“Janganlah
kita melupakan mereka yang telah meninggal dalam doa kita. Janganlah
kita melupakan Para Bapa Bangsa, Para Nabi, Para Rasul, dan Para Martir
yang membawa permohonan-permohonan kita kepada Allah; janganlah kita
melupakan Para Bapa Suci dan Para Uskup yang telah meninggal juga semua
orang yang paling dekat dengan kita yang membawa permohonan-permohonan
kita kepada Allah.” (St. Cyril of Jerusalem (ca. 350) Catechetical Lectures, 23 [Mystagogic 5], 90)
Kami sebagai orang Katolik menghormati Persekutuan Para Orang Kudus, tetapi kami sebagai umat Katolik
tidak menyembah Para Kudus tersebut. Karena Hanya Allah yang layak dan patut untuk disembah
(Mat 4:10; Luk 4:8; Kis 10:26). Kami menghormati para kudus sebab jika kita boleh menghormati ayah dan ibu kita ,maka mengapa kita tidak boleh menghormati Para Kudus? Dalam kitab suci tertulis bahwa Petrus ,Yakobus, dan Yohanes menyembah Yesus sambil menghormati Elia dan Musa pada waktu peristiwa Transfiguraasi (Markus 9:4),Yosua jatuh bersujud di hadapat seorang malaikat (Yos 5:14),Daniel Jatuh bersujud di hadapan Malaikat Gabriel(Dan 8:17),Tobias dan Tobit jatuh ke tanah di hadapan
Malaikat Rafael (Tob 12:16). Jika orang-orang besar ini boleh
menghormati Para Malaikat dan Orang Kudus, mengapa kita tidak boleh?
Sebagai umat Katolik kami mengakui bahwa hanya ada satu Pengantara, Yesus Kristus (1
Tim 2:5). Kami mengakui bahwa Yesus Kristus merupakan satu-satunya Pengantara,
tetapi Ia telah mengaruniakan kami dan Para Kudus dengan kemampuan untuk
terikat satu sama lain dalam satu kepengantaraan tersebut.
Seperti yang di katakan Paulus: “Jadilah pengikutku sama seperti aku juga jadi pengikut Kristus”
(1 Kor 11:1; juga 1 Tes. 1:6-7; 2 Tes. 3:7). Dengan kata lain, lakukan
apa yang saya lakukan seperti saya melakukan apa yang Kristus lakukan.
Bukankah ini berarti melayani dalam Pengantaraan Kristus? Demikian juga,
1 Tes 1:5-8 mengingatkan kita bahwa kita harus menjadi teladan bagi
orang beriman dan Ibrani 13:7 mengingatkan kita supaya mengingat para
pemimpin kita dan supaya kita mengingat dan mencontoh iman dan kehidupan
mereka. Dengan menjadi seorang Kristiani dan dengan menjadi seorang
teladan dari Kristus, seseorang berbagi dalam kepengantaraan Kristus.
Paulus juga mengingatkan kita bahwa kita menggenapkan apa yang kurang
pada penderitaan Kristus untuk Tubuh-Nya, yaitu Gereja (Kol 1:24). Jika
demikian, maka menjadi seorang Kristiani berarti bahwa kita, oleh karena
kodrat kita, berbagi dalam satu kepengantaraan Kristus.
Kodrat
sesungguhnya dalam menjadi seorang Kristiani adalah untuk menjadi
seorang pengantara / mediator karena kita adalah gambar dan rupa
Kristus, yang mana hal ini berarti kita harus bertumbuh dalam kekudusan,
berbagi dalam penderitaan Kristus. Dan dengan berbagi dalam
penderitaan-Nya berarti bahwa seseorang berbagi dalam pengorbanan Yesus
dalam Salib kepada Allah Bapa. Seperti Kristus yang menderita pada kayu
salib untuk keselamatan kita, kita merupakan orang-orang yang berperan
dalam karya penebusan Kristus oleh karena penderitaan kita sebagai
seorang Kristiani dan oleh karena kita adalah gambar dan rupa Kristus.
Kehidupan orang beriman adalah pengorbanan yang hidup bagi Allah.
Kitab
Suci menunjukkan bahwa Para Kudus adalah yang pertama dan terutama
berada di Surga bersama Kristus sebelum kebangkitan badan pada akhir
zaman nanti (2 Makabe 15:11-16; Markus 12:26-27; Luk 23:43; 2 Kor 5:1,
6-9; Fil 1:23-25; Wahyu 4:4, 6:9, 7:9; 14:1, 19:1,4-6). Allah adalah
Allah orang hidup bukan Allah orang mati (Mrk 12:26-27). Penyamun di
kayu salib yang memandang Yesus, bertobat dan diberitahu Yesus bahwa ia
akan berada di Firdaus bersama dengan Kristus pada hari itu. (Luk
23:43). Dalam Ibrani 12:1, kita diingatkan bahwa kita dikelilingi oleh
awan saksi-saksi surgawi. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
mengingatkan kita bahwa Para Martir berada dalam tangan Allah (Wahyu
6:9-11; 20:4 ; Kebijaksanaan Salomo 3:1-6). Kitab Didache yang memuat pengajaran Para Rasul menegaskan: “Tuhan akan datang dan seluruh orang kudus-Nya bersama Dia.”
Kitab
Suci menunjuk pada fakta bahwa umat beriman di bumi berada dalam
persekutuan dengan Para Kudus di surga (1 Kor 12:26; Ibr 12:22-24), dan
bahwa mereka membantu kita melalui doa-doa syafaat mereka (Luk 16:9, 1
Cor 12:20; Why 5:8). Sebagai contoh, Kitab Suci menunjukkan bahwa “Dalam
hidupnya (Elisa) memperlihatkan mujizat-mujizar dan setelah
kematiannya, perbuatan-perbuatan yang mengagumkan” (Sir 48:14). Bahkan
setelah kematiannya, Elisa menjadi perantara bagi kita dan membawakan
kita hal-hal “yang mengagumkan”. Dalam Tobit 12:12, kita melihat
bagaimana seorang Malaikat mempersembahkan doa-doa dari dua orang
manusia kepada Allah.
Betapa
sedih bagi saya sebagai seorang Imam Katolik ketika mendengar kalimat
“sampai kita bertemu kembali” dari orang-orang atau
denominasi-denominasi Protestan lain ketika ada anggota keluarga mereka
yang meninggal. Bagi umat Katolik, hubungan kita tidak pernah berakhir.
Persekutuan yang kita bagi dengan orang lain di bumi (1 Kor 12:24-27)
adalah sesuatu yang berlanjut di dalam Api Penyucian dan Surga. Bentuk
hubungan kita memang berubah, tetapi hubungan tersebut berlanjut ke
dalam keabadian. Betapa membahagiakan mengetahui bahwa kita dapat
membantu orang-orang melalui doa-doa kita ketika mereka sedang
dimurnikan dalam Api Penyucian (2 Mak 12:45). Betapa membahagiakan
mengetahui bahwa dari surga, mereka sedang menjadi pendoa dan perantara
bagi kita dalam kehadiran Allah. (bdk Why 5:8; 1 Kor 12:20; Ibr 12:22)
Saya
memikirkan ayah saya yang meninggal 20 tahun lalu. Seperti dia yang
mencintai saya, merawat saya dan berdoa bagi saya dalam perjalanan
duniawinya, apa yang kamu pikirkan yang sedang ia lakukan di surga? Dia
sedang mencintai saya, sedang merawat saya dan sedang berdoa bagi saya.
Tetapi sekarang doa-doanya lebih berdaya guna, karena doa-doa tersebut
adalah doa-doa dari seorang manusia yang telah dimurnikan dan
disempurnakan. Doa-doa tersebut adalah doa-doa yang sungguh terbaik dari
ayah saya. Jadi ketika saya sedang mengalami hari yang sulit, saya
dapat berdoa kepada ayah saya dan berkata, “Hei Ayah, daraskanlah sedikit doa kepada Allah bagiku.” dan ia akan melakukannya. Atau saya dapat berkata ketika saya sedang mengalami hari yang menyenangkan, “Hei Ayah, katakanlah sedikit ucapan terimakasih kepada Allah bagiku.”
dan ia akan melakukannya. Dalam banyak cara, ayah saya lebih dekat
dengan saya sekarang dari pada sebelumnya. Betapa karunia yang begitu
mulia!
Marilah
kita jangan pernah menjadi takut untuk meminta perantaraan Para Kudus
di surga, karena mereka adalah karunia yang telah Allah percayakan
kepada dunia. Berapa banyak tumor dan kanker yang menghilang melalui
perantara Para Kudus? Berapa banyak penyakit telah disembuhkan melalui
perantara Para Kudus? Sejarah menunjukkan perantara yang menakjubkan
dari Para Kudus dan persekutuan mereka dengan kita.
Saya
menganjurkan anda sekalian untuk memeriksa peristiwa-peristiwa sejarah
mengenai Para Kudus yang dikanonisasi dan proses kanonisasi itu sendiri.
Saya juga menganjurkan untuk memeriksa peristiwa-peristiwa mengenai
penampakan Bunda Maria khususnya Lourdes dan Fatima. Allah kita bukanlah
Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. (Mat 22:32; Mrk 12:27)
Kristus
adalah Satu-satunya Pengantara yang benar, tetapi kita dan Para Kudus
yang berada dalam persekutuan dengan kita telah dikaruniai untuk berbagi
dalam satu kepengantaraan tersebut.
Lebih
jauh lagi, kita tidak boleh pernah melupakan Orang Kudus terbesar dari
semuanya, St. Perawan Maria. Pada pesta perkawinan di Kana, adalah St.
Maria yang menyampaikan permintaan dari pasangan mempelai supaya mereka
memiliki lebih banyak anggur. Yesus melakukan mujizat pertamanya,
mengubah air menjadi anggur, untuk ibu-Nya. (Yoh 2:1-11)
Semoga
kita tetap berada dalam persekutuan dengan Allah dan semua Para
Kudus-Nya, karena mencintai dan menghormati Para Kudus adalah berarti
menghormati Allah (bdk Gal 1:24) karena Para Kudus adalah keindahan dari
ciptaan dan kehendak-Nya.
Persekutuan
Para Kudus merupakan tanda dari realitas Tritunggal Mahakudus. Semua
manusia menggemakan gambar Tritunggal Mahakudus. Karena Tritunggal
Mahakudus adalah persekutuan Pribadi-pribadi Ilahi, sebuah persekutuan
Cinta Kasih (Kej 1:26), maka sangat masuk akal bahwa apa yang Ia
ciptakan dalam gambar dan rupa-Nya akan terikat satu sama lain dalam
sebuah persekutuan Cinta Kasih yang sama.
Kita layak untuk memberikan perhormatan kepada Para Kudus dan Para Malaikat karena persatuan mereka dengan Pencipta meraka,Allah Bapa Seperti 1 Yoh 3:2 jelaskan, “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” Jika demikian, maka Para Kudus layak untuk dihargai dan dihormati.
sumber : http://www.indonesianpapist.com/2011/11/katekese-mengenai-persekutuan-para.html
EmoticonEmoticon