‘Injil’ Barnabas, ‘Injil’ Gadungan Abad Pertengahan (seri II) |
‘Injil’ Barnabas ditulis sekitar abad 16. ‘Injil’ Barnabas menggambarkan Yesus sebagai nabi pembuka jalan bagi ‘nabi tertentu.’ Agaknya hal ini ‘contekan’ dari kisah Yohanes Pembaptis yang membuka jalan bagi Yesus. Selain itu, ‘injil’ Barnabas mengajarkan bahwa Yesus tidak di salib, melainkan seorang yang diserupakan dengan dia, yaitu Yudas. Tentu saja bagi umat Katolik, ‘injil’ ini tidaklah kanonik, karena penulisannya tidak terjadi pada zaman Para Rasul melainkan setelah kematian Para Rasul. Bahkan berabad-abad setelah zaman Para Rasul. Selain itu, isinya mengandung kesalahan-kesalahan fatal terutama tentang letak suatu wilayah, di mana Yesus berkarya. Sebutan ‘injil’ Barnabas pertama kali ditemukan dalam manuskrip Morisco yang berasal dari Moor tahun 1634 oleh Ibrahim al Taybili. Pada tahun 1718 oleh John Toland dan 1734 oleh George Sale.
Mengapa
Gereja Katolik tidak mengakui ‘injil’ Barnabas?
Pertama, Menurut Gereja Katolik ‘injil’ Barnabas, tidak otentik, karena
ditulis berabad-abad setelah jaman Yesus dan para rasul. Seperti telah dibahas
pada sesi I bahwa manuskrip kitab tersebut ditemukan pada abad ke 16 dalam
bahaa Italia dan Spanyol. Oleh sebab itu, banyak penyelewengan-penyelewengan, karena
saksi hidup tidak ada. Sementara itu, Injil kanonik ditulis pada saat saksi
hidup masih ada, sehingga tidak mungkin terjadi penyelewengan.
Kedua, ‘injil’
Barnabas menyampaikan pesan yang bertentangan dengan Injil yang ditulis atas
kesaksian para saksi mata pada abad pertama. Keotentikan Injil yang dipakai
umat Kristiani saat ini dapat dibuktikan dengan adanya 5.000 manuskrip
Perjanjian Baru. Misalnya, ajaran injil Barnabas mengatakan bahwa Yesus pernah
berkata bahwa Ia bukan Mesias dan Ia
tidak mati di salib. Namun klaim ini dibantah secara langsung oleh dokumen-dokumen
yang lebih awal dan asli/ otentik. Tidak mungkin wahyu Allah dalam Perjanjian
Lama yang mengacu kepada kemesiasan Yesus batal karena ‘injil’ Barnabas yang
ditulis pada abad ke-16. Nama ‘Barnabas’ sendiri hanyalah karangan si ‘pembuat’
kitab untuk mengacaukan iman Kristiani. Seperti dijelaskan pada sesi I bahwa
Barnabas bukan bilangan kedua belas Rasul. Jika ‘injil’ Barnabas ditulis abad
ke 16, maka tidak mungkin Barnabas yang tertulis di Kitab Suci masih hidup.
‘Injil’ Barnabas menolak keseluruhan
isi Kitab Suci, sehingga ‘penulisnya’ mengatakan bahwa Yesus tidak disalibkan,
melainkan Yudas Iskariot. Pandangan seperti ini adalah pandangan Islam, dan
bukan ajaran Kristus sendiri seperti yang disampaikan oleh ke-empat Injil
(Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Selain itu, ‘penulisnya’ keliru dalam
menginterpretasikan bahasa Yunani. Ia menyamakan kata παράκλητος (paráklētos Yunani=Roh
Kudus), sehingga menjadi ‘periklutos‘ (artinya yang terhormat) yang
dapat diterjemahkan dalam bahasa Arab “Ahmad.” Tidak ada sama sekali kata ‘periklutos‘
dalam Kitab Suci berbahasa Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa ‘si penulis’ tidak
tahu bahasa Yunani, sehingga ia mengarang bebas sampai bablas. Sementara itu, Injil Yohanes, Kisah Para
Rasul dan surat- surat Rasul Paulus menjelaskan ciri-ciri atau kriteria
Parakletos sebagai berikut:
1. Ia (Parakletos) menyertai kamu (para murid) selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Benarkah nabi yang dimaksud tidak wafat?
2. Dunia tidak melihat melihat Dia (Parakletos)...tetapi kamu mengenal Dia. Benarkah nabi yang dimaksud tidak kelihatan secara fisik dan datang pada abad pertama, setelah Yesus naik ke surga?? Dan hanya para murid Yesus yang bisa melihat??
3. Ia (Parakletos) menyertai kamu...diam di dalam kamu. Benarkah nabi yang dimaksud Bisa diam dalam hati para murid Yesus??
4. Walau Yesus menemui Bapa di surga) Yesus tidak meninggalkan murid-muridnya sebagai yatim piatu. Benarkah nabi yang dimaksud ada di zaman Para rasul Yesus dan mendampingi mereka?
5. Penghibur/Roh Kudus/Roh Penolong (Parakletos) yang akan Ku (Yesus) utus dari Bapa, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa. Benarkah nabi yang dimaksud keluar dari Bapa, tidak punya ayah dan ibu?? Sudah sangat jelas bahwa Parakletos bukanlah seorang nabi, melainkan Roh Kudus yang turun setelah Yesus naik ke surga (bdk. Kis. 2:1-11).
Berdasarkan point di atas, kita
mengetahui bahwa Parakletos bukan sebagai manusia, melainkan Roh yang
dicurahkan kepada Para Rasul pada saat Pentakosta (Hari Turunnya Roh Kudus).
Dengan demikian, ‘injil’ Barnabas adalah ‘injil’ gadungan, yang ditulis oleh
‘orang gadungan.’
Ketiga, Surat Barnbas yang pernah dikenal dan dibacakan di Gereja Alexandria
di abad ke 2, itu tidak sama dengan ‘injil’ Barnabas. Apabila ditinjau dari
isi, tidak ada hubungan Surat Barnabas dengan ‘injil’ Barnabas. Surat Barnabas
mewartakan hal yang sama dengan Kitab Suci/Injil yang dipakai oleh umat
Kristiani saat ini.
Keempat, kekeliruan yang fatal dan janggal dalam ‘injil’
Barnabas.
1. Meskipun ditulis dalam bahasa Italia, kitab ini dituliskan
dengan gaya Arab/ Islam, sekali- kali dengan kata- kata bahasa Turki, dan tata
bahasa Turki, dengan dialek Tuska dan Venezia, seperti yang umum digunakan di
kota universitas Bologna (Italia).
2. Pada pinggiran halaman terdapat catatan- catatan dalam
bahasa Arab.
3. Penjilidan kitab berasal dari Turki, walaupun kertasnya
berasal dari Italia.
4. Terdapat kesalahan- kesalahan ejaan, seperti tidak perlunya
huruf ‘h’ ketika suatu kata berawal dengan huruf hidup (contoh “hanno”, padahal
harusnya cukup “anno”)
5. Spasi yang ada di bagian bawah setiap lembarnya
mengindikasikan spasi yang dimaksudkan untuk pencetakan.
6. Banyak frasa yang digunakan dalam ‘injil’ Barnabas mempunyai
kemiripan dengan frasa yang digunakan oleh Dante Alighieri, seorang pujangga
ternama Italia abad Pertengahan (1265-1321); sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengarang ‘injil’ ini meminjam/ meniru karya Dante.
7. Terdapat kemiripan tekstual ‘injil’ Barnabas dengan bahasa
setempat tentang ke- empat Injil (terutama bahasa Italia abad Pertengahan)
sehingga dapat diperkirakan bahwa kitab ini aslinya dituliskan dalam bahasa
Italia. Ini membuktikan ketidak-otentikan kitab ini, sebab bahasa Italia sendiri
baru eksis sekitar abad ke- 13 sebagai bahasa tulisan, sehingga tidak mungkin
ditulis oleh ‘Barnabas’ murid Yesus di abad pertama)
Kelima, Anakronisme dan ketidaksesuaian sejarah yang tercatat
dalam ‘injil Barnabas’
1.
Dikatakan bahwa Yesus dilahirkan di
jaman Pontius Pilatus, yang baru naik tahta setelah tahun 26. Ini keliru,
karena Yesus lahir pada jaman Kaisar Agustus (Luk 2:1).
2.
Yesus dikatakan ‘berlayar’ ke
Nasaret (bab 20), padahal Nasaret bukan kota pelabuhan. Tidak ada pantai atau
perairan di Nasaret untuk orang dapat berlayar.
3.
Penulis kitab ini kelihatannya tidak
menyadari bahwa kata ‘Kristus’ dan ‘Mesias’ adalah terjemahan dari kata yang
sama yaitu ‘Christos’, yaitu yang menjabarkan Yesus sebagai Yesus Kristus. Maka
tidak mungkin Yesus yang disebut Kristus itu mengatakan, “Saya bukan Mesias”,
[karena sama saja ia mengatakan bahwa saya bukan Kristus, yang adalah namanya
sendiri]. (bab 42).
4.
Ada referensi tahun yubelium yang
dirayakan setiap seratus tahun sekali (bab 82), bukannya lima puluh tahun sekali
seperti yang dituliskan dalam kitab Imamat 25. Anakronisme ini kemungkinan
berhubungan dengan Tahun Suci pada tahun 1300 yang ditentukan oleh Paus
Boniface VIII, yang menentukan untuk memperingati tahun Yubelium setiap seratus
tahun sekali.
5.
Adam dan Hawa dikatakan memakan buah
apel (bab 40), padahal seharusnya adalah buah pohon pengetahuan tentang yang
baik dan yang jahat (Kej 2:17). Kemungkinan kata apel diperoleh dari terjemahan
dari bahasa Ibrani ke bahasa Latin, di mana ‘apel’ dan ‘jahat’ sama- sama
dikatakan sebagai ‘malum‘.
6.
Kitab tersebut mengatakan bahwa
anggur disimpan di dalam gentong/ drum kayu (bab 152). Gentong kayu adalah ciri
khas penyimpanan anggur di Gaul dan Italia Utara, dan tidak umum digunakan
dalam kerajaan Roma, sampai tahun 300; sedangkan penyimpanan anggur di abad
pertama di Palestina adalah di dalam kantong kulit (wineskin) dan
tempayan (jar, ‘amphorae‘). Pohon English Oak/ Pedunculate (quercus
robur) tidak tumbuh di Palestina, dan kayu jenis lainnya tidak cukup padat
untuk digunakan sebagai gentong anggur.
7.
Semua kutipan didasarkan pada Vulgate bible
(382 AD). Ketika ‘injil’ Barnabas mengutip Perjanjian Lama, maka yang dikutip
lebih sesuai dengan bacaan- bacaan yang ada di kitab Latin Vulgate, daripada
yang ada di Kitab Septuagint ataupun Teks Masoretik Ibrani. Padahal terjemahan
Latin Vulgate yang adalah hasil karya St. Jerome dimulai tahun 382, bertahun-
tahun setelah kematian Barnabas. Maka pengutipan Vulgate ini merupakan
indikasi, bahwa kitab ini tidak mungkin ditulis oleh Rasul Barnabas sendiri di
abad pertama, saat teks Vulgate sendiri belum ada.
8.
Bab 54 mengatakan: “Sebab ia akan
mendapatkan nilai tukar dari emas adalah enam puluh minuti.” Dalam
Perjanjian Baru, satu- satunya koin emas, namanya aureus yang nilainya sama dengan
3,200 koin tembaga, yang disebut ‘lepton’ (diterjemahkan dalam bahasa
Latin, minuti), sedangkan koin perak Roma mempunyai nilai tukar 128
lepton. Maka nilai tukar 1:60 yang ditulis dalam ‘injil’ Barnabas, adalah
interpretasi dari jaman abad pertengahan dari perikop Injil (Mrk 12:42), yang
berasal dari pengertian standar di abad pertengahan bahwa minuti berarti
seperenampuluh. Selain itu, disebutkan pemakaian nama koin denarius, yang
dipakai di Spanyol tahun 685.
Keenam, Tidak ada bukti yang mendukung keaslian ‘injil’ Barnabas
1.
Tidak seperti kitab-kitab lainnya
dalam Perjanjian Baru yang terbukti keotentikannya dengan adanya lebih dari
5,300 manuskrip Yunani yang berasal dari abad awal sampai abad ke-3, hal ini
tidak terjadi pada injil Barnabas. Tidak ditemukan teks asli injil Barnabas
sejak abad-abad awal.
2.
Referensi pertama yang menyebutkan
tentang injil Barnabas adalah dokumen yang disebut Decretum Gelasianum yang
sering dihubungkan dengan Paus Gelasius I, 492-496. Konon injil Barnabas
termasuk dalam daftar yang ada dalam Decretum tersebut,
sebagai kitab apokrif yang harus dihindari. Namun di dekrit ini tidak
disebutkan isi manuskrip injil Barnabas, dan juga keaslian Decretum tersebut
juga dipertanyakan. Karena jika memang dekrit itu benar-benar resmi dan otentik
dikeluarkan oleh Paus Gelasius I, seharusnya termasuk dalam dokumen-dokumen
yang diterjemahkan dari bahasa Yunani ke Latin, oleh Dionysius Exiguus
(470-544), anggota Kuria Roma yang menerjemahkan 401 kanon Gereja, termasuk kanon
dan dekrit dari Konsili Nicea, Konstantinople, Kalsedon, Sardis dan kumpulan
semua dekrit yang dikeluarkan oleh Paus dari Paus Siricius (384-399) sampai
Anastasius II (496-498). Namun faktanya, tidak. Juga, jika dekrit ini otentik,
mestinya dekrit ini juga termasuk dalam kitab-kitab yang dikumpulkan oleh
Cassiodorus (485-585), administrator Kaisar Theodoris Agung yang bekerjasama
dengan Paus Agapetus I (535-536) dalam membuat perpustakaan teks Yunani dan
Latin yang digunakan untuk mendukung sekolah-sekolah Katolik di Roma. Namun
dekrit ini tidak termasuk di sana. Dengan demikian, para ahli menyimpulkan
bahwa daftar kitab apokrif yang ada dalam dekrit itu belum tentu ditulis oleh
Paus Gelasius I, namun oleh seorang imam dari Perancis Selatan atau Italia Utara,
di abad ke-6, yang mengumpulkan dokumen-dokumen dari periode berbeda.
((Menurut New Catholic Encyclopedia yang dikeluarkan oleh The
Catholic University of America, book 6, p. 314, Gelasian Decree Decretum
Gelasianum terdiri dari 5 bab, tentang: 1) Roh Kudus dan nama Kristus;
2) Kanon Kitab Suci; 3) Keutamaan Petrus dan Tahta Suci; 4) Otoritas dekrit
umum dari konsili-konsili; 5) Otoritas tulisan para Bapa Gereja dan karya tulis
Kristiani lainnya yang diterima oleh Gereja. Di sini tidak disebutkan adanya daftar
buku-buku yang dilarang.)). Selanjutnya, sekalipun ada teks asli injil Barnabas
yang ditulis di abad ke-5, maka teks itu juga pasti bukan ditulis oleh Rasul
Barnabas yang menjadi teman seperjalanan Rasul Paulus di abad pertama. Sebab
tidak mungkin Rasul Barnabas hidup sampai ratusan tahun (sekitar empat ratus
tahun?)
3.
Bentuk yang terawal yang kita
ketahui tentang injil Barnabas adalah teks dalam bahasa Italia. Teks ini telah
diteliti oleh para ahli Kitab Suci dan disimpulkan bahwa teks tersebut berasal
dari abad 15-16 yaitu sekitar 1400 tahun sejak zaman Rasul Barnabas. ((L. Bevan
Jones, Christianity Explained to Muslims, rev. ed. (Calcutta:
Baptist Mission Press, 1964)).
4.
Walaupun injil Barnabas ini begitu
dikenal sekarang di kalangan muslim, namun injil ini tidak dikenal/ dijadikan
referensi oleh para penulis/ apologetik muslim sebelum abad ke-15 dan ke-16.
Padahal jika injil ini memang sudah ada sejak dulu, hampir pasti mereka akan
mengutipnya. Geisler menyebutkan contoh pengarang muslim yang cukup dikenal di
abad sebelum abad 15, seperti Ibn Hasm (w. 456 A.H), Ibn Taimiyyah (w. 728
A.H.) Abu’l-Fadl al-Su’udi (menulis tahun 942 A.H.), dan Haji Khalifah (w. 1067
A.H.) mestinya mengacu kepada injil Barnabas dalam tulisan-tulisan mereka, jika
memang injil itu sudah ada di masa mereka hidup.
5.
Tidak ada Bapa Gereja di abad ke 1
sampai ke-15 yang pernah mengutipnya. Jika injil Barnabas otentik, tentu sudah
pernah dikutip oleh para Bapa Gereja dalam kurun waktu tersebut, seperti yang
terjadi pada kitab-kitab Injil kanonik. Bahkan kalau tidak otentik sekalipun,
mestinya pernah dikutip oleh setidak-tidaknya seorang penulis pada masa itu.
Tapi nyatanya, tidak ada yang pernah mengutipnya selama jangka waktu 1500
tahun.
6.
Selain banyak orang salah paham
dengan menyangka bahwa injil Barnabas adalah Surat (Pseudo) Barnabas (70-90)
sebagaimana telah disebutkan dalam point 3 di atas, adapula orang
yang menyangka bahwa injil Barnabas sama dengan Akta Barnabas/ Acts of Barnabas
(sebelum 478). Padahal keduanya tidak sama. Tidak ada penyebutan tentang nabi
Muhammad di Akta Barnabas, dan isi kedua kitab berbeda.
7.
Pesan yang disampaikan oleh injil
Barnabas ini (bahwa Yesus mengatakan bahwa Ia bukan Mesias) juga tidak sesuai
dengan klaim dari AlQur’an sendiri, sebab Qur’an sendiri mencatat bahwa Yesus
(yang disebut Isa) adalah Mesias (lih. 3:45; 5:19,75), walaupun pengertian
Mesias (Al masih) ini tidak sama dengan pengertian Yesus Sang Mesias bagi umat
Kristiani.
8.
Terdapat banyak elemen-elemen Islam
yang tercantum di dalam teks, yang mengindikasikan bahwa teks tersebut disusun
oleh seorang muslim di abad-abad berikutnya. Para ahli mencatat ada sekitar
empat belas hal. Di antaranya, disebutkannya kata “puncak” bait Allah di mana
Yesus berkhotbah, diterjemahkan dalam bahasa Arab, sebagai dikka, yaitu mimbar/
platform yang digunakan yang di mesjid. ((J. Slomp, “The Gospel in Dispute,”
in Islamochristiana (Rome: Pontificio Instituto di Studi
Arabi, 1978), vol. 4, 7.)) Atau dikatakan bahwa Yesus hanya datang untuk bangsa
Israel, sedangkan Muhammad untuk seluruh dunia (bab 11). Juga penolakan bahwa
Yesus adalah Putera Allah. ((sumber utama: Norman L Geisler & Abdul Saleeb,
Answering Islam: The Crescent in the Light of the Cross, (Baker Books 1993), p.
295-299)).
Ketujuh, ‘injil’ Barnabas bertentangan dengan sebagian isi Quran
1. Al-Quran mengatakan Mesias adalah Isa Al-Masih. Sebaliknya,
Injil Barnabas mengatakan “Muhammad adalah Mesias, dan Isa selalu menyangkal
bahwa Ia bukan Mesias” (Lihat bab 3, 42, 82).
2. Sura Al-Baqarah ayat 29 mengatakan langit ada tujuh. Juga
Sura Al-Isra ayat 44 memberi pernyataan yang sama. Tetapi Injil Barnabas bab
178 dengan tegas mengatakan bahwa langit ada sembilan. Sepertinya penulis kitab
ini membaca tulisan Dante yang mengarang khayalan terkenal “Divina Commedia” tentang
sembilan langit menuju Firdaus.
3. Menurut Qs 4:3, “seorang laki-laki dapat menikahi dua, tiga,
empat wanita” sekaligus. Bahkan Qs 70:30 menambahkan keempat isteri tersebut
adalah “selain budak-budak yang mereka miliki”. Hal ini bertentangan dengan ajaran
Injil Barnabas. Menurutnya “hendaklah seorang lelaki puas dengan seorang wanita
yang dikaruniakan Allah baginya dan hendaklah dia melupakan wanita lainnya”
(Injil Barnabas bab 115).
4. Saat melahirkan Isa Al-Masih, “Maryam mengalami rasa sakit
saat melahirkan” (Qs 19:23). Sedangkan Injil Barnabas bab 13 mengatakan,
“Maryam ‘dikelilingi oleh cahaya terang yang luar biasa, seraya melahirkan
puteranya tanpa sakit”.
5. “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal
perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya” (Qs 17:13). “Ketika
Allah menciptakan manusia dengan kebebasan agar dia boleh mengetahui bahwa
Allah tidak membutuhkan manusia, sama seperti seorang raja yang memberikan
kebebasan kepada hamba-hambanya” (Injil Barnabas bab 155)
Sangat masuk akal bila mendiang Dr. Abbas Mahmoud Al Aqqad
mengatakan Injil Barnabas palsu. Sebab terdapat beberapa ajaran dalam Injil
Barnabas yang bertentangan dengan Al-Quran.
Kedelapan, ‘injil’ Barnabas merupakan ‘injil’ gadungan yang tidak
layak digunakan sebagai acuan ajaran. Teksnya tidak berasal dari abad pertama
masehi seperti Injil yang dipakai umat Kristiani saat ini. Oleh sebab itu, umat
beriman diajak untuk berpegang pada Kitab Suci yang telah dikanon dan
ditentukan oleh Magisterium Gereja Katolik yang telah menerima kuasa
infalibilitas dari Kristus untuk “mengikat dan melepaskan” (Mat 16:18-19,
18:18). Rasul Paulus sendiri telah mengingatkan jemaat agar tidak mengikuti
injil-injil yang lain daripada yang telah mereka terima dari para rasul (lih. 2
Kor 11:4 dan Gal 1:6). Kemungkinan ‘injil’ Barnabas adalah ‘injil’ yang
dikarang oleh penganut Gostik dan Docetisme, yang berkembang menjadi ‘injil’
Barnabas di abad ke- 16.
Tambahan
untuk disimak:
Referensi:
Editor; Silvester Detianus Gea
EmoticonEmoticon