Pesta Maria Magdalena
Pada 3 Juni 2016 lalu, Paus Fransiskus menaikkan tingkat perayaan St. Maria Magdalena dari peringatan menjadi pesta. Apa makna perubahan ini? Apa alasan melakukan perubahan ini? Benarkah Magdalena ini seorang pelacur?
Maria Erlinda Handayani, Surabaya. [Penanya]
Pertama, dalam Dekrit yang dikeluarkan Kongregasi Vatikan untuk Ibadat Ilahi dan Tata-Upacara Sakramen dikatakan bahwa menaikkan tingkat perayaan liturgis St. Maria Magdalena menyamakan tingkat perayaan St. Maria Magdalena dengan Para rasul laki-laki. Ini berarti pengakuan akan kesetaraan gender dan martabat perempuan dengan pria. Sekaligus hal ini mengakui kenyataan bahwa secara kronologis Magdalena adalah saksi dan pewarta pertama kebangkitan Kristus (Mat. 28:1-10). Dialah pewarta Injil yang pertama. Karena itulah St. Thomas Aquinas menyebut St. Maria Magdalena sebagai “Rasul dari para Rasul”, karena dialah yang pertama mewartakan kebangkitan Yesus kepada para rasul dan kemudian para rasul mewartakan kepada dunia.
Peningkatan perayaan liturgis ini juga merupakan pengakuan akan kekhasan misi yang dilakukan perempuan ini, yaitu mewartakan Kabar Gembira itu kepada Para Rasul. Magdalena diakui sebagai perempuan yang mencintai Kristus dan sebaliknya juga dia sangat menyayangi Kristus. Perempuan seperti ini yang dijadikan Kristus sebagai pewarta pertama kebangkitan-Nya. Maka dia menjadi “teladan dan model bagi setiap perempuan dalam Gereja”. Magdalena bisa dianggap sebagai “paradigma pelayanan perempuan dalam Gereja”. Paus Fransiskus selanjutnya menulis, “St. Maria Magdalena adalah sebuah teladan dari Evangelisasi sejati dan otentik ; dia adalah evangelis yang mewartakan pesan sentral dan gemberi dari Paskah.”Uskup Agung Arthur Roche, Sekretaris Kongregasi Vatikan untuk Ibadat Ilahi dan Tata Upacara Sakramen mengatakan bahwa dalam konteks Tahun Suci Kerahiman Ilahi, perubahan ini mengajak kita merenungkan lebih mendalam lagi tentang “martabat perempuan, Evangelisasi baru, dan kebesaran misteri Kerahiman Ilahi.”
Kedua, dalam tradisi Kristiani, Magdalena dikaitkan dengan tiga sosok dalam Injil, yaitu pertama, Maria dari Magdala (Luk. 8:2), kedua, wanita yang berdosa yang meminyaki kaki Yesus dan membasuh dengan air matanya (Luk. 7:36-50) dan ketiga, Maria saudari Lazarus dan Marta dari Bethania (Luk. 10:38-42; Yoh. 11:1-46; 12:1-8). Uskup Agung Arthur Roche tidak secara khusus menentukan mana dari ketiga perempuan itu yang dirujuk. Dia hanya menegaskan bahwa yang bisa dipastikan ialah bahwa Maria Magdalena adalah bagian dari kelompok para murid Yesus. Dia mengikuti Yesus dengan setia sampai di bawah kaki salib. Dia pula yang mendapatkan penampakan Yesus di dekat makam-Nya. Tidak dikatakan latar belakang Maria Magdalena sebelum menjadi murid Tuhan. ini berarti bahwa apapun dan siapapun masa lalunya, Yesus melihat dan menghargai perubahan dalam dirinya, cinta kasihnya yang sedemikian besar dan meninggikan dia sebagai murid-Nya yang pertama mewartakan kebangkitan-Nya.
Ketiga, penafsiran bahwa Maria Magdalena adalah mantan pelacur terjadi dalam Sejarah Gereja, bahkan dilakukan oleh para bapa Gereja, seperti Agustinus, Ambrosius, Efren, dan Paus seperti Gregorius Agung dalam khotbah 14 September 591, sehingga terciptalah tradisi bahwa Maria Magdalena adalah mantan pelacur (bdk. Hidup No. 16, 21 April 2013). Menurut saya, ini adalah kesalahtafsiran, Ungkapan “yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat” (Luk. 8:2) tidak harus ditafsirkan sebagai dosa seksual yang sangat berat, yaitu sebagai pelacur. Ungkapan itu bisa diartikan sebagai penyembuhan dari aneka penyakit. Demikian pula, Maria dari Magdala harus dibedakan dengan Maria dari Betania, sebab secara geografis kedua kota itu berjauhan. Magdala ada di tepi pantai, sedangkan Betania berada dekat Yerusalem.
Konsultasi Iman “Majalah Hidup-Mingguan Katolik, 26 tahun ke 70- 26 Juni 2016” hlm. 13, oleh Petrus Maria Handoko CM, Imam Kongregasi Misi, Doktor Teologi Dogmatik Universitas Gregoriana Roma.
EmoticonEmoticon