falco / Pixabay |
Ketika kita membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Yesus memanggil ibunya ‘wanita’. Namun terjemahan tersebut disesuaikan sehingga menjadi ‘ibu”. Tidak sedikit orang menuduh bahwa perkataan Yesus itu menunjukkan bahwa Maria, ibunya hanyalah sebagai ‘alat saja” yang dipakai oleh Allah. Oleh sebab itu menurut mereka tidak penting lagi menghormati Maria, ibu Yesus. Tentu saja pandangan demikian sangat bertentangan dengan iman Katolik. Iman Katolik mengajarkan bahwa Maria adalah bunda semua pengikut Yesus (lihat Yoh. 19:25-27). Maka setiap pengikut Yesus patut menghormati Maria, ibu Yesus, sebagaimana sebagai manusia kita menghormati orangtua dan orang-orang terhormat. Benarkah Yesus tidak menghormati ibunya, sehingga memanggilnya sebagai ‘wanita’? Tentu saja Yesus sangat menghormati ibunya bahkan melebihi hormat kita pada Maria, ibunya.
Pertama, memanggil
seorang perempuan dengan sebutan ‘wanita” merupakan hal yang wajar pada zaman
Yesus (Lihat Yoh. 4:21, 8:1). Oleh sebab itu, Maria tidak pernah tersinggung
dengan panggilan tersebut. Malah tidak ada sama sekali reaksi marah terhadap
Yesus yang memanggilnya ‘wanita”.
Kedua, Setidaknya ada
dua kali Yesus memanggil Maria sebagai ‘wanita’ (lihat Yoh. 2:4, 19:26). Hal
itu hendak menunjukkan bahwa Maria selalu hadir di awal dan di akhir karya
Yesus. Sebutan ‘wanita’ pada kedua ayat tersebut berasal dari kata Gune.
Ketiga, gaya penulisan
Injil Yohanes mirip dengan gaya penulisan awal Kitab Kejadian memakai kata “pada
mulanya”. Penulis kedua kitab hendak mengatakan bahwa kehadiran Yesus dalam
Injil sejajar dengan kisah penciptaan. Selain itu, kesejajaran yang sama dapat
kita temukan pula pada inklusi penyebutan Maria sebagai ‘wanita’ dengan peran
Hawa (Lihat Kej. 3:15). Dengan demikian semakin jelas inklusi Maria sebagai
‘wanita’ (Yun:gune) (Lihat Kej. 3:15). Sebagaimana Hawa dan Adam hadir
sebagai mitra kerja yang ‘menghasilkan dosa’, demikian pula Maria (Hawa baru)
mitra kerja Kristus untuk menyelamatkan manusia.
Keempat, Yesus sendiri
telah menyerahkan ibunya kepada Yohanes, "Inilah ibumu!", sementara
itu kepada Yohanes (dan untuk kita), "Ibu, inilah, anakmu!". Oleh
sebab itu, penyebutan Maria sebagai ‘wanita’ menunjukkan kapasitasnya sebagai
‘Hawa baru’, ibu dari pengikut Yesus. Keibuan Maria bukan semata-mata karena
status melainkan karena perannya sebagai ibu yang melahirkan, membesarkan, dan
mendampingi Yesus dari awal hingga akhir karyanya.
EmoticonEmoticon