Pengantar
Makalah ini ditulis dalam rangka tugas Ujian Tengah Semester IP Teologi Universitas Atmajaya, Jakarta untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Berdasarkan beberapa sumber penulis menyusun mulai dari Glosarium, Sejarah Penemuan Dokumen, Kapan Mulai Munculnya aliran ini, Pendiri, dan Tujuan Manikheisme, kemudian Pengaruh dan Penyebarannya. Manikheisme merupakan suatu aliran kepercayaan dualistis yang memisahkan hal-hal yang baik atau cahaya dengan yang jahat yaitu materi, yang baik dan yang jahat selalu mengadu kekuatan; bahwa roh berasal dari Allah, sedangkan tubuh berasal dari setan. Hal-hal yang bersifat dualisme seperti itu merupakan inti ajaran Manikheisme.
Glosarium
“Manikheisme adalah ajaran sesat yang dualistis sifatnya dan dikembangkan oleh Mani dengan memanfaatkan pelbagai unsur dari Zoroastrianisme, Buddhisme, Gnostisisme dan Kristianisme. Seluruh realitas ini menurut Manikheisme dibagi dalam dua unsur: Terang dan Gelap. Diajarkan, bahwa objek praktik agama adalah membebaskan partikel-partikel terang yang telah dicuri oleh Setan dari dunia Terang dan terpenjara dalam benak manusia. Yesus, Buddha, dan para nabi serta Mani sendiri telah diutus untuk membantu melaksanakan pembebasan tersebut. Bagi manikheis, seluruh alam fisis ini dimobilisasi untuk menciptakan pembebasan. Salah satu wujud nyata pembebasan itu adalah matiraga yang keras yang dimengerti sebagai upaya membebaskan keinginan kedagingan” .
Sejarah Penemuan Dokumen
Dokumen yang menjadi sumber sejarah keberadaan Manikheisme ditemukan di gua Turfan di Turkhestan (Cina) pada tahum 1900. Ketika itu ditemukan sejumlah besar dokumen yang merupakan hasil karya Mani, sebagai pendiri ajaran yang disebut Manikheisme berupa Book of Giants, dokumen liturgis, rumus-rumus pengakuan iman, model katekese serta teks-teks dogmatik. Penemuan ini mula-mula diteliti oleh orang-orang Rusia kemudian diteruskan oleh F.K.X. Müller, A. von Le Cog, A. Stein dan P. Pellio, yang merupakan anggota rombongan ekspedisi ilmiah dari Jerman, Inggris, Perancis dan Cina. Hasil penelitian mereka kemudian dipublikasikan sehingga dapat diketahui segala sesuatu tentang Manikheisme.
Kapan muncul
Meskipun sampai dengan tahun-tahun pertama abad ke-20 belum diketahui mengenai Manikheisme, dengan hasil penemuan diketahui Manikheisme muncul pada akhir abad ke tiga yang kemudian berkembang dan mengakar.
Pendiri
Seorang filsuf, astrolog dan pelukis dari Persia bernama Mani (Manichaeus) adalah pendiri Manikheisme. Ia lahir di desa Mardînû di gurun Nahr Kûtâ, Babilonia Selatan, pada tanggal 14 April 216 Masehi. Mula-mula ia menjadi anggota sekte Gnostik Yahudi sampai usia 24 tahun. Pada Tahun 241 Masehi, Mani mendapatkan perutusan dari malaikat al-Taum untuk mewartakan puncak wahyu ilahi mengenai pencipta asal, yaitu yang-baik atau cahaya dan yang-jahat atau materi. Roh manusia berasal dari Allah, sedangkan tubuhnya berasal dari setan. Yang-baik dan yang-jahat selalu mengadu kekuatan. Iapun mulai mengajarkannya. Ia memproklamirkan dirinya sebagai nabi Allah yang tertinggi dan yang terakhir.
Tiga tokoh diakuinya sebagai pelopor-pelopor bagi kedatangannya:
1. Yesus; dalam surat-surat yang ditulisnya, Mani selalu menyebut dirinya, “Rasul Yesus Kristus”. Menurut Mani, Gereja salah dalam hal memahami ajaran Yesus yang menjanjikan untuk mengutus Roh Penghibur. Roh Penghibur yang sebenarnya adalah Mani sendiri.
2. Zoroaster, dan
3. Buddha.
1. Yesus; dalam surat-surat yang ditulisnya, Mani selalu menyebut dirinya, “Rasul Yesus Kristus”. Menurut Mani, Gereja salah dalam hal memahami ajaran Yesus yang menjanjikan untuk mengutus Roh Penghibur. Roh Penghibur yang sebenarnya adalah Mani sendiri.
2. Zoroaster, dan
3. Buddha.
Ajaran dalam Manikheisme
Ajaran Mani bersifat dualistik dan asketik serta panteistik. Theologianya dimulai dengan pertentangan antara Kerajaan Terang dengan Kerajaan Kegelapan, mempunyai konsep dualistis atas struktur dunia. Suatu dualitas radikal antara Terang dan Gelap, Baik dan Buruk ada sejak semula. Menurut Manikheisme, kelahiran jiwa dalam suatu dunia nan terang; jiwa suatu saat terperosok dalam tahanan tubuh (dunia materiil) dan jiwa dapat terangkat kembali ke dunia aslinya hanya dengan perantaraan gnosis.
Mani membagi-bagi pengikutnya dalam golongan yang terpilih, imam-uskup-rasul. Rasul-rasul terdiri dari 12 orang dan Mani sebagai pemimpinnya. Di bawah mereka terdapatlah 72 uskup dan di bawahnya lagi terdapat presbiter, diaken dan penginjil keliling. Para manikheis diminta menjaga moralitasnya (meski tetap tinggal pada tataran teoritis) dengan menyangkal kekayaan, karya (pekerjaan), istirahat (relaksasi), perang, berburu, berdagang, dan bertani. Mereka harus memperlihatkan kerajinan dalam menyebarkan pengetahuan akan keselamatan.
Dua jenis keanggotaan dalam Gereja Manikheis dan kualitas moralnya :
1. Pendengar (Audientes): Membatasi diri pada pelaksanaan 10 perintah manikheis dengan menjauhkan diri dari berhala, dusta, magi, pencurian, percabulan, pembunuhan. Para Pendengar hidup dari bertani, beternak, dan kawin, tetapi harus menghindari prokreasi dan berpuasa pada hari Minggu. Berkewajiban melayani Katari dengan derma dan hospitalitas.
2. Katari Electi, orang terpilih, manikheis sejati). Mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan: mulut, tangan, hati .
Berkenaan dengan mulut: seorang Katari tidak menghujat, menjauhkan diri dari pembicaraan bertele-tele, bersilat lidah, makanan tidak sehat (daging dan anggur). Berkenaan dengan tangan: seorang Katari tidak menyentuh benda yang berasal dari kerajaan gelap, misalnya senjata; tidak membunuh binatang dan merusak tanaman; menjauhkan diri dari kerja tangan. Berkenaan dengan hati: seorang Katari melakukan pantang hubungan seksual. Wajib berdoa untuk pendengar, supaya mereka dapat berinkarnasi dalam jiwa Katari yang mengantarnya masuk ke dalam Kerajaan Terang.
Tata ibadah mereka tidak mengenal korban, berdoa empat kali sehari didahului dengan pembasuhan kaki dan sujud. Jemaat menghadap ke arah matahari atau bulan sebagai tahta terang. Pada hari Minggu mereka berpuasa. Mereka merayakan hari martir guru mereka pada bulan Maret dan menolak hari-hari raya gereja lainnya. Manikehisme mengenal juga adanya sakramen, baptisan dengan air dan pengurapan dengan minyak. Ekaristi dirayakan sebagai peringatan terbelenggunya jiwa terang oleh materi, tanpa memakai anggur karena Kristus tidak berdarah.
Berkenaan dengan mulut: seorang Katari tidak menghujat, menjauhkan diri dari pembicaraan bertele-tele, bersilat lidah, makanan tidak sehat (daging dan anggur). Berkenaan dengan tangan: seorang Katari tidak menyentuh benda yang berasal dari kerajaan gelap, misalnya senjata; tidak membunuh binatang dan merusak tanaman; menjauhkan diri dari kerja tangan. Berkenaan dengan hati: seorang Katari melakukan pantang hubungan seksual. Wajib berdoa untuk pendengar, supaya mereka dapat berinkarnasi dalam jiwa Katari yang mengantarnya masuk ke dalam Kerajaan Terang.
Tata ibadah mereka tidak mengenal korban, berdoa empat kali sehari didahului dengan pembasuhan kaki dan sujud. Jemaat menghadap ke arah matahari atau bulan sebagai tahta terang. Pada hari Minggu mereka berpuasa. Mereka merayakan hari martir guru mereka pada bulan Maret dan menolak hari-hari raya gereja lainnya. Manikehisme mengenal juga adanya sakramen, baptisan dengan air dan pengurapan dengan minyak. Ekaristi dirayakan sebagai peringatan terbelenggunya jiwa terang oleh materi, tanpa memakai anggur karena Kristus tidak berdarah.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai Mani adalah mendirikan suatu agama baru, sebagai dasar dari agama yang lain. Dikatakannya bahwa semua alkitab, kebijaksanaan, pewahyuan, kias dan mazmur dari agama-agama sebelumnya terkumpul dalam agama Mani dan dalam kebijaksanaan yang dia singkapkan.
Pengaruh Manikheisme
Manikeisme mempengaruhi golongan tertentu dalam agama Kristen. Santo Agustinus dari Hippo pernah menjadi salah seorang menganutnya untuk beberapa saat (373-383) namun setelah bertobat menulis buku yang melawan Manikheisme. Bidah Albingens sangat dipengaruhi oleh pandangan Manikeisme.
Penyebaran
Ajaran Manikheisme tersebar di Mesopotamia ke Timur hingga Cina – ke Barat hingga Afrika, Sisilia, Italia dan Spanyol. Selama masa pemerintahan kaisar-kaisar Kristen di Roma golongan Mani dikejar-kejar. Kaisar Diocletianus pada tahun 302 menetapkan maklumat anti-manikheis dengan sanksi sangat berat. Pada usia 60 tahun Mani dijebloskan ke dalam penjara karena dituduh bidah. Namun demikian Manikheisme barulah hilang pada abad ke-6.
Kesimpulan
Manikheisme yang merupakan ajaran dualisme yang sesat, terutama dengan pernyataan pendirinya, Mani sebagai Roh Penghibur yang dijanjikan Yesus. Merupakan gabungan unsur ajaran dalam Zoroastrianisme, Buddhisme, Gnostisisme dan Kristianisme. Ajaran Mani bersifat dualistik dan asketik serta panteistik. Theologianya dimulai dengan pertentangan antara Kerajaan Terang dengan Kerajaan Kegelapan. Manikheisme menyangkal tanggung jawab manusia atas perbuatannya yang jahat dengan alasan manusia berbuat jahat bukan karena kemauannya sendiri melainkan disebabkan perbuatan setan yang berkuasa atas dirinya. Matiraga diajarkan kepada para pengikutnya sebagai upaya untuk membebaskan diri dari kuasa setan. Tujuan yang hendak dicapai Mani adalah mendirikan suatu agama baru, sebagai dasar dari agama yang lain. Setelah Mani dihukum mati, maka ajarannya mempengaruhi golongan tertentu dalam agama Kristen. tersebar luas di Kerajaan Romawi, sampai ke Mongolia dan Tiongkok. Manikheisme baru hilang pada abad ke-6.
Daftar Pustaka
1. Kristiyanto, Eddy, OFM. 2003. Visi Historis Komprehensif - Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Kanisius
2. Willem, Drs. F. D., M. Th. 1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
3. Heuken, A., SJ, Ensiklopedi Gereja.2005. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
4. Kristiyanto, Eddy, OFM. 2002. Gagasan Yang Menjadi Peristiwa Sketsa Sejarah Gereja Abad I – XV, Jakarta: Penerbit Kanisius.
2. Willem, Drs. F. D., M. Th. 1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
3. Heuken, A., SJ, Ensiklopedi Gereja.2005. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
4. Kristiyanto, Eddy, OFM. 2002. Gagasan Yang Menjadi Peristiwa Sketsa Sejarah Gereja Abad I – XV, Jakarta: Penerbit Kanisius.
Silvester Detianus Gea
Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik)
EmoticonEmoticon