Showing posts with label Ajaran Sesat. Show all posts
Showing posts with label Ajaran Sesat. Show all posts

Ajaran Sesat Doketisme


Ajaran Sesat Doketisme

cahayakristus7.blogspot.com- Jakarta- Doketisme berasal dari bahasa Yunani dokein yang artinya tampak atau kelihatan. Alian tersebut muncul pada pertengahan hingga akhir abad kedua masehi. Aliran ini menganggap bahwa Yesus hanya kelihatan saja seperti manusia, tetapi bukan manusia sejati. Menurut penganutnya Yesus di dalam segala aspek hanya ilusi. Meskipun kelihatan seperti manusia, namun ia hanya seolah-olah menjadi manusia. Dengan demikian Yesus dipandang tidak memiliki tubuh insani dan ia hanya roh yang menunjukkan diri-Nya kepada manusia. Mereka berpandangan bahwa juruselamat tidak mungkin menderita. Oleh sebab itu mereka menganggap penderitaan Yesus hanya dongeng. Selain itu, Yesus menderita di atas kayu salib hanyalah tampaknya. Sebab Yesus tidak mungkin merasakan penderitaan.

Bantahan Alkitab dan Bapa Gereja
Setidaknya ada 3 kriteria antikristus menurut1 Yohanes 2:18-27, yaitu menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus, menyangkal Bapa dan Anak dan, menyangkal bahwa Yesus pernah datang sebagai manusia. Selain itu, St. Policarpus (69 Masehi) berkata, “ Barangsiapa tidak mengakui bahwa Kristus telah datang dalam daging, maka ia adalah antikristus; dan barangsiapa tidak mengakui rahasia salib, maka ia adalah jahat dan ia yang berpegang pada firman Tuhan menurut keinginannya sendiri. Barangsiapa berkata bahwa tidak ada kebangkitan dan penghakiman, maka ia adalah anak sulung iblis. “ Dengan demikian ajaran Doketisme bertentangan dengan iman Kristiani yang diajarkan oleh Para Rasul turun-temurun.
Referensi  
D.F. Wright, “Docetism,” in Ralph P. Martin and Peter H. Davids (eds.), Dictionary of the Later New Testament and Its Developments (Downers Grove, Illinois: IVP, 1997), 306-309.J.G. Davies, “The Origins of Docetism,” in F.L. Cross (ed.), Studia Patristica VI (Berlin: Akademie Verlag, 1962), 13-55. 
Adolph Harnack, History of Dogma, trans. Neil Buchanan (7 vols.; Eugene, Oregon: Wipf and Stock Publishers, 1997), 1.260. 
J.N.D. Kelly, Early Christian Doctrines (5th ed.; New York: Harper and Row, 1978), 141.

Penulis: Silvester Detianus Gea

Aliran Sesat Maria Divine Mercy



Cahayakristus7.blogspot.com - Jakarta - Belakangan ini ramai dibicarakan orang tentang situs Maria Divine Mercy (MDM), yang memuat berbagai nubuatan tentang akhir zaman. Banyak orang Katolik yang mempertanyakannya, benarkah yang ditulis dalam situs itu? Banyak dari mereka yang ‘percaya’ kepada klaim MDM ini, menjadi bingung, karena sepertinya sekilas pesan umum yang disampaikan cukup baik karena mengajarkan orang untuk bertobat dan berdoa. Namun demikian, ada banyak hal lain yang jelas tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik, termasuk klaim bahwa Paus Benediktus adalah Paus yang terakhir (mengacu kepada nubuatan St. Malachy, yang tidak dapat dibuktikan keotentikannya), dan ajaran tentang Millenarianism, dan tanda akhir zaman, yang menyerupai paham sejumlah aliran gereja Protestan.

Kami mengambil sumber utama dari apa yang ditulis oleh Jimmy Akin di situs ini, silakan klik, http://www.ncregister.com/blog/jimmy-akin/9-things-you-need-to-know-about-maria-divine-mercy
karena apa yang ditulisnya mempunyai dasar yang kuat sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh ajaran iman Katolik.

1. Siapakah “Maria Divine Mercy”?

Kita tidak dapat mengetahuinya, sebab di situsnya (klik di sini), tidak disebutkan identitasnya yang jelas. Ia hanya menyatakan diri sebagai wanita Katolik, ibu dari keluarga muda di Eropa, yang menerima pesan dari Allah Trinitas dan Bunda Maria. Dari interview di U-Tube, wanita ini mengklaim sebagai seorang business woman, dengan aksen seorang Irlandia. Ia mengklaim telah menerima pesan sejak tahun 2010 sampai sekarang.

2. Apa yang dikatakan “Maria” tentang perannya ?

Maria mengatakan bahwa ia adalah seorang nabi yang mempersiapkan dunia terhadap kedatangan Kristus yang kedua. Ia juga mengklaim sebagai pembawa pesan ke-7, malaikat ke-7 yang dikirim untuk menyatakan kepada dunia isi dari meterai kitab Wahyu yang hanya dapat dibuka oleh Kristus.

3. Seberapa populerkah Maria Divine Mercy (MDM)?

Facebooknya cukup populer, sekitar 40.000 “likes”. Situsnya diberi judul TheWarningSecondComing.com, dan ia menjual buku yang berjudul The Book of Truth (vol.s I & II)

Ada banyak situs lain yang mengkopi/ mengulangi pesan-pesannya, dan situsnya sendiri mengeluarkan peringatan/ warning terhadap situs-situs tersebut.
4. Apa kata MDM tentang Paus Benediktus XVI?

MDM mengatakan bahwa Paus Benediktus adalah Paus yang terakhir (klik di sini), dan ia akan dipecat dari Tahta Suci, sebagai hasil dari suatu rencana ‘di belakang layar’ Vatikan (klik di sini). Dan bahwa sekarang Paus Benediktus XVI telah mengundurkan diri, dikatakan bahwa mereka yang menurunkan Paus, akan membunuhnya. Paus akan dipersalahkan tentang suatu perkara padahal ia tidak bersalah (klik di sini).
5. Apa yang dikatakan MDM tentang Paus mendatang?

Mengacu kepada nubuat St. Malachy, MDM mengatakan bahwa Paus ‘asli’ yang akan datang adalah “Peter the Roman” yaitu Rasul Petrus yang akan memimpin dari Surga, setidaknya sampai Kedatangan Yesus yang kedua, saat Yesus akan memimpin seluruh umat manusia di dunia. Namun kemungkinan besar, nubuat St. Malachy merupakan hasil pemalsuan di abad ke 16, silakan membaca di sini, silakan klik).

Sebelum Kedatangan Yesus, MDM mengatakan bahwa Gereja Katolik akan dipimpin oleh Paus yang palsu. Dengan demikian secara tidak langsung MDM mengatakan bahwa Paus Fransiskus yang sekarang ini adalah Paus yang palsu tersebut; dan mengatakan bahwa Paus ini adalah ‘tanduk kecil’ yang akan duduk di kursi Petrus (klik di sini). Di sana MDM juga mengatakan bahwa perintah Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya akan ditulis kembali dan ajaran tentang sakramen akan diubah (hal ini nampaknya juga masih perlu dibuktikan, sebab sejauh pengetahuan saya, Paus Fransiskus tidak mengubah ajaran apapun yang dikhawatirkan oleh MDM akan diubah, yaitu seperti aborsi dan perkawinan sesama jenis Sejauh ini Paus Fransiskus tidak mengubah apapun tentang ajaran ini). MDM mengklaim bahwa Paus palsu ini akan mencanangkan rencana untuk lebur semua agama. Ia akan membuat hukum-hukum baru yang tidak hanya bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, tapi juga bertentangan dengan semua hukum Kristen (klik di sini).
6. Apa yang diklaim MDM tentang masa depan dan bagaimana hal ini bertentangan dengan ajaran iman Katolik

Berikut ini kami sampaikan klaim Maria Divine Mercy (MDM) (yang kami cetak warna biru), dan tanggapan kami yang mengambil dasar dari Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik (yang kami cetak warna hitam):

1. MDM: Kita berada di masa tiga setengah tahun Kesusahan besar (Great Tribulation) yang dimulai sejak Desember 2012 (klik di sini). Asumsi ini menempatkan akhir Kesusahan Besar di bulan Mei 2016.

Padahal Kristus sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya akhir zaman (Mrk 13:32).

2. MDM: Antikristus akan muncul: MDM menyebutkan bahwa sang Antikristus ini adalah seorang negosiator perdamaian ulung. Ia akan menjadi sekutu dari nabi palsu (yaitu Paus), -anak setan (klik di sini).

Padahal Kristus sendiri menjanjikan bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20) dan bahwa Ia memberi kuasa mengajar yang tidak mungkin sesat kepada Rasul Petrus (Mat 16:18-19), dan juga para penerusnya, sebab Kristus berjanji akan selalu menyertai Gereja-Nya yang dipimpin oleh Rasul Petrus itu dan para penerusnya.

3. MDM: Terjadi kejadian kejadian supernatural sebagaimana disebut dalam “The Warning“, (klik di sini) yang mengacu kepada apa yang disampaikan dalam fenomena Garabandal (1961)

Namun otoritas Gereja Katolik melalui Uskup Santander di Garabandal, Jose Vilaplana, telah menyatakan -atas dasar penyelidikan para uskup setempat- bahwa tidak ada sesuatupun yang adikodrati yang terjadi di Garabandal. Dengan kata lain, menurut otoritas Gereja setempat, fenomena Garabandal tidak otentik. Tentang hal ini sudah pernah kami ulas di artikel ini, silakan klik.

4. MDM: Kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi dan lalu akan ada 1000 tahun keadaan damai sesudahnya, silakan klik. Kedatangan Kristus yang kedua dan 1000 tahun sesudahnya berbeda dengan akhir dunia. Kedatangan Kristus yang kedua adalah akhir zaman ketika setan dan para pengikutnya akan diusir dari dunia selama 1000 tahun (silakan klik).

Padahal Katekismus Gereja Katolik tidak mengajarkan adanya milenarisme secara literal di dunia.

KGK 676    Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus [kebohongan Antikristus] ini selalu muncul di dunia, apabila orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis, yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang (Bdk. DS 3839), juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan “milenarisme”, tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah (Bdk. GS 20-21).

Selanjutnya, mengapa Gereja Katolik tidak mengajarkan Milenarisme sudah pernah diulas di sini, silakan klik di sini.

Sedangkan kebangkitan badan yang terjadi di akhir zaman/ kiamat, yang bertepatan dengan Kedatangan Yesus yang kedua (Parousia) jelas disebutkan dalam Katekismus, atas dasar Kitab Suci:

KGK 1001    Bilamana? Secara definitif “pada hari kiamat” (Yoh 6:39-40.44.54; 11:24). “Pada akhir zaman” (LG 48). Kebangkitan orang-orang yang telah meninggal berkaitan dengan kedatangan Kristus kembali:
“Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit” (1 Tes 4:16).

Selanjutnya tentang ajaran Gereja Katolik tentang tanda-tanda akhir zaman, klik di sini.

Yang ada sesudah akhir dunia adalah Langit dan Bumi yang baru (bukan kerajaan literal 1000 tahun), dan tentang hal ini, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.

7. Apakah seharusnya reaksi kita terhadap klaim ini?

Ada banyak alasan mengapa kita tidak usah percaya kepada klaim MDM. Sebagaimana telah disebut di atas, pesan-pesannya banyak yang tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik.

Namun terutama, bahwa klaim ini dibuat oleh seorang yang anonim. Ini tidak sesuai dengan klaim-klaim wahyu pribadi yang otentik, di mana para pelihat/ visionernya memiliki kerendahan hati untuk diperiksa, mengalami kritik atau bahkan penganiayaan demi penglihatan/ visi yang mereka terima. Sebaliknya, MDM menjalani kehidupan normal, dengan merahasiakan identitasnya untuk menyampaikan pesan-pesannya, padahal konon dia adalah seorang nabi terakhir untuk mempersiapkan umat manusia menjelang akhir zaman.

Benarkah demikian?

Setelah Tuhan mengutus banyak nabi sepanjang sejarah manusia yang selalu melakukan tugas mereka dengan diketahui identitasnya oleh orang-orang sekitarnya, dan mereka sendiri dan kaum keluarganya menerima konsekuensi/ resiko [umumnya dikucilkan/ menerima aniaya] karena menyebarkan pesan Tuhan, kini Tuhan menghendaki ‘nabi terakhir’ untuk melakukan tugasnya tanpa resiko apapun, dalam kenyamanan ruang kerja, hanya menggunakan internet untuk menjaga privasinya?

8. Apakah nubuat MDM dapat dipercaya?

Tidak.

Syukurlah bahwa MDM menyebutkan saatnya yang pasti (yaitu permulaan masa Kesusahan besar/ Great Tribulation yang dimulai bulan Desember 2012) yang memberikan masa yang pendek terhadap nubuatannya. Nubuatan sedemikian sudah sering terjadi di tahun-tahun sebelum ini. Yang mungkin masih kita ingat adalah prediksi sejumlah orang yang menghubungkan akhir dunia dengan akhir kalender suku Mayan di tahun 2012 yang silam, yang juga terbukti keliru, sebab sampai sekarang toh dunia masih ada, kita semua masih hidup. Beberapa prediksi akhir zaman yang ‘meleset’, sudah pernah diulas di artikel ini, silakan klik, lihat poin. 4.

Jika nubuatannya itu kelak terbukti keliru, maka MDM akan dapat menyingkir dengan aman, karena statusnya yang anonim, atau seperti yang umumnya terjadi pada beberapa pelihat yang keliru, mereka cepat-cepat merevisi/ menginterpretasikan kembali pernyataannya.

Satu hal yang membuat nubuatan MDM ini begitu melejit dan terkenal, adalah bahwa konon ia menubuatkan pengunduran diri Paus Benediktus XVI. Tetapi pada kenyataannya, MDM tidak menyatakan demikian. Yang dikatakannya adalah terdapat suatu plot di Vatikan untuk menggulingkan Paus. Namun yang terjadi tidak demikian. Sebab yang terjadi adalah Paus mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Kalau seorang tidak percaya bahwa yang terjadi adalah demikian, artinya ia menuduh Paus Benediktus XVI telah berbohong.

Demikianlah yang dikatakan oleh Paus Benediktus XVI tentang pengunduran dirinya, yang selengkapnya dapat dibaca di sini, silakan klik:

“Setelah berulang- ulang  memeriksa batin saya di hadapan Allah, saya telah sampai pada suatu kepastian bahwa kekuatan-kekuatan saya, karena usia yang lanjut, tidak lagi cocok untuk menjalankan tugas Kepausan dengan memadai. Saya sadar sepenuhnya bahwa tugas ini, sehubungan dengan sifat spiritualnya yang mendasar, harus dijalankan tidak hanya dengan perkataan dan perbuatan, tetapi juga tidak kurang dengan doa dan penderitaan. Akan tetapi, di dunia dewasa ini, yang dihadapkan pada banyaknya perubahan-perubahan yang cepat dan digoyangkan oleh pertanyaan-pertanyaan tentang relevansi yang mendalam bagi kehidupan iman, maka untuk mengemudikan bahtera Santo Petrus dan mewartakan Injil, dibutuhkan kekuatan baik pikiran maupun fisik, kekuatan yang dalam beberapa bulan terakhir ini, terus merosot di dalam diri saya sampai pada suatu keadaan di mana saya harus menyadari ketidaksanggupan saya untuk secara memadai menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada saya. Untuk alasan ini, dan sadar sepenuhnya  atas seriusnya tindakan ini, dengan kebebasan penuh, saya menyatakan bahwa saya meletakkan jabatan sebagai Uskup Roma, Penerus Santo Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh Para Kardinal pada 19 April 2005, sedemikian rupa sehingga sejak 28 Februari 2013, pukul 20:00, Tahta Roma, Tahta Santo Petrus, akan kosong dan suatu Konklaf [pertemuan para kardinal untuk pemilihan paus baru] untuk memilih Paus baru akan harus diselenggarakan oleh mereka yang berkompeten.”

Di sini terdapat dua pilihan yang bertentangan: Sebab kalau seorang percaya kepada nubuatan MDM bahwa Paus mengundurkan diri karena dipaksa/ atau ada plot yang menggulingkannya, maka artinya orang itu percaya bahwa Paus Benediktus berbohong. Padahal di salah satu pesan MDM sendiri dikatakan Yesus menyebut bahwa Paus Benediktus adalah seorang yang “innocent” yang artinya tidak bersalah, tidak mungkin berbohong untuk hal yang sangat penting ini. Atau mungkinkah Yesus salah menyebut tentang hal ini? kan tidak mungkin juga. Maka kesimpulannya pesan MDM ini yang tidak konsisten, dan terdapat pertentangan sendiri di dalamnya, dan karena itu tidak mungkin benar.

Selanjutnya ‘nubuatan’ MDM, yang mengatakan bahwa St. Petrus akan mengatur Gereja dari Surga dan kemudian di dunia sepanjang masa 1000 tahun, lalu tentang the Warning, dan bahwa Paus berikut yang adalah Paus palsu, bahwa akan ada satu agama di dunia sebelum Kedatangan Kristus yang kedua dan Millennium di dunia, itu adalah gabungan sana sini dari banyak klaim pelihat dengan pandangan Premillennial Protestan. Silakan klik di Wikipedia untuk membaca tentang (Millenarianism), dan silakan melihat kemiripan nubuatan MDM ini dengan klaim paham Millenarianism, yang bahkan konon dikecam oleh gereja Lutheran di tahun 1530. Gereja Katolik sendiri mengecam paham Millenarianism melalui KGK 676, sebagaimana telah disebutkan di atas.

9. Haruskah kita umat Katolik percaya kepada Maria Divine Mercy (MDM)?

Tidak.

Ia adalah seorang anonim, seorang pelihat yang tak disetujui oleh Gereja Katolik, mengingat tak ada satupun pernyataan dari otoritas Gereja Katolik yang mendukung pernyataannya. Lagipula banyak hal yang disampaikannya yang tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik tentang akhir zaman.

Orang yang percaya kepada nubuatan MDM ini menempatkan dirinya pada posisi yang beresiko, sebab dapat menghasilkan dosa berat dan tindakan skismatik. Sebab jika orang itu percaya akan nubuat MDM, maka secara tidak langsung ia menuduh/ menganggap Paus Fransiskus sebagai Paus palsu (antipope) dan juga nabi palsu. Jika ia menganggap demikian, dan kemudian ia tidak lagi mau tunduk terhadap Paus dan mengikuti ajaran-ajarannya, orang itu menempatkan dirinya di posisi skisma.


KHK 751       … skisma (schisma) ialah menolak ketaklukan kepada Paus atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya.

Tindakan skismatik adalah pelanggaran yang serius, baik yang dilakukan secara individual maupun kelompok, baik secara rohani maupun secara kanonik.

KHK 1364  

§ 1 Orang yang murtad dari iman, heretik atau skismatik terkena ekskomunikasi latae sententiae, …

§ 2 Jika ketegaran berlangsung lama atau sandungan yang berat menuntutnya, dapat ditambahkan hukuman-hukuman lain, tak terkecuali dikeluarkan dari status klerikal.

Ekskomunikasi ini dapat mempunyai implikasi, tidak dapat menerima sakramen-sakramen sampai ia bertobat dari perbuatan skismanya, dan kembali kepada persekutuan yang penuh dengan Gereja.

Melihat besarnya resiko ini, tak ada gunanyalah bagi seorang Katolik untuk percaya kepada klaim-klaim MDM, ataupun terlibat dalam penyebaran pesan-pesan MDM. Jika seorang melakukannya, ia malah menempatkan dirinya dalam posisi lebih percaya kepada sumber yang anonim, daripada perkataan Kristus sendiri dalam Injil, yang akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (lih. Mat 28:19-20), termasuk pemimpinnya yaitu penerus Rasul Petrus (lih, Mat 16:18-19). Jika ia terus berkeras melakukannya, ia malah menanggung resiko bahwa ia akan harus mempertanggungjawabkan sendiri perbuatannya di hadapan Kristus, dan akan menerima akibatnya.

Semoga Tuhan memberikan kepada kita rahmat kebijaksanaan untuk dapat menilai manakah yang benar dan manakah yang salah dalam menyikapi klaim-klaim wahyu pribadi. Dan semoga kita mempunyai kerendahan hati untuk mengikuti arahan Gereja yang kepadanya Kristus telah berjanji akan terus menyertai selamanya.

Penyunting: Silvester Detianus Gea
Sumber: http://www.katolisitas.org/tanggapan-terhadap-maria-divine-mercy/

Ajaran Sesat Montanisme



Pengantar

Montanisme adalah gerakan kharismatis dan apokaliptis pada pertengahan dan akhir abad ke-2. Montanisme merupakan suatu mistik di mana inspirasi pribadi (Montanus) memberontak melawan otoritas tradisional seperti misalnya kitab suci dan hierarki Gereja, khususnya para uskup sehingga dari segi dogmatis Montanisme relatif sulit dilumpuhkan. Pelopor gerakan ini berasal dari Phrygia Asia Kecil bernama Montanus, seorang imam. Ia mengklaim diilhami langsung oleh Roh Kudus. Montanus menganggap diri sebagai organ Paraclitus yang dijanjikan Yesus untuk membarui Gereja, sambil memaklumkan berakhirnya dunia dan perlunya mempersiapkan diri bagi akhir zaman dengan praktik moral yang murni.

Bergabung bersama dengan Montanus, dua perempuan, yakni Maximilla dan Priscilla, yang masing-masing telah meninggalkan suaminya. Mereka inilah buah-buah pertama pencurahan eskatologis Roh Kudus (Joel 2:28-32). Menurut mereka ini, Penghibur menuntut perilaku yang suci. Misalnya perkawinan kedua, bahkan perkawinan sendiri dianggap bernilai rendah; berpuasa secara ketat; menetapkan xerofagia (menyantap makanan kering, tanpa daging); tidak menyangkal iman dan kemartiran. Sebab, menurut mereka, darah martir adalah anak kunci Kerajaan Surga. Mereka menolak mengampuni dosa besar, misalnya pembunuhan, murtad, zinah. Menolak setiap bentuk otoritas kegerejaan dan menyerahkan diri tanpa syarat pada (nabi-nabi baru) yang melalui mereka ini Roh berbicara. Injil tidak dinilai lagi sebagai warta keselamatan bagi orang sakit, belas kasih bagi yang lemah, melainkan hanya disorot dari perspektif kematiran saja.

Tujuan Gerakan Montanisme

Membaca kata-kata nubuat pemimpin-pemimpin Montanisme, kita dapat mengetahui apa yang ingin mereka capai atau apa tujuan gerakan montanisme, yakni: “Kristus telah datang kepadaku dalam rupa seorang wanita yang mengenakan pakaian yang bercahaya; Ia telah menanamkan di dalam diriku dan menyatakan kepadaku bahwa tempat ini (Pepuza) kudus, dan bahwa di sinilah Yerusalem akan turun dari sorga.”
“Janganlah harapkan mati di atas tempat tidur atau oleh demam, melainkan mati dalam kematian, supaya dipermuliakan Dia yang telah menderita bagimu.” Kaum montanisme memiliki keyakinan bahwa akhir dunia sudah sampai, oleh sebab itu tinggalkan hal-hal yang duniawi dan datanglah ke Pepuza (sebuah desa di Asia Kecil) karena di sana Tuhan akan mendirikan Yerusalem yang baru maka kelompok montanisme berbondong-bondong datang ke desa tersebut, sesudah menjual segala harta bendanya. Mereka rajin mencatat pernyataan-pernyataan dari mulut pemimpin-pemimpin mereka dan mereka menganggap pernyataan tersebut sama nilainya dengan sabda dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Semangat mereka begitu besar sehingga mereka tidak takut akan tantangan atau hambatan.

Latar Belakang Terjadinya Gerakkan Montanisme

Gerakkan montanisme merealisasikan keyakinannya adalah dengan menghidupkan kembali pengharapan lama akan kedatangan Tuhan kembali, tentang adanya karunia-karunia Roh, dan menghidupkan kembali hukum disiplin Gerejawi yang keras. Hal ini mereka lakukan karena mereka mempunyai anggapan bahwa orang-orang Kristen sudah tidak begitu lagi merasakan kerinduan akan kedatangan Tuhan kembali seperti pada zaman Para Rasul atau penantian akan Tuhan sudah memudar. Di samping itu, mereka menganggap bahwa jabatan Gereja oleh sebagian orang terlalu membelenggu Roh yang bebas. Gerakan tersebut mereka lakukan, juga sebagai sikap protes montanisme terhadap keadaan Gereja yang disebutkan suam dan diduniawikan.

Unsur-unsur dalam gerakan ini (entusiasme serta fenomen kenabiaan) dapat disejajarkan dengan semangat jemaat Kristen purba di Jerusalem. Montanisme ada kalanya dipandang (misalnya oleh Adolf Von Harnack) sebagai ikhtiar untuk kembali ke semangat Gereja purba (di Jerusalem). Sebab Gereja dewasa ini sedang mengalami proses pelembagaan dan sekularisasi yang tidak sehat sama sekali. Mungkin saja gerakan ini dimengerti sebagai model gerakan-gerakan apokaliptis yang muncul di kemudian hari dalam sejarah agama Kristen. Di Roma pada mulanya aliran ini didukung Paus Viktor (+198) dan Zephirinus (+217), tetapi akhirnya diserang balik oleh Tertulianus melalui tulisan-tulisannya. Gerakan ini pernah dikecam secara resmi dalam sinode-sinode Asia sebelum tahun 200 Masehi, dan akhirnya juga oleh Paus Zephirinus. Montanisme, yang tercerai berai dalam pelbagai sekte dan diperangi dari abad IV oleh otoritas sipil (Konstantinus memerintahkan untuk menyita tulisan-tulisan yang berbau montanis. Kaisar Arcardius (398) mengeluarkan dekrit tentang pembakaran semua karya montanis) namun gerakan montanisme dapat bertahan relatif lama, yakni sampai abad ke-7.

Pengaruh Terhadap Gereja

Memperhatikan bahwa montanisme dari segi dogmatis relatif sulit dilumpuhkan, tentu ajarannya membuat pengikut Kristus (orang Kristen) bingung karena ajarannya menggoyahkan iman, terlebih melihat semangat Montanus yang sangat tinggi dan serius dalam mencari kebenaran. Apa yang benar dipertanyakan dan segala bentuk praksis diperbaharui kembali sehingga banyak orang yang sederhana dan tidak kuat imannya merasa terganggu, ragu-ragu, dan akhirnya menimbulkan ketidak tentraman dalam hidup bersama karena terjadi berbagai perbedaan dalam praksis ajaran iman Kristen. Namun gerakan montanisme ini dalam kehidupan mengereja terkadang dirasa perlu juga, agar iman umat Kristen tertantang untuk lebih memahami secara mendalam ajaran iman Gereja.

Tanggapan

Saya secara pribadi kagum melihat pemikiran dan sikap hidup Montanus dalam menyampaikan ajarannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang perlu dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Saya dan kita semua dapat belajar banyak hal dari gerakan ini yakni kepekaan mereka dalam melihat sikap yang perlu dilakukan dan bagaimana perjuangan dalam menghidupkan ajaran yang mulai dilupakan dalam hal ini mengenai parousia, demikian juga melihat semangat mereka yang kuat dan berani dalam menghadapi hambatan sehingga dapat bertahan dari abad ke- 2 sampai abad ke-7, yang adalah jangka waktu yang cukup panjang, hidup dalam disiplin hidup yang keras.
Namun saya tidak setuju dengan apa yang diajarkan gerakan montanisme tentang bagaimana bersikap dalam menantikan Kristus, terlebih dengan sikap Montanus yang hanya menonjolkan diri sebagai Gereja dan Roh Kudus serta dengan meremehkan peristiwa-peristiwa hidup secara berlebihan. Sebenarnya apa yang terjadi di dunia ini dan segala dinamikanya adalah sesuatu yang baik untuk mewujudkan kasih Allah secara nyata dan untuk mencapai kekudusan dengan melakukan kebaikan-kebaikan bagi orang lain. Oleh sebab itu dalam menantikan kedatangan Yesus yang kedua kalinya alangkah baiknya umat tidak bersikap secara berlebih-lebihan melainkan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti biasa dengan baik dan bertanggung jawab.

Bagi saya untuk memahami atau mengerti tentang akhir zaman serta untuk menjaga kemurniaan ajaran Kristen, kita semua yang adalah jemaat Kristen, terutama institusi Gereja sangat penting saling melindungi sesama umat dari pelbagai tantangan yang dilihat dapat membahayakan kesatuan dalam iman dan akhirnya dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam praksis-praksis dalam gereja Katolik. Alangkah, baiknya bila kita sebagai pengikut Kristus kembali ke ajaran pokok Gereja yakni Iman Katolik dan Dokumen Konsili Vatikan II, agar iman kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam pengajaran yang baru tentang bagaimana beriman kepada Kristus, dan oleh berbagai peristiwa-peristiwa penampakkan yang hanya direkayasa oleh seseorang atau pun tentang isu-isu tentang hari kiamat yang selalu menjadi gosip setiap tahun.

Berbicara tentang akhir zaman berdasarkan Iman Katolik yakni bagi manusia perorangan kematian merupakan akhir hidup di dunia ini. Akan tetapi, seluruh dunia pun akan mati. Itu disebut “akhir zaman”. Sebagaimana manusia perorangan baru mencapai tujuan hidupnya dalam pertemuan dengan Allah, begitu juga dunia. Seperti yang dilukiskan Paulus dalam Roma 8:19-26. Yang mencolok adalah kata “mengeluh”. Makhluk-makhluk mengeluh, kita mengeluh, Roh Kudus pun “berdoa dengan keluhan yang tak terucapkan”. Keluhan ini dihubungkan dengan “menantikan” dan “pengharapan”. Dari satu pihak kita sadar bahwa dunia ini menjurus ke hidup yang sejati, yakni “pengangkatan sebagai anak”, sebab hidup yang sejati ialah “mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus-Nya” (Yoh. 17:3). Dan “Apabila Kristus menyatakan diri, kita akan sama menjadi sama seperti Dia” (1 Yoh. 3:2). Mengenal Allah, dan mengenal-Nya sungguh-sungguh, “muka dengan muka” (1 Kol. 13:12), hanya mungkin kalau kita diperbolehkan mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. Yang akan masuk ke dalam dunia Allah, bukan hanya kita, melainkan seluruh ciptaan. Keselamatan yang masih tersembunyi sudah merupakan dinamika hidup, karena pengharapan, bagi seluruh ciptaan.

Di dunia ini hidup kita masih bersifat perjuangan. Kita memang merasa pasti mengenai tujuan, tetapi sering ragu-ragu mengenai jalannya. Lebih kerap lagi, ketidakjelasan itu menjadi alasan kita menyimpang dari jalan dan tidak terarah kepada pertemuan dengan Allah.

“Tuhanlah tujuan sejarah manusia, titik sasaran segala dambaan sejarah dan kebudayaan manusia; kita yang dihidupkan dan dihimpun dalam Roh-Nya, berziarah menuju pemenuhan sejarah manusia” (GS 45). Maka yang penting dalam hidup sekarang ialah mencari keterarahan kepada Tuhan.
Mengenai “dunia baru dan surga baru” Konsili Vatikan II menyatakan: Kita tidak mengetahui, kapan dunia dan umat manusia akan mencapai kepenuhannya; tidak mengetahui pula, bagaimana alam semesta akan diubah. Dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan yang telah rusak akibat dosa, akan berlalu. Tetapi kita diberi ajaran, bahwa Allah menyiapkan tempat tinggal baru, kediaman keadilan dan kebahagiaan, yang memenuhi, bahkan melampaui segala kerinduan akan kedamaian, yang pernah timbul dalam hati manusia (GS 39). Akhirat oleh Konsili dilihat sebagai “penyelesaian” seluruh sejarah dunia, dengan segala cita-cita dan kerinduannya. Memang tidak diketahui cara dan waktunya, tetapi diketahui bahwa semua itu akan datang dari Allah.

Pengharapan kita tidak berdasarkan keinginan kita sendiri, tetapi berpangkal pada kebaikan Tuhan. Kasih Allah akan melampaui segala harapan dan dugaan kita. Maka yang pokok adalah iman akan kebaikan Tuhan, seperti dikatakan oleh St. Paulus: “Kita, yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia, kita juga beroleh jalan masuk-oleh iman-kepada kasih-karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Kita juga bermegah dalam kesengsaraan” (Roma 5:1-2).

Kesetiaan Tuhan merupakan dasar pengharapan kita. Yang diimani adalah Tuhan, bukan perkembangan dunia, maka segala perubahan dan ketidakjelasan tidak dapat menggoncangkan iman dan pengharapan kita.
Menanggapi semua ini maka saya menyarankan agar semua orang yang terlibat dalam pengajaran iman Katolik, baik para Imam, katekis dan guru agama agar terus menekankan pemahaman yang baik dan benar (sesuai dengan iman Katolik) tentang pengertian kedatangan Kristus yang kedua kalinya, dalam setiap kegiatan pewartaan. Misalnya dalam seminar tentang eskatologi, dalam mengajar katekumen, dalam pendidikan agama di sekolah maupun dalam penulisan sebuah buku.

Kesimpulan

Montanisme merupakan sebuah gerakan kharismatis dan apoliptis pada pertengahan dan akhir abad ke-2, dipelopori oleh Montanus yang adalah seorang imam dari Phrygia (Asia Kecil) dan ia mengklaim dirinya diilhami langsung oleh Roh Kudus. Gerakan montanisme memiliki keyakinan bahwa akhir dunia sudah tiba, oleh sebab itu mereka meninggalkan hal-hal duniawi dan datang ke Pepuza (desa kecil di Asia Kecil) karena di sana Tuhan akan mendirikan Yerusalem yang baru. Mereka memiliki keyakinan dengan menghidupkan kembali pengharapan lama akan kedatangan Tuhan, tentang adanya karunia-karunia Roh, dan menghidupkan kembali hukum disiplin Gerejawi yang keras atau praktik moral yang murni.
Waspadalah ajaran ini sudah mulai bangkit kembali dalam gerakan-gerakan rohani, sebagaimana yang sempat terjadi di Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eddy Kristiyanto, OFM. “Gagasan yang Menjadi Peristiwa. Sketsa Sejarah Gereja Abad I-XV. Yogyakarta: Kanisius, 2002. Hal. 30-31.
2. Van Den End, Thomas. HARTA DALAM BEJANA. Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008. Hal. 42-46.
3. Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik, Jakarta: OBOR, 1997. Hal. 468-473.
4. R. Hardawiryana, SJ (penerjemah). Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: OBOR, (1993) Februari 2012.

Tulisan yang sama telah diposting dalam website:  https://mengenalimankatolik.wordpress.com/2014/07/27/ajaran-sesat-montanisme/

Ajaran Sesat Gnostisisme



A. LATAR BELAKANG

Di dalam kekristenan, gerakan Gnostik muncul pertama kali sebagai sebuah sekolah pemikiran. Pada akhir abad ke II, semua Gnostik melepaskan diri dari Gereja Universal. Dalam Perjanjian Baru yang disusun seperti surat 1 Yohanes dan surat-surat Pastoral Paulus, bentuk-bentuk ajaran sesat dimunculkan yang serupa dengan sistem-sistem ajaran Gnostik. Para Gnostis memanfaatkan karya-karya Yahudi, Kristen, dan Kafir, untuk kemudian disintesiskan, dan akhirnya sampai pada pokok penganjaran, bahwa keselamatan itu dicapai manakala unsur rohani, yang suci, dalam diri manusia terbebaskan dari unsur materi, yang sifatnya selalu jahat.

B. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk mempelajari aliran Gnostisisme pada akhir abad II yang menyebabkan permasalahan yang panjang dalam Gereja. Dengan mempelajari aliran Gnostisisme, diharapkan dapat menemukan hal-hal positif dan negatif guna memperbaiki masa depan. Memperbaiki masa depan untuk umat beriman agar dapat mengetahui kaidah ajaran Kristen yang sejati dan menghayatinya dengan sepenuh hati.

C. METODE

Dalam penulisan makalah ini saya memakai metode sumber bacaan, dari buku-buku sejarah Gereja. Dari buku-buku itu, saya mencoba merumuskan ajaran-ajaran Gnostisisme. Dengan demikian sejarah Gnostisisme yang terjadi beberapa abad silam dapat dipelajari dengan mudah.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Gnostisisme?
2. Beberapa tokoh Gnostik dan ajarannya yang bertentangan dengan iman Kristen.
3. Tanggapan Gereja terhadap ajaran Gnostik.
4. Tanggapan saya.

E. PENGERTIAN GNOSTISISME

Apakah Gnostisisme itu ?. Kata Gnostisisme berasal dari bahasa Yunani: gnōsis, yang artinya : Pengetahuan. Gnostisisme adalah suatu paham atau aliran tentang penyelamatan melalui pengetahuan. Pada akhir abad ke II, penganut Gnostik mengutip “kata-kata Yesus dalam Injil yang dipakai umat Kristiani” demi mendukung ajaran-ajaran mereka. Tokoh-tokoh Gnostik mengarang “injil-injil” baru, antara lain “Injil Thomas” yang mengajarkan ajaran dualistik : materi bertentangan dengan Roh, dan alam semesta merupakan suatu wujud yang buruk dari Pencipta. Gnostisisme menyangkal wahyu objektif yang terpenuhi pada zaman para rasul. Gnostisisme menolak kenyataan bahwa Kristus telah menetapkan kuasa mengajar dalam gereja-Nya, untuk menafsirkan dengan tepat arti sabda Allah yang diwahyukan.

F. BEBERAPA TOKOH GNOSTISISME DAN AJARANNYA

a. Valentinus

Menurut Valentinus, Dunia yang penuh penderitaan, diciptakan oleh Allah yang jahat. Allah adalah terang, dikelilingi oleh malaikat-malaikat yang rohani murni. Tetapi ada malaikat yang ingin mengenal hakekat Allah yang Tertinggi itu. Malaikat itu tidak dapat mengenal hakekat Allah, sehingga dalam dirinya timbul rasa sedih dan gelisah.

Kesedihan dan kegelisahan itu dibuang keluar dari dunia terang, maka terbentuklah materi (zat jasmani). Dari materi itu Allah menciptakan dunia. Dunia itu menjadi penjara bagi percikan-percikan terang yang ikut terbuang dari dunia atas. Allah yang jahat itu adalah Allah Bangsa Israel.
Allah dalam Perjanjian Lama adalah Allah yang jahat. Allah yang maha baik itu diperkenalkan oleh Kristus. Kristus adalah salah seorang dari roh-roh yang hidup dalam dunia terang, tetapi Ia turun dari dunia atas untuk menembus percikan-percikan terang yang telah menjadi roh orang-orang tertentu yang terkurung dalam tubuh.

Kristus mengajar kepada roh-roh itu tentang asal-usul mereka dan tentang jalan untuk kembali ke dunia terang. Kristus sendiri tidak mempunyai tubuh manusia. Tubuhnya yang dipercakapkan dalam Injil hanyalah semu, sehingga pura-pura saja Ia mati di atas kayu salib. Kristus menebus kita bukan dengan jalan kematian dan kebangkitan, Keselamatan itu diperoleh dengan jalan mengingkari tubuh kita (askese) dan memiliki pengetahuan rahasia tentang jalan ke dunia terang.

b. Basilides ( kira-kira 150 ses. Masehi)

Menurut Basilides, bukan Yesus yang menderita sengsara dan disalibkan, melainkan Simon dari Cyrene. Wajah simon telah diubah oleh Allah, agar orang mengira bahwa dialah Yesus, sehingga Simon disalibkan karena kekhilafan dan kekeliruan. Padahal Yesus sendiri memakai rupa simon, berdiri di dekat situ sambil menertawakan mereka. Yesus tidak bersifat jasmani, maka Ia sanggup memakai rupa Simon. Kemudian Yesus naik kepada Allah sambil menertawakan mereka. Maka seharusnya orang-orang tidak percaya kepada yang disalibkan, melainkan kepada Dia yang datang dalam rupa manusia yaitu Yesus yang dianggap disalibkan. Kalau seseorang percaya kepada dia yang disalibkan itu, maka ia masih seorang budak.

"Bapa Gereja memberikan seperti Polikarpus (lahir tahun 69-155) yang adalah saksi mata dan murid Rasul Yohanes berkata : “ Barangsiapa tidak mengakui bahwa Kristus telah datang dalam daging, maka ia adalah antikristus; dan barangsiapa tidak mengakui rahasia salib, maka ia adalah jahat dan ia yang berpegang pada firman Tuhan menurut keinginannya sendiri. Barangsiapa berkata bahwa tidak ada kebangkitan dan penghakiman, maka ia adalah anak sulung iblis “.

c. Beberapa contoh perkataan-perkataan Yesus dalam Injil Thomas yang digunakan dalam ajaran Gnostik antara lain :

(1) Inilah kata-kata rahasia, yang diucapkan oleh Yesus yang hidup itu dan yang dituliskan oleh Didymus Yudas Thomas.
(50) Yesus berkata : kalau mereka berkata kepada kamu : dari manakah asalmu?. Katakanlah kepada mereka : kami berasal dari terang……kami adalah anak-anak dan orang-orang pilihan Sang Bapa yang hidup itu.
(56) Yesus berkata : Siapakah yang telah mengenal dunia, ia telah menemukan mayat…
(62) Yesus berkata : Aku mengatakan rahasia-Ku kepada mereka yang layak bagi rahasia-rahasiaKu. Apa yang dilakukan oleh tangan kananmu, biarlah jangan diketahui oleh tangan kirimu, apa yang dilakukan.
(79) seorang perempuan dari antara orang banyak itu berkata kepadaNya : berbahagialah rahim yang telah mengandung Engkau dan buah dada yang telah memberi Engkau minum. Berbahagialah mereka yang telah mendengarkan firman. Sebab akan tiba masanya kamu akan berkata : berbahagialah rahim yang tidak mengandung dan buah dada yang tidak pernah menyusui.

Ayat-ayat ini, sekilas hampir sama dengan Injil Asli yang kita pakai. Tetapi perlu diketahui penganut Gnostisisme mengganti sebagian besar kata-kata itu untuk membenarkan ajaran mereka. Lebih dari itu mereka ingin mengacaukan iman Kristiani pada zaman itu. Mereka mengakui nama injil mereka adalah Injil Thomas. Semua yang mereka lakukan adalah untuk mengacaukan iman Kristiani. Gereja telah lebih dahulu mengetahui mana ajaran yang benar dari para rasul, yang lahir sebelum tokoh Gnostik ada.

d. Ajaran-ajaran Gnostik yang bertentangan dengan iman Kristiani adalah :

– Perjanjian Baru dipisahkan dari Perjanjian Lama, dengan demikian maknanya diputarbalikkan.
– Allah Pencipta tidak sama dengan Allah Bapa Yesus Kristus. Materi (zat jasmani) bukanlah ciptaan Allah yang baik melainkan dianggap jahat menurut hakekatnya.
– Kehidupan jasmani manusia bukanlah sesuatu yang pada hakekatnya baik,dan menggembirakan, melainkan perkara yang menyedihkan dan patut diingkari.
– Daging tidak akan bangkit dan tidak akan ada dunia yang baru, sebab seluruh materi akan binasa kelak.
– Dalam hal kelakuan orang, tekanan diberikan kepada perjuangan melawan tabiat jasmani kita.
– Yesus tidak disalib, melainkan diangkat oleh Allah Bapa ke Surga.
Bagi Gereja, Gnostik merupakan tantangan yang berat, karena bertolak belakang dengan azas-azas iman Kristen. Salah seorang Teolog yang paling keras melawan Gnostik ialah uskup Ireneus dari Lyon. Uskup Ireneus menulis karya :” Penyingkapan kedok dan sanggahan terhadap pengetahuan yang pura-pura” (kira-kira 180 sesudah Masehi).

G. TANGGAPAN GEREJA

Untuk melawan ajaran Gnostik, Gereja membentuk kaidah ajaran Kristiani, yakni :
1. Pembentukan “Kanon Kitab Suci”. Gereja sudah mempunyai PL sebagai ukuran bagi kepercayaan dan kehidupan anggota-anggotanya. Di samping itu ada 4 Injil-injil dan surat-surat. Gereja menentukan, kitab manakah yang boleh dianggap benar-benar berasal dari murid Tuhan.
2. “Pengakuan Iman”. Pengakuan yang tertua mengenai Kristus : “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor. 12:3; Roma 1:3; Filipi 2:5-11). Kemudian pengakuan ini berkembang menjadi suatu pengakuan iman yang lengkap : “Syahadat Para Rasul”.

3. “Uskup”. Uskup-uskup dipandang selaku pengganti rasul-rasul. Uskup-uskup ini meneruskan ajaran yang mereka terima dari Kristus sendiri. Dengan demikian ajaran-ajaran bidaah/bidat khususnya Gnostik dapat dibantah, sehingga jemaat mempunyai pegangan yang teguh.
Akhirnya, 4 kitab Injil, surat-surat Rasul Paulus, Kisah Para Rasul, surat kepada orang Ibrani dan Wahyu kepada Yohanes mendapat Kanon (Tongkat/ Pedoman) selaku kitab yang asli. Setelah terbentuk Kanon Alkitab yang sah, maka lebih jelas batas antara Gereja dan Gnostik.

H. PENDAPAT SAYA

Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat membuat banyak orang terlena, sehingga melupakan hal-hal hakiki kerohanian. Banyak orang cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dewa. Ilmu pengetahuan dijadikan argumen untuk mengatakan bahwa mereka menolak Tuhan. Pengetahuan tentang Tuhan membuat mereka puas diri dan tidak peduli lagi kegiatan-kegiatan kerohanian. Praktek kehidupan terfokus pada ilmu pengetahuan saja. Sehingga menyebabkan banyak orang yang tidak mau menderita untuk memperoleh apa yang diinginkan. Penderitaan dianggap sebagai hukuman dari Tuhan, sehingga selalu lari dari kenyataan hidup. Tuhan dipandang sebagai hakim yang menghukum manusia melalui penderitaan. Akhirnya banyak orang mempertanyaan, siapakah yang menciptakan dunia yang kejam ini?. Ajaran Gnostik menjawab sesuai situasi dengan keyakinan mereka, meskipun bertentangan dengan iman Kristiani. Iman Kristiani mengajarkan bahwa Tuhan itu maha baik adanya.
Ilmu pengetahuan sesungguhnya dapat membawa pembaharuan dalam kehidupan kita. Kita dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani hidup. Hidup dapat menjadi bermakna dan berarti apabila ilmu itu dibagikan kepada orang lain. Orang lain yang menerimanya dapat menata masa depan. Ajaran Gnostik, dapat memberikan inspirasi yang baik bagi setiap orang beriman agar tidak menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dewa dan menganggap penderitaan sebagai hal negatif. Mengapa ? karena Yesus sendiri dimuliakan melalui sengsara, wafat dan kebangkitannya. Penderitaan dan ilmu pengetahuan sesungguhnya merupakan bagian dari kehidupan. Penderitaan dan ilmu pengetahuan seharusnya membuat setiap orang beriman sadar akan makna hidup yang di anugrahkan Tuhan.

Jadi, kesimpulannya adalah ajaran ini, ajaran manusia bukan dari ajaran Tuhan. Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan dan bangkit pada hari yang ketiga (Hari minggu).

Sumber:
Eddy Kristiyanto, Visi Historis Komprehensif. 2003 Yogyakarta : Kanisius.
End, van den, Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986.
Heuken, A. 1991. Ensiklopedia Gereja jilid I A-G. Jakarta : Yayasan cipta loka cakara.

Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, pada Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (Sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik). Penulis pernah memposting tulisan yang sama di website:  https://mengenalimankatolik.wordpress.com/2014/07/27/ajaran-sesat-gnostisisme/

Mengenal Ajaran Sesat Manikheisme





Pengantar
Makalah ini ditulis dalam rangka tugas Ujian Tengah Semester IP Teologi Universitas Atmajaya, Jakarta untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Berdasarkan beberapa sumber penulis menyusun mulai dari Glosarium, Sejarah Penemuan Dokumen, Kapan Mulai Munculnya aliran ini, Pendiri, dan Tujuan Manikheisme, kemudian Pengaruh dan Penyebarannya. Manikheisme merupakan suatu aliran kepercayaan dualistis yang memisahkan hal-hal yang baik atau cahaya dengan yang jahat yaitu materi, yang baik dan yang jahat selalu mengadu kekuatan; bahwa roh berasal dari Allah, sedangkan tubuh berasal dari setan. Hal-hal yang bersifat dualisme seperti itu merupakan inti ajaran Manikheisme.
Glosarium
“Manikheisme adalah ajaran sesat yang dualistis sifatnya dan dikembangkan oleh Mani dengan memanfaatkan pelbagai unsur dari Zoroastrianisme, Buddhisme, Gnostisisme dan Kristianisme. Seluruh realitas ini menurut Manikheisme dibagi dalam dua unsur: Terang dan Gelap. Diajarkan, bahwa objek praktik agama adalah membebaskan partikel-partikel terang yang telah dicuri oleh Setan dari dunia Terang dan terpenjara dalam benak manusia. Yesus, Buddha, dan para nabi serta Mani sendiri telah diutus untuk membantu melaksanakan pembebasan tersebut. Bagi manikheis, seluruh alam fisis ini dimobilisasi untuk menciptakan pembebasan. Salah satu wujud nyata pembebasan itu adalah matiraga yang keras yang dimengerti sebagai upaya membebaskan keinginan kedagingan” .
Sejarah Penemuan Dokumen
Dokumen yang menjadi sumber sejarah keberadaan Manikheisme ditemukan di gua Turfan di Turkhestan (Cina) pada tahum 1900. Ketika itu ditemukan sejumlah besar dokumen yang merupakan hasil karya Mani, sebagai pendiri ajaran yang disebut Manikheisme berupa Book of Giants, dokumen liturgis, rumus-rumus pengakuan iman, model katekese serta teks-teks dogmatik. Penemuan ini mula-mula diteliti oleh orang-orang Rusia kemudian diteruskan oleh F.K.X. Müller, A. von Le Cog, A. Stein dan P. Pellio, yang merupakan anggota rombongan ekspedisi ilmiah dari Jerman, Inggris, Perancis dan Cina. Hasil penelitian mereka kemudian dipublikasikan sehingga dapat diketahui segala sesuatu tentang Manikheisme.
Kapan muncul
Meskipun sampai dengan tahun-tahun pertama abad ke-20 belum diketahui mengenai Manikheisme, dengan hasil penemuan diketahui Manikheisme muncul pada akhir abad ke tiga yang kemudian berkembang dan mengakar.
Pendiri
Seorang filsuf, astrolog dan pelukis dari Persia bernama Mani (Manichaeus) adalah pendiri Manikheisme. Ia lahir di desa Mardînû di gurun Nahr Kûtâ, Babilonia Selatan, pada tanggal 14 April 216 Masehi. Mula-mula ia menjadi anggota sekte Gnostik Yahudi sampai usia 24 tahun. Pada Tahun 241 Masehi, Mani mendapatkan perutusan dari malaikat al-Taum untuk mewartakan puncak wahyu ilahi mengenai pencipta asal, yaitu yang-baik atau cahaya dan yang-jahat atau materi. Roh manusia berasal dari Allah, sedangkan tubuhnya berasal dari setan. Yang-baik dan yang-jahat selalu mengadu kekuatan. Iapun mulai mengajarkannya. Ia memproklamirkan dirinya sebagai nabi Allah yang tertinggi dan yang terakhir.
Tiga tokoh diakuinya sebagai pelopor-pelopor bagi kedatangannya:
1. Yesus; dalam surat-surat yang ditulisnya, Mani selalu menyebut dirinya, “Rasul Yesus Kristus”. Menurut Mani, Gereja salah dalam hal memahami ajaran Yesus yang menjanjikan untuk mengutus Roh Penghibur. Roh Penghibur yang sebenarnya adalah Mani sendiri.
2. Zoroaster, dan
3. Buddha.
Ajaran dalam Manikheisme
Ajaran Mani bersifat dualistik dan asketik serta panteistik. Theologianya dimulai dengan pertentangan antara Kerajaan Terang dengan Kerajaan Kegelapan, mempunyai konsep dualistis atas struktur dunia. Suatu dualitas radikal antara Terang dan Gelap, Baik dan Buruk ada sejak semula. Menurut Manikheisme, kelahiran jiwa dalam suatu dunia nan terang; jiwa suatu saat terperosok dalam tahanan tubuh (dunia materiil) dan jiwa dapat terangkat kembali ke dunia aslinya hanya dengan perantaraan gnosis.
Mani membagi-bagi pengikutnya dalam golongan yang terpilih, imam-uskup-rasul. Rasul-rasul terdiri dari 12 orang dan Mani sebagai pemimpinnya. Di bawah mereka terdapatlah 72 uskup dan di bawahnya lagi terdapat presbiter, diaken dan penginjil keliling. Para manikheis diminta menjaga moralitasnya (meski tetap tinggal pada tataran teoritis) dengan menyangkal kekayaan, karya (pekerjaan), istirahat (relaksasi), perang, berburu, berdagang, dan bertani. Mereka harus memperlihatkan kerajinan dalam menyebarkan pengetahuan akan keselamatan. 

Dua jenis keanggotaan dalam Gereja Manikheis dan kualitas moralnya :
1. Pendengar (Audientes): Membatasi diri pada pelaksanaan 10 perintah manikheis dengan menjauhkan diri dari berhala, dusta, magi, pencurian, percabulan, pembunuhan. Para Pendengar hidup dari bertani, beternak, dan kawin, tetapi harus menghindari prokreasi dan berpuasa pada hari Minggu. Berkewajiban melayani Katari dengan derma dan hospitalitas.
2. Katari Electi, orang terpilih, manikheis sejati). Mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan: mulut, tangan, hati .
Berkenaan dengan mulut: seorang Katari tidak menghujat, menjauhkan diri dari pembicaraan bertele-tele, bersilat lidah, makanan tidak sehat (daging dan anggur). Berkenaan dengan tangan: seorang Katari tidak menyentuh benda yang berasal dari kerajaan gelap, misalnya senjata; tidak membunuh binatang dan merusak tanaman; menjauhkan diri dari kerja tangan. Berkenaan dengan hati: seorang Katari melakukan pantang hubungan seksual. Wajib berdoa untuk pendengar, supaya mereka dapat berinkarnasi dalam jiwa Katari yang mengantarnya masuk ke dalam Kerajaan Terang.
Tata ibadah mereka tidak mengenal korban, berdoa empat kali sehari didahului dengan pembasuhan kaki dan sujud. Jemaat menghadap ke arah matahari atau bulan sebagai tahta terang. Pada hari Minggu mereka berpuasa. Mereka merayakan hari martir guru mereka pada bulan Maret dan menolak hari-hari raya gereja lainnya. Manikehisme mengenal juga adanya sakramen, baptisan dengan air dan pengurapan dengan minyak. Ekaristi dirayakan sebagai peringatan terbelenggunya jiwa terang oleh materi, tanpa memakai anggur karena Kristus tidak berdarah.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai Mani adalah mendirikan suatu agama baru, sebagai dasar dari agama yang lain. Dikatakannya bahwa semua alkitab, kebijaksanaan, pewahyuan, kias dan mazmur dari agama-agama sebelumnya terkumpul dalam agama Mani dan dalam kebijaksanaan yang dia singkapkan.
Pengaruh Manikheisme
Manikeisme mempengaruhi golongan tertentu dalam agama Kristen. Santo Agustinus dari Hippo pernah menjadi salah seorang menganutnya untuk beberapa saat (373-383) namun setelah bertobat menulis buku yang melawan Manikheisme. Bidah Albingens sangat dipengaruhi oleh pandangan Manikeisme.
Penyebaran
Ajaran Manikheisme tersebar di Mesopotamia ke Timur hingga Cina – ke Barat hingga Afrika, Sisilia, Italia dan Spanyol. Selama masa pemerintahan kaisar-kaisar Kristen di Roma golongan Mani dikejar-kejar. Kaisar Diocletianus pada tahun 302 menetapkan maklumat anti-manikheis dengan sanksi sangat berat. Pada usia 60 tahun Mani dijebloskan ke dalam penjara karena dituduh bidah. Namun demikian Manikheisme barulah hilang pada abad ke-6.

Kesimpulan
Manikheisme yang merupakan ajaran dualisme yang sesat, terutama dengan pernyataan pendirinya, Mani sebagai Roh Penghibur yang dijanjikan Yesus. Merupakan gabungan unsur ajaran dalam Zoroastrianisme, Buddhisme, Gnostisisme dan Kristianisme. Ajaran Mani bersifat dualistik dan asketik serta panteistik. Theologianya dimulai dengan pertentangan antara Kerajaan Terang dengan Kerajaan Kegelapan. Manikheisme menyangkal tanggung jawab manusia atas perbuatannya yang jahat dengan alasan manusia berbuat jahat bukan karena kemauannya sendiri melainkan disebabkan perbuatan setan yang berkuasa atas dirinya. Matiraga diajarkan kepada para pengikutnya sebagai upaya untuk membebaskan diri dari kuasa setan. Tujuan yang hendak dicapai Mani adalah mendirikan suatu agama baru, sebagai dasar dari agama yang lain. Setelah Mani dihukum mati, maka ajarannya mempengaruhi golongan tertentu dalam agama Kristen. tersebar luas di Kerajaan Romawi, sampai ke Mongolia dan Tiongkok. Manikheisme baru hilang pada abad ke-6.

Daftar Pustaka

1. Kristiyanto, Eddy, OFM. 2003. Visi Historis Komprehensif - Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Kanisius 
2. Willem, Drs. F. D., M. Th. 1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
3. Heuken, A., SJ, Ensiklopedi Gereja.2005. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
4. Kristiyanto, Eddy, OFM. 2002. Gagasan Yang Menjadi Peristiwa Sketsa Sejarah Gereja Abad I – XV, Jakarta: Penerbit Kanisius.








Silvester Detianus Gea


Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik)