Benarkah Gereja Katolik Mengubah 10 Perintah Allah? |
Bagi
Gereja Katolik penghinaan, fitnah dan tuduhan tidak benar sudah menjadi hal
biasa. Sejak abad pertama, Gereja Katolik telah menjadi bulan-bulanan para
bidat. Meskipun Gereja Katolik menghadapi tuduhan bertubi-tubi namun tetap
kokoh hingga abad ke 21 ini. Salah satu tuduhan konyol dan tidak berdasar
aliran dan sekte non-Katolik adalah Gereja
Katolik mengubah sepuluh perintah Allah. Bagaimana kita menjawab tuduhan
konyol dan dangkal tersebut? Berikut tim jalapress menjelaskan secara
sederhana.
Pertama,
Ayat dan Bab dalam Alkitab diberikan kemudian oleh Bapa Gereja dan Para Uskup.
Demikian pula penomoran 10 perintah Allah tidak ada dalam Alkitab. Penomoran
yang dipakai saat ini berasal dari dua orang Bapa Gereja yaitu St. Agustinus
dan Origen. Secara sederhana kita mengetahui bahwa penomoran Kitab Suci baru
ada pada abad pertengahan. Oleh sebab itu Gereja Katolik mengikuti salah satu
pengelompokkan atau penomoran dari St. Agustinus. Tidak ada satupun ayat yagn
dihilangkan oleh Gereja Katolik.
Kedua, St.
Agustinus dikenal sebagai Doctor of the Church atau Pujangga Gereja. Gereja
Katolik mengikuti pengelompokkan atau penomoran sepuluh perintah Allah menurut
St. Agustinus. Berikut sepuluh perintah Allah menurut pengelompokkan St.
Agustinus:
- Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
- Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)
St.
Agustinus memisahkan mengingini isteri sesame dan hak milik karena berpandangan
bahwa manusia atau perempuan lebih berharga daripada harta milik/hak milik.
Perempuan atau isteri perlu diperlakukan sebagai citra Allah yang dihormati
sebagai manusia sama dengan laki-laki.
Ketiga,
sepuluh perintah Allah dalam Puji Syukur.[1]
- Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
- Kuduskanlah hari Tuhan
- Hormatilah ibu-bapamu
- Jangan membunuh
- Jangan berzinah
- Jangan mencuri
- Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
- Jangan mengingini istri sesamamu
- Jangan mengingini milik sesamu secara tidak adil
Sekilas sepuluh perintah Allah dalam Puji Syukur berbeda dengan
point pertama. Namun perlu kita ketahui bahwa Kitab Suci juga perlu
ditafsirkan. Puji Syukur menafsirkan isi dari ayat yang ada pada poin pertama
dan memperluas makna dari berhala. Karena berhala bukan hanya patung yang
dituhankan melainkan juga hal-hal duniawi yang mengikat manusia seperti uang,
nafsu dan lain sebagainya. Oleh sebab itu tidak ada perbedaan makna antara sepuluh
perintah Allah pada poin pertama dengan sepuluh perintah Allah dalam Puji
Syukur.
Keempat,
Origen dikenal sebagai Bapa Gereja yang pada suatu waktu pernah mengajarkan
doktrin yang tidak sesuai dengan Kitab Suci. Salah satunya ia mengajarkan bahwa
jiwa-jiwa yang berada di nearakan pada akhirnya masuk surga. Berikut pengelompokkan
sepuluh perintah Allah menurut Origen:
- Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan (ay. 2,3)
- Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit, di bumi dan di dalam bumi. (ay. 4)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu (ay. 17).
Keempat, Dengan demikian kita
mengetahui bahwa Gereja Katolik megnikuti pengelompokkan yang diajarkan oleh
St. Agustinus, sementara Gereja-gereja Timur dan Protestan mengikuti
pengelompokkan Origen.
Penulis:
Silvester Detianus Gea
[1] Sumber :
Puji Syukur no 1
Nihil Obstat : Dr. A.M Sutrisnaatmaka, M.S.F
Imprimatur : BI Pujaraharja
Nihil Obstat : Dr. A.M Sutrisnaatmaka, M.S.F
Imprimatur : BI Pujaraharja
EmoticonEmoticon