Banyak kaum Evangelis mempertanyakan mengapa Gereja berakhir di
Roma. Menurut mereka Kitab Suci mengatakan mengenai "Yerusalem Baru"
dan tidak mengatakan mengenai Gereja di Roma sampai pada akhir Kitab Kisah Para
Rasul. Memahami hal ini sesungguhnya kembali kepada penerimaan kita bahwa
Petrus diberikan kunci-kunci Kerajaan oleh Yesus (Mat. 16:18). [Selain itu,
Rasul Petrus diberikan mandat untuk menjadi gembala atas domba-domba (bdk. Yoh.
21:15-19)]. Gereja Katolik meyakini adany bukti biblis dan historis[a] tak
terbantahkan yang mendukung keunggulan Petrus. Petrus mewartakan Injil sampai ke
Roma dan meninggal di sana. Setelah itu penerus-penerusnya berada di sana dan
melanjutkan penggembalaan. [hal ini tentu saja untuk menggenapi perkataan Yesus
bahwa ia akan menyertai GerejaNya sampai akhir jaman]. Sementara, itu di
Yerusalem sekitar tahun 70, terjadi penganiayaan hebat yang membuat Gereja
hampir mati suri sampai sekitar tahun 130. Banyak artikel yang meneguhkan
keberadaan Rasul Petrus dan wafatnya di Roma.[b].
Yerusalem Baru Dalam Kitab Wahyu Bukan Sebuah Tempat Fisik
Sama halnya Perjanjian Lama penuh dengan bayangan akan
[tipologi] Perjanjian Baru, umat Katolik meyakini bahwa Alkitab menunjukkan
jelas bahwa Yerusalem Baru dalam Kitab Wahyu bukanlah kota historis Yerusalem.
Kita tidak percaya bahwa Israel masa kini adalah sebuah wujud spiritual yang
sama dengan Israel dalam sejarah sebelum masa Kristus. Setelah penyaliban,
tabir Bait Suci Yahudi terbelah menjadi dua (Mar 15:37-39, Luk 23:44-46, Mat
27:51). Pada titik itu, pemindahan otoritas terjadi dan kita percaya bahwa
bibit Gereja menjadi Israel Baru.
Katekismus Gereja Katolik
artikel 63 menjelaskan: Israel adalah bangsa imam-imam Allah (Bdk. Kel 19:6),
yang telah diberkati dengan "nama Allah" (Ul 28:10). Itulah bangsa
orang-orang, "yang menerima Sabda Allah sebelum kita" (MR, Jumat
Agung, Doa umat meriah 6), bangsa "kakak-kakak" dalam iman Abraham.
[KGK #63]. Setelah wafat Yesus, nubuatan Perjanjian Lama mengenai Yerusalem
secara jelas dipahami sebagai referensi akan umat Allah dan bukannya kota
historis Yerusalem. Ini berarti bahwa takhta Gereja dapat berada dimanapun di
bumi. Ini membuka pintu akan kepindahan ke tempat yang paling bagus untuk bibit
Gereja yang sedang berjuang. Itu bukan berarti tidak ada kepentingan historis
akan Yerusalem maupun ia menyangkal bahwa Allah masih mempunyai hati kepada
umat Yahudi dan suati hari mereka akan bertobat. Lihat artikel saya mengenai
Teologi Penggantian[c] untuk lebih jelasnya.
Ujung Dunia Dalam
Kisah Para Rasul adalah Roma
Yesus ingin agar Injil diwartakan ke seluruh dunia. Bila tidak
terjadi penganiayaan di Yerusalem dapat dipertanyakan sejauh mana Injil dapat
berjalan. Penganiayaan memaksa para rasul untuk keluar dari Yerusalem. Kita
melihat dalam Kisah Para Rasul sebuah gerakan yang kuat untuk mendirikan Gereja
di Roma sebagai ‘ujung bumi’. Disitulah Kisah Para Rasul berakhir. Santo Lukas
menyatakan, "Inilah bagaimana kita akhirnya sampai di Roma" (Kis
28:14). Beberapa Evangelis berpikir bahwa Kisah para Rasul berakhir terlalu
tiba-tiba. Mereka gagal melihat bahwa pendirian Gereja Perdana di Roma adalah
tujuan dan Lukas mengakhiri bukunya saat hal ini terpenuhi. Kepindahan ke Roma
terjadi sangat awal dalam sejarah Kristiani yang kita dapat temukan dalam
Alkitab. Yesus sendiri berkata "jadikanlan semua bangsa murid-Ku" (bdk.
Mat 28:19) dan itu dapat terpenuhi apabila Injil telah diwartakan sampai ke
ujung bumi yakni Roma. Mereka yang berpikir bahwa Roma adalah kota binatang
[dalam Wahyu] mungkin perlu membaca ini[d].
Petrus Mempunyai Kedudukan Tertinggi Diantara Para Rasul
Seorang imam Ortodoks menunjukkan bahwa
Yakobus yang membuat keputusan seputar permasalahan sunat di Yerusalem, bukan
Petrus (Kis 15:19). Seperti kita ketahu, Yakobus adalah Uskup Yerusalem
sehingga masuk akal bahwa Yakobus akan membuat keputusan di dalam wilayah
pelayanannya/keuskupannya. Dia membuat keputusan tersebut berdasarkan ceramah
Petrus (Kis 15:14). Keputusannya adalah tanggapan atas petunjuk Petrus. Tiada
bukti biblis akan perebutan kekuasaan diantara Santo Yakobus (Uskup Yerusalem)
dan Santo Petrus. Akan tetapi ada banyak bukti bahwa Petrus adalah sebagai
pemimpin. Sekedar untuk kita ketahui, Petrus disebut lebih banyak dari para
rasul lainnya dalam Kitab Suci (152 kali). Ia berdiri dan berkata mewakili para
rasul (Mat 19:27, Kis 1:15, 2:14). Ia berdiri pada kelahiran Gereja saat
Pantekosta untuk memimpin mereka (Kis 2:14). Selain itu, para murid disebut
dengan "Petrus dan para rasul" (Kis 2:37, 5:29) dan Petrus diberikan
otoritas ‘kuasa melepas dan mengikat’ sebelum para rasul lainnya (Mat 16:18).
Ia selalu disebut pertama saat daftar
para rasul dimunculkan (Mat 10:1-4, Mar 3:16-19, Luk 6:14-16, Kis 1:13) --
beberapa kali hanya "Petrus dan mereka yang bersama dia" (Luk
9:32).Yohanes berlari mendului Petrus ke makam akan tetapi saat dia tiba dia
berhenti dan tidak masuk ke dalam. Dia menunggu dan membiarkan Petrus masuk.
(Yoh 20:4). Petrus turun dari perahu di tengah badai, sekalipun mereka semua
takut mereka akan mati di dalam badai (Mat 14:29).
Petrus adalah yang
tertua
Yesus berkata pada petrus untuk "Berilah makan
domba-dombaKu [Yunani: 'arnia']... gembalakanlah domba-dombaKu [Yunani:
'probata']... berilah makan domba-dombaKu [Yunani: 'probata']" (Yoh
21:15-17). Perbedaan antara 'arnia' dan 'probata' sangat signifikan. 'Arnia'
adalah anak/nayi domba, sedangkan 'probata' adalah domba dewasa. Kemungkinan
Yesus meminta kepada Petrus untuk menjaga baik umat awam (arnia), dan para
rasul (probata). Terlepas dari penafsiran akan anak-anak domba dan domba
dewasa, secara jelas Yesus meminta kepada Petrus untuk memberi makan dan
menggembalakan kawanan dombaNya. Nampaknya Dia meminta Petrus untuk
menggembalakan GerejaNya di bumi, mewakiliNya."Simon, Simon, lihat, Iblis
telah menuntut untuk menampi kamu (Yunani: 'hymas', bentuk jamak, atau "kamu
semua") seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau (Yunani
'sou', bentuk tunggal personal, atau "kamu sendiri"), supaya imanmu
jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah
saudara-saudaramu." (Lukas 22:31-32). Petrus mengawasi 'masuknya' bangsa
Samarita, dan non Yahudi [ke dalam Gereja]. Ini dapat menghancurkan iman, akan
tetapi dibawah bimbingan Petrus Gereja turut bersama, karena Petrus adalah
pempimpin mereka.
Perpindahan Pusat Kekristenan Dari Yerusalem Ke Roma
Dari sudut pandang praktis, kita tidak dapat membayangkan bagaimana
seandainya kepausan berada di Yerusalem. Yerusalem selalu berada dalam keadaan
kacau, dan telah ditaklukkan berkali-kali. Yerusalem di bawah kekuasa Islam
selama berabad-abad setelah masa Kristus. Kita dapat membayangkan nasib Kepausan
di bawah kekuasaan Islam. Itu akan menjadi bencana. Benar, Roma telah dijarah
berkali-kali pada tahun 410, 455 dan 546 oleh suku-suku Jerman [barbar], dan
sekali lagi pada tahun 1527 oleh Kaisar Agung Roma, Charles V, akan tetapi ini
tidak ada apa-apanya dibandingkan kekacauan Yerusalem. Umat Katolik percaya
Allah tahu persis apa yang Dia lakukan saat Dia memindahkan takhta Gereja ke
Roma jauh dari timur tengah selama generasi pertama sesudah Kristus.
CATATAN KAKI
[a]
http://catholicbridge.com/catholic/pope_peter_rock.php
[b]
http://catholicbridge.com/catholic/did_peter_die_in_rome.php
[c]
http://catholicbridge.com/catholic/replacement_theology.php
Sumber: http://catholicbridge.com/…/why_did_the_catholic_church_mov…
EmoticonEmoticon