi sola lainnya). Saya sangat benci dengan patung-patung yang dipajang dalam Gereja Katolik, sebab saat itu saya memandang orang Kristen Katolik sedang berdoa pada patung. Apalagi ada doa Salam Maria dan Doa dengan perantaraan Para Kudus. Pada waktu itu saya mempunyai pemahaman bahwa orang mati tidak bisa didoakan lagi.
Masih banyak lagi hal yang saya pahami sebagai kesalahan besar dalam ajaran Katolik, sehingga membuat saya enggan untuk mengenal apa itu Kristen Katolik.
Kejadian yang tidak saya duga terjadi ketika saya merantau ke Jakarta. Panggilan saya untuk menjadi seorang Katolik justru semakin nyata. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya, meskipun pada waktu itu saya berprasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Ketika saya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya bekerja di sebuah perusahaan. Saat itu kos saya bersebelahan dengan seorang Katolik asal Palembang. Setiap hari minggu dia mengajak saya untuk pergi ke gereja. Namun saya selalu menolak dan saya memilih untuk tidur sepanjang hari.
Mungkin saja saat itu Tuhan berbicara melalui dia agar saya tidak malas ke gereja. Memang sebelumnya saya pernah ke Gereja yang berhaluan Protestan, namun saya bingung karena pahamnya berbeda dengan Protestan yang saya anut.
Kebingungan itu membuat saya malas untuk ke gereja. Namun, saya penasaran ketika seorang Katolik mengajak saya ke gerejanya. Saya juga belum pernah masuk dan mengikuti ibadah dalam Gereja Katolik.
Saya merasa tidak enak karena saya sering diajak, akhirnya saya ikut juga. Saat itu saya pergi ke Gereja Katolik Santo Paskalis-Cempaka Putih.
Ketika saya masuk, saya langsung melihat patung Yesus yang tersalib. Demikian pula saya juga melihat patung Bunda Maria dan patung santo-santa. Terlintas dibenak saya bahwa orang Katolik menyembah patung. Kemudian saya mulai masuk dan ikut-ikutan mengambil air suci, membuat tanda salib dan berlutut untuk berdoa. Saat itu saya belum mengerti apa-apa mengenai ajaran iman Katolik.
Ketika saya mengikuti Misa saya sangat kagum dengan tata liturgi, bacaan-bacaan Kitab Suci dalam liturgi Sabda dan rumusan-rumusan doa yang tertata. Susunan Liturgi ternyata sangat Alkitabiah. Apalagi Bacaan-bacaan yang saling berkaitan satu sama lain. Demikian pula doanya sangat tertata secara teologis.
Kekaguman saya itu membuat saya penasaran dan mencoba mempelajari tentang ajaran iman Katolik. Saya mulai bertanya-tanya kepada teman saya yang Katolik. Teman saya menjawab dengan rendah hati dan penuh kesabaran.
Ketika saya sudah berhenti bekerja, saya melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan. Saya pindah ke daerah Matraman.
Panggilan saya untuk menjadi seorang Katolik semakin nyata. Saya melihat begitu banyak orang Katolik yang sangat Alkitabiah dalam tindakan dan perbuatan. Tidak hanya berkata-kata kosong, namun menunjukkan buah dalam tindakan nyata. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut kelas Katekumen yang diajar oleh Bu Rudi.
Setelah mengikuti masa katekumenat selama setahun, saya dibaptis di Gereja St. Yoseph-Matraman pada tanggal 23 Desember 2009 dengan nama baptis: Silvester. Tanggal 24 Desember 2009 saya menerima komuni pertama dan menerima Sakramen Penguatan tanggal 2 Mei 2010. Saya bangga menjadi seorang Katolik!!!.
 ikuti page fb saya: https://www.facebook.com/Fransiskus-Silvester-Detianus-Gea-1616610711971357/, https://www.facebook.com/Catholic-Answers-838736829561435/, https://www.facebook.com/KatolikMenjawab01/

Grup di mana saya menjadi admin:  https://www.facebook.com/groups/332790860152562/, https://www.facebook.com/groups/1487823451540627/, https://www.facebook.com/groups/404030809750215/, https://www.facebook.com/groups/128555677759842/, https://www.facebook.com/groups/katolisitas.org/