Tiada Paskah Tanpa Kelahiran
Gereja perdana merayakan kebangkitan Yesus sebagai momen utama bagi umat untuk mengungkapkan iman. Pada masa itu perayaan kelahiran Yesus belum menjadi perhatian Gereja perdana. Pertama kali perayaan kelahiran Yesus atau Natal menjadi perhatian Gereja Perdana pada abad ke 3 Masehi. Kesaksian tersebut diperoleh dari St. Clemens dari Alexandria (+150-210 Masehi). Dalam catatannya, ia menjelaskan bahwa ada usaha untuk menentukan kapan peristiwa kelahiran Yesus.
Gereja mulai melihat bahwa kelahiran Yesus merupakan bagian dari peristiwa Paskah. Sebab tidak ada kebangkitan tanpa peristiwa kelahiran. Hal itu terlihat dari liturgi Natal yang mengutip Prolog Injil Yohanes (1:1-18). Melalui perikop tersebut peristiwa Inkarnasi, Firman Allah menjadi manusia menjadi nyata. Peristiwa inkarnasi itu telah dinubutkan oleh nabi Yesaya (52:7-10) dan diteguhkan oleh Surat kepada Orang Ibrani (Ibr. 1:1-6). Iman Gereja perdana dilanjutkan hingga sekarang, yang menghubungkan misteri Paskah dengan misteri Inkarnasi. Lagi pula dalam perayaan Misa Malam Natal, bacaan-bacaan menceriterakan bagaimana Yesus menyerahkan diri bagi keselamatan manusia (bdk. Tim. 2:14).
Malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria, ketika Elisabeth telah mengandung enam bulan (Luk. 1:24-26.36). Menurut St. Yohanes Krisostomus (347-407), peristiwa kabar gembira tersebut terjadi pada bulan purnama tanggal 14 Nisan, yang sepadan dengan 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita). Dalam khotbahnya yang berjudul In Diem Natalem, ia menjelaskan bahwa Yesus Kristus lahir sembilan bulan kemudian, yakni tanggal 25 Desember.
Sumber:
Roger T. Beckwith, Calender and Chronology, Jewish and Christian: biblical, intertestamental and Patristic Studies, E.J. Brill, Denvers, 1996.
Penulis: Silvester Detianus Gea
EmoticonEmoticon