Cahayakristus7.blogspot.com - Jakarta -1. Gereja Katolik Roma sebagai Primus Inter Pares (first among equals)
Keutamaan keuskupan Roma tidak terpisah dari kenyataan bahwa Rasul Petrus dan Paulus mendirikan Gereja di Roma untuk menjangkau umat di seluruh dunia. Para rasul itu pada mulanya berkarya di Yerusalem, kemudian menyebar di daerah Yudea, dan kemudian Rasul Petrus dan Paulus ke Roma, yang dianggap sebagai pusat dunia pada saat itu, untuk menyebarkan pesan Injil ke seluruh ujung bumi. Tahapan ini adalah sesuai dengan pesan Yesus sendiri, yang dicatat dalam Kis 1: 8. Jadi memang benar bahwa pengikut Kristus pertama kali disebut Kristen di Antiokhia, namun demikian Antiokhia bukanlah lalu menjadi yang utama, karena para rasul kemudian masih menuju Roma, yang menjadi pusat dunia saat itu, demi memenuhi kehendak Kristus untuk mendirikan Gereja-Nya di sana.
Maka kepemimpinan Gereja di dunia sejak kenaikan Kristus ke surga ada pada Rasul Petrus, yang kepada-Nya Kristus telah mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18), yang kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya, karena Kristus menghendaki Gereja-Nya untuk bertahan sampai akhir jaman (lih. Mat 28:19-20). Maka keutamaan Gereja Roma, berhubungan dengan kepemimpinan para penerus rasul Petrus ini dalam keuskupan Roma. Bahwa Kaisar Konstantin mempunyai pengaruh dalam meluaskan agama Kristiani, melalui Edict of Milan (313), itu benar, namun hal ini tidak dengan serta merta menjadikannya sebagai pemimpin Gereja. Kepemimpinan Gereja tetap dipegang oleh para penerus rasul Petrus ini. Sejarah sendiri mencatat kepemimpinan para Paus (penerus Rasul Petrus) sebelum Kaisar Konstantin naik tahta di awal abad ke-4.
Bahwa pada tahun 325, Kaisar Konstantin mempunyai inisiatif diadakannya Konsili Nicea, itu benar, namun motif utamanya bukan motif religius, melainkan untuk menciptakan keamanan, karena pada saat itu timbul berbagai kekacauan yang disebabkan oleh para pendukung ajaran sesat Arianism. Dalam konsili tersebut, yang meluruskan doktrin Gereja dan mengecam ajaran sesat adalah para uskup (yang adalah para pemimpin Gereja) dan bukan Kaisar Konstantin. Dengan demikian, walaupun kemudian Kaisar Konstantin memindahkan ibukota ke Konstantinopel, hal ini tidak mengubah kepemimpinan Gereja, ataupun keutamaan Gereja Roma yang menjadi keuskupan “yang utama dari keuskupan lainnnya”, karena Kaisar Konstantin bukan pemimpin Gereja. Silakan membaca dalam point berikut ini, untuk memahami bahwa keutamaan Gereja Roma tidak ada kaitannya dengan Kaisar Konstantin ataupun pada fakta semata bahwa Roma adalah pusat pemerintahan dunia di masa lampau.
2. Apostolic Constitutions dan St. Irenaeus mengatakan bahwa Linus adalah Paus yang pertama?
a. Apostolic Constitutions
Tulisan yang dikutip Jerry di atas mengutip Apostolic Constitutions yang menyatakan bahwa seolah Rasul Petrus sendiri menuliskan bahwa Linus adalah Paus yang pertama, yang ditahbiskan oleh Rasul Paulus. Namun hal ini tidak benar, karena Apostolic Constitutions tersebut baru dikenal pada abad ke-4, dengan sebutan koleksi Pseudo- Apostle, artinya tulisan yang diatributkan kepada para rasul, padahal bukan tulisan asli mereka (oleh karena itu disebut ‘pseudo‘). Konsili di Trullo tahun 692 menolak karya Apostolic Constitutions ini, dan menyebutnya sebagai karya interpolasi dari para pengajar sesat. Silakan membaca selengkapnya tentang hal ini, di link ini, silakan klik.http://www.newadvent.org/cathen/01636a.htm
Jadi karena tulisan Apostolic Constitutions itu tidak asli dari para rasul, maka klaim di atas tentang Linus sebagai Paus pertama, tidak mempunyai dasar yang kuat. Sedangkan, klaim Gereja Katolik tentang keutamaan Rasul Petrus dan Gereja Roma mengambil dasar dari tulisan- tulisan yang lebih awal, seperti dari St. Irenaeus, dan beberapa tulisan otentik dan bersejarah lainnya di abad 2- 4:
b. St. Irenaeus (180):
Tulisan St. Irenaeus yang dikutip oleh Jerry, juga menjadi salah satu referensi bagi klaim Gereja Katolik. Adalah lebih baik jika tulisan St. Irenaeus tersebut dikutip dengan lebih lengkap, yaitu dengan melihat beberapa kalimat sebelumnya, yang mengatakan demikian:
“Tradisi diperoleh dari para rasul, dari Gereja yang sangat besar, sangat kuno/ ancient, sangat luas dikenal, yang didirikan dan diatur di Roma oleh kedua rasul yang sangat mulia, Petrus dan Paulus …. Lalu, setelah para rasul yang terberkati [Petrus dan Paulus] mendirikan dan membangun Gereja [di Roma], mereka menyerahkan jabatan episkopal/ keuskupan kepada Linus. ((Adversus Haereses 3:3:2-3, dalam ANF 1:415-16))
Maka dari tulisan ini diketahui bahwa Linus menerima jabatan keuskupan dari kedua rasul yang mendirikan Gereja di Roma, yaitu Petrus dan Paulus. Maka jabatan Linus tidak dapat dikatakan sebagai yang pertama, terlepas dari kedua Rasul [Petrus dan Paulus] yang mendirikan Gereja di Roma. Kita mengetahui bahwa jabatan yang diturunkan artinya adalah jabatan yang tadinya dipegang oleh pendahulunya.
c. Tertullian (160-225)
“Bergabunglah dengan Gereja- gereja para rasul, di mana kursi (cathedrae) Rasul masih ada; di mana tulisan-tulisan mereka yang otentik dibacakan…. Jika kamu ada di dekat Italia, kamu mempunyai Roma, yang dari mana otoritas kami berasal. Betapa bahagianya Gereja itu, yang kepadanya para Rasul menumpahkan darah mereka, Petrus menjalani kisah sengsara seperti Tuhan kita [disalibkan] dan Paulus dimahkotai dengan mati dipenggal seperti Yohanes Pembaptis.” ((The Demurrer against the Heretics 32, 1, in Jurgens, Faith of the Early Fathers 1: 122))
d. Cyprian dari Carthage (225)
“Dan meskipun kepada semua rasul, setelah kebangkitan-Nya, Ia memberikan kuasa yang sama, dan mengatakan, “Seperti Bapa telah mengutus Aku, demikian Aku mengutus kamu…. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada,”(Yoh 20:21-23) namun Ia telah mendirikan satu kursi kepemimpinan. Bahwa Ia mendirikan kesatuan, Ia mendirikan dengan kuasa-Nya asal dari kesatuan itu…. Tanpa ragu para rasul yang lain adalah seperti Petrus, tetapi keutamaan telah diberikan kepada Petrus, dan telah dibuat menjadi jelas bahwa hanya ada satu Gereja, dan satu kursi kepemimpinan. Demikian bahkan jika mereka adalah para gembala, kami menunjukkan bahwa [hanya ada] satu kawanan yang harus diberi makan oleh semua rasul dalam kebersamaan. Jika seseorang tidak memegang kesatuan dengan Petrus, apakah ia membayangkan bahwa ia masih memegang iman? Jika ia menolak kepemimpinan Petrus, yang atasnya Gereja didirikan, dapatkah ia yakin bahwa ia ada di dalam Gereja?” ((St. Cyprian, The Unity of the Catholic Church, 4))
e. Eusebius (260-340)
“Tahun kedua dari duaratus lima olympiad: Rasul Petrus, setelah mendirikan Gereja di Antiokhia, dikirim ke Roma, di mana ia tinggal sebagai uskup di kota tersebut, berkhotbah selama dua puluh lima tahun… Tahun ketiga dari dua ratus lima olympiad: Markus Penginjil, interpreter Rasul Petrus mengabarkan Kristus ke Mesir dan Alexandria…. Tahun keempat dari duaratus sebelas olympiad: Nero adalah yang pertama… mengadakan penganiayaan umat Kristen, yang karenanya Petrus dan Paulus wafat dengan mulia di Roma.” ((Eusebius, The Chronicle 42, 43, 68, Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 291))
“Paulus memberi kesaksian bahwa… Linus, yang disebutnya dalam Surat kedua dari Timotius sebagai rekannya di Roma, adalah penerus Rasul Petrus dalam keuskupan Gereja di sana… Clement juga, yang ditunjuk sebagai uskup ketiga di Roma, adalah seperti kesaksian Paulus, adalah rekan sekerja dan kawan prajurit.” ((Eusebius, Church History 3:4:9-10)).
f. Paus St. Damasus I (304- 384)
Rasul Paulus yang terberkati… dimahkotai dengan kematian yang agung bersama dengan Petrus di kota Roma pada jaman Kaisar Nero… keduanya sama-sama mengkonsekrasikan Gereja Roma kepada Kristus Tuhan; dan dengan kehadiran mereka dan dengan kemenangan yang mereka capai di barisan terdepan mengatasi semua yang lain di semua kota di dunia. Oleh karena itu, keuskupan/ tahta suci yang utama adalah yang dipimpin Rasul Petrus di Gereja Roma, yang tidak mempunyai noda, atau cacat atau apapun yang sejenisnya.” ((St. Damasus I, Decree of Damasus, 3, 382, dalam Jurgens, Faith of the Early Fathers 1:406))
Silakan untuk membaca lebih lanjut tentang hal ini dalam artikel Keutamaan Petrus:
Keutamaan Petrus (5): Dalam Gereja Di Lima Abad pertama:http://www.katolisitas.org/keutamaan-petrus-5-dalam-gereja-di-lima-abad-pertama/
Keutamaan Petrus (4): Menurut Dokumen paling awal Gereja:http://www.katolisitas.org/keutamaan-petrus-4-menurut-dokumen-paling-awa-gereja/
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma: http://www.katolisitas.org/keutamaan-petrus-3-tanggapan-terhadap-mereka-yang-menentang-keberadaan-petrus-di-roma/
Keutamaan Petrus (2): Bukti sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma: http://www.katolisitas.org/keutamaan-petrus-2-bukti-sejarah-tentang-keberadaan-rasul-petrus-di-roma/
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci: http://www.katolisitas.org/keutamaan-petrus-1-menurut-kitab-suci/
3. Gereja Katolik mengartikan Mat 16:18: sebagai: di atas mayat Petruslah Yesus mendirikan Gereja-Nya?
Ini adalah kesalahpahaman yang sangat besar. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan demikian, tidak ada satupun dokumen Gereja Katolik yang mengartikan Gereja hanya sebagai bangunan saja yang dibangun atas jenazah Petrus. Silakan anda membaca terlebih dahulu artikel seri tentang keutamaan Petrus di situs ini (sementara ini baru bagian 1 sampai ke-5, silakan klik di link yang tertera di atas) dan anda akan mengetahui bahwa Gereja Katolik tidak mengartikan Mat 16:18 secara sempit seperti itu. Tentu saja Gereja (jemaat, ekklesia) sudah lahir secara resmi pada hari Pentakosta, dan setelah itu Gereja berkembang dari Yudea, Galilea, Samaria, akhirnya sampai ke Roma untuk sampai ke ujung bumi (lih. Kis 1:8; 9:31)
4. Gereja Katolik mengganti keutamaan Yesus dengan keutamaan Petrus, dengan mengartikan ‘batu karang’ (dalam Mat 16:18) tersebut sebagai Rasul Petrus?
Ini juga tuduhan yang tidak berdasar. Tentang hal ini sudah dibahas panjang lebar di sini, silakan klik, terutama pada point ke- 4 dan 5.
Maka jika seseorang menolak “batu karang” (Rasul Petrus) dalam Mat 16:18, sesungguhnya ia menolak penetapan yang diberikan oleh Kristus sendiri, sebab Kristus telah mengatakan bahwa Ia mendirikan Gereja-Nya atas Petrus yang artinya “batu karang”. Adapun sebutan Petrus sebagai batu karang ini tidak terpisah dari Kristus sebagai Sang Batu Karang, seperti halnya kita para murid-Nya disebut sebagai terang dunia (Mat 5:14), tidak terlepas dari Kristus yang adalah Sang Terang Dunia (Yoh 9:5). Demikian hendaknya kita mengartikan ayat yang menyebutkan bahwa Yesus adalah dasar Gereja (1 Kor 3:11) tidak bertentangan dengan ayat Why 21:14 dan Ef 2:20, yang mengatakan bahwa dasar Gereja adalah para rasul, karena para rasulpun mendasari ajaran mereka pada ajaran Kristus. Demikian pula, keutamaan Kristus tidak untuk dipertentangkan dengan keutamaan Petrus, karena Petrus menerima kepemimpinan atas Gereja-Nya dari Kristus sendiri; sebab adalah fakta bahwa hanya kepada Petrus-lah (tidak kepada rasul lainnnya) Kristus mengatakan akan mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18).
5. Gereja Antiokhia lebih utama dari Gereja Roma menurut Kis 11:26?
Walaupun di Kis 11:26 dikatakan bahwa di Antiokhialah murid- murid Kristus tersebut pertama kalinya disebut Kristen, namun hal itu tidak berarti bahwa Gereja Antiokhia menjadi Gereja yang utama. Keutamaan Roma berkaitan dengan keutamaan Rasul Petrus sebagai pemimpin para rasul, yang bersama- sama dengan Rasul Paulus mendirikan Gereja di Roma yang menjadi pusat dunia pada saat itu, untuk memenuhi kehendak Yesus untuk menyebarluaskan pesan Injil ke seluruh ujung bumi (lih. Kis 1:8).
6. Rasul Paulus menentang Rasul Petrus?
Contoh yang sering diajukan untuk menyanggah infalibilitas Petrus adalah kisah Paulus yang pernah menentang Rasul Petrus karena kesalahannya (Gal 2: 11-14). Namun yang salah di sini bukanlah ajaran Petrus, tetapi sikapnya yang tidak konsisten dalam menerapkan keputusan Konsili Yerusalem perihal menyikapi kesamaan kedudukan umat yang bersunat dan tidak bersunat. Maka hal ini bukan bukti yang menentang infalibilitas Paus. Sebab sebagai manusia, Petrus dan para penerusnya (Paus) bisa salah, namun yang tidak bisa salah di sini hanya ketika ia sedang menjalankan perannya sebagai Petrus, pemimpin Gereja, pada saat ia mengumumkan ajaran iman dan moral secara definitif yang berlaku untuk seluruh Gereja.
Maka, karisma infalibilitas ini tidak berlaku dalam segala hal, namun hanya dalam hal iman dan moral, yaitu pada saat mereka mengajarkan dengan tindakan definitif, seperti yang tercantum dalam Dogma dan doktrin resmi Gereja Katolik. Maksud infalibilitas di sini adalah Yesus memberikan kuasa kepada Petrus dan para penerusnya untuk memberikan pengajaran yang tidak mungkin salah dalam hal iman dan moral, yang merupakan ketentuan yang ‘mengikat’ manusia di dunia dan kelak diperhitungkan di sorga (lih. Mat 16:19).
7. Gereja Katolik bidaah, karena mengajarkan “filioque”?
Tuduhan yang semacam ini adalah tuduhan yang patut disayangkan karena kemungkinan besar, orang yang mengatakannya tidak sepenuhnya memahami ajaran Gereja Katolik. Tentang ‘filioque’ sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.http://www.katolisitas.org/penjelasan-tentang-filioque/
8. Pernyataan St. Markus dari Efesus yang menentang Paus
Tulisan di atas mengutip pernyataan St. Markus dari Efesus, “Tidak mungkin ada perdamaian tanpa menghentikan penyebab perpecahan yaitu keutamaan Paus yang meninggikan dirinya setara dengan Allah.”
Pertama- tama, harus dipahami terlebih dahulu, bahwa “St. Markus dari Efesus” ini tidak sama dengan St. Markus pengarang Injil. Markus dari Efesus dianggap sebagai santo oleh gereja Orthodox (namun ia tidak diakui sebagai santo oleh Gereja Katolik). Markus dari Efesus menolak dengan keras istilah ‘filioque’, dan menolak keutamaan Paus. Markus dari Efesus adalah satu- satunya uskup gereja Timur yang menolak untuk menandatangani hasil konsili Florence (1439) yang mengusahakan kesatuan kembali antara gereja Orthodox dengan Gereja Katolik.
Tulisan Markus dari Efesus ini tidak dapat dikatagorikan sebagai tulisan Bapa Gereja yang tergabung dalam Tradisi Suci, pertama- tama karena isinya yang tidak sesuai dengan keseluruhan Tradisi Suci yang diajarkan oleh para rasul dan Magisterium Gereja Katolik. Maka walaupun tulisan tersebut otentik, namun ini tidak dijadikan pegangan oleh Gereja Katolik, karena tidak sesuai dengan apa yang telah berabad- abad diajarkan oleh para rasul dan para Bapa Gereja yang lainnya. Jika Magisterium mempunyai wewenang untuk meluruskan ajaran Bapa Gereja yang dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, apalagi tulisan Markus dari Efesus ini, yang jelas tidak dalam kesatuan penuh dengan ajaran Gereja Katolik. Sebab tidak benarlah pernyataannya yang mengatakan bahwa Paus meninggikan dirinya setara dengan Allah. Tidak ada satupun dokumen pengajaran Gereja Katolik yang menyatakan demikian, sehingga pernyataan Markus ini hanya merupakan pandangan/ pendapat pribadinya dan tidak didukung oleh fakta tentang ajaran Gereja Katolik yang sesungguhnya. Salah satu title Paus yang resmi digunakan oleh Gereja Katolik adalah “Pelayan dari semua pelayan Tuhan” (Servant of the Servants of God- Servus servorum Dei), dan sungguh, ini bertentangan dengan anggapan Markus dari Efesus.
Demikianlah Jerry, yang dapat saya tuliskan menanggapi pertanyaan anda. Mari kita sadari bahwa Gereja Katolik mempunyai dasar yang kuat dalam menentukan ajaran- ajarannya, sehingga kita tidak perlu menjadi ragu atau terpengaruh oleh tulisan- tulisan yang memojokkan Gereja Katolik.
http://www.katolisitas.org/keutamaan-gereja-roma-primus-inter-pares/
EmoticonEmoticon