Yesus Tidak Mempunyai Saudara Kandung |
Banyak
orang Kristen non-Katolik mengajarkan bahwa Yesus mempunyai saudara kandung.
Mereka selalu merujuk beberapa ayat dalam Kitab Suci untuk menguatkan
argumentasi yang mereka sampaikan. Beberapa ayat yang selalu mereka kutip untuk
mengatakan bahwa Yesus punya saudara kandung antara lain, Mat 3:31; 6:3; 12:46; Yoh 2:12, Mat 12:46. Hal itu mereka yakini karena mengutip kata “anak sulung”
pada Matius 1:25 dan kata “tetapi tidak bersetubuh
dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki…(bdk. Mat. 1:24-25).
Bagaimana kita menanggapi tuduhan atau pengajaran semacam itu?
Pertama, istilah
“saudara” yang dalam bahasa Yunani disebut Adelphos- tunggal/Adelphoi- jamak. Kata “adelphos/ saudara”
mempunyai banyak arti, antara lain saudara seiman (Kis 1:12-15; 11:1;
15:3,23,32; 21:7), saudara sebangsa (Yer 34:9; Neh 5:7; Kis 7:26; 13:15,38;
22:1; 28:17,21; Rom 9:3), dan kerabat (1Taw 15:5-18, 2 Raj 10:13).
Kedua, Abraham dalam Perjanjian Lama menyebut Lot sebagai
saudara, padahal Lot keponakan Abraham (bdk. Kej. 13:8; 14:14,16). Selain itu,
Laban memanggil Yakub sebagai saudara, padahal Yakub adalah keponakannya (bdk.
Kej. 29:15). Selanjutnya Daud memanggil “saudara” kepada Yonatan (bdk. 2 Sam.
1:26). Bahkan Yesus sendiri menyebut “saudara-saudara” kepada Rasul Petrus, “jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-
saudaramu” (Luk 22:32). Kita dapat mengetahui apakah Yakobus dan Yusuf
adalah saudara Yesus apabila melihat ayat-ayat lain. Injil Matius 27:56 dan
Markus 15:40 menyebut nama-nama perempuan yang melihat Yesus dari jauh. Adapun
perempuan-perempuan itu bernama Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf,
dan ibu anak-anak Zebedeus (bdk. Mat 27:56). Selain itu, Markus 15:40 menyebut
nama Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome. Setidaknya dari
ayat-ayat itu kita bisa menyimpulkan bahwa ada beberapa Maria antara lain, Maria Ibu Yesus/IbuNya
(bdk. Yoh. 19:26-27), Maria ibu
Yakobus, Yusuf Simon dan Yudas (Yoh. 19:26-27), Maria saudara
Lazarus dan Maria Magdalena.
Dengan demikian jelas bahwa Maria ibu Yakobus dan Yusuf tidak sama dengan Bunda
Maria ibu Yesus. Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) disebut sebagai salah satu
perempuan yang menyaksikan penyaliban dan kuburan Yesus yang kosong (bdk. Mat 27:56; Mrk 15:40, Mrk 16:1; Luk 24:10)
Ketiga, Gereja
Katolik sangat berhati-hati dalam menafsirkan Kitab Suci karena terlebih dahulu
mempertimbangkan bahasa Yunani. Seperti diketahui bahwa kata “Saudara” tidak
selalu saudara kandung. Meskipun Alkitab menyebut bahwa Yesus “Anak Tunggal”
namun ia tidak memiliki saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan.
Kalimat yang menyebut “saudara-saudara” tidak pernah merujuk kepada anak Maria
atau anak Yusuf. Sementara kalimat lain selalu mengarah kepada Yesus seperti anak tukang kayu. Bila kita selidiki lebih lanjut
Mrk. 6:3 meneybut anak Maria yang dalam bahasa Inggris berarti the son of Mary. Kalimat itu menunjukkan
bahwa Yesus anak satu-satunya.
Keempat,
kita mengetahui bahwa dalam budaya Yahudi/Israel tidak mungkin adik-adik
bertindak tidak sopan terhadap kakaknya. Tindakan ‘saudara-saudara’ yang
menilai bahwa Yesus tidak waras dan hendak mengambil dia dari hadapan umum
tidak mungkin dilakukan oleh saudara-saudara kandung Yesus yang usianya lebih
muda daripada Yesus. Dengan demikian jelas bahwa ‘saudara-saudara’ yang
dimaksud bukanlah saudara kandung Yesus.
Kelima, Peristiwa penyerahan Maria kepada Yohanes (bdk.
19:25-27) hendaknya semakin memperjelas bahwa Yesus tidak mempunyai
saudara-saudara kandung. Jika Maria mempunyai anak selain Yesus tentu Yesus
tidak akan menyerahkan Maria kepada Yohanes karena bertentangan dengan
ajaran/hukum Perjanjian Lama. Sederhananya jika Maria punya anak selain Yesus
atau Yesus punya saudara kandung, setidaknya ia memberikan pesan/wasiat kepada
Yohanes agar saudara-saudaranya mengurus Maria. Seperti diketahui bahwa
Perjanjian Lama memberikan kewajiban kepada anak untuk merawat dan
memperhatikan orangtuanya.
Keenam, kata “anak sulung” (bdk. Mat. 1:25) adalah istilah
yuridis yang diberikan pada anak laki-laki pertama. Menurut Perjanjian Lama, “anak
sulung” laki-laki harus ditebus 40 hari setelah ia lahir (bdk. Kel. 34:20).
Oleh sebab itu, sebutan “anak sulung” tidak menunjuk pada nomor pada urutan
lahir. Dengan demikian kata “anak sulung” diberikan sebelum seorang anak
mempunyai adik dengan kata lain kata itu bukan rujukan yang menunjukkan bahwa
ada saudara-saudara/adik-adik setelah itu. Kiranya kita dapat mengerti bahwa
kata ‘anak sulung” merupakan petunjuk kepada kedudukan khusus atau
keistimewaan. Hal itu kita dapat temukan pada Mazmur 89:27, dimana Daud disebut
sebagai ‘anak sulung.” Padahal kita ketahui bahwa dia adalah anak Isai yang
kedelapan (bdk. 1 Sam. 16). Dengan demikian Yesus disebut sebagai ‘anak sulung’
menunjuk kepada keistimewaan dan kedudukan Yesus sebagai penyelamat manusia.
Ajaran Bapa Gereja Katolik[1]
Pertama,
Tertullian (213), “Dan sungguh, ada seorang perawan… yang melahirkan Kristus,
supaya semua gelar kekudusan dapat dipenuhi di dalam diri orang tua Kristus,
melalui seorang ibu yang adalah perawan dan istri dari satu orang suami.”
(Tertullian, On Monogamy, 8).
Kedua,
St. Athanasius (293-373) menyebutkan Maria sebagai Perawan selamanya/ ever
Virgin. (St. Athanasius, Discourses Against the Arians, 2, 70,
Jurgens, Vol.1, n. 767a).
Ketiga,
St. Gregorius Nissa (330-395): “Sebab jika Yusuf mengambilnya [Maria]
untuk menjadi istrinya, demi maksud mempunyai anak-anak, mengapa Maria merasa
heran pada saat pemberitaan kabar [oleh malaikat Tuhan], sebab jika demikian ia
sendiri telah menerima bahwa akan menjadi ibu menurut hukum kodrat?” (St
Gregory of Nyssa, On the Holy Generation of Christ, 5)
Keempat,
St. Epifanus (374): Allah Putera …. telah lahir sempurna dari Maria yang suci
dan tetap Perawan oleh Roh Kudus….” (St. Epiphanus, Well Anchored Man, 120).
Kelima,
St. Hieronimus (347- 420) tidak hanya menyebutkan keperawanan Maria, tetapi
juga keperawanan Yusuf (lih. St. Jerome, The Perpetual Virginity of Blessed
Mary, Chap 21).
Keenam,
St. Agustinus dan St. Ambrosius (415), mengajarkan keperawanan Maria sebelum,
pada saat dan sesudah melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan
selamanya (Lih. St. Augustine, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens,
vol.3, n. 1518 dan 1974d). “Dengan kuasa Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa
merusak keperawanan Bunda Maria, seperti halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia
dapat datang ke dalam ruang tempat para murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua
pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26).” (St. Augustine, Letters no. 137).
Selanjutnya, St. Agustinus mengajarkan, “It is not right that He who came to
heal corruption should by His advent violate integrity – Adalah tidak
mungkin bahwa Ia yang datang untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah
merusak keutuhan pada awal kedatangan-Nya.” (St. Agustinus, Sermon 189,
n.2; PL 38, 1005)
Ketujuh,
St. Petrus Kristologus (406- 450): “Sang Perawan mengandung, Sang Perawan
melahirkan anaknya, dan ia tetap perawan” (St. Petrus Kristologus, Sermon
117).
Kedelapan,
Paus St. Leo Agung (440-461) :“…a Virgin conceived, a Virgin bare and a
Virgin she remained.- [Ia adalah seorang Perawan yang mengandung, Perawan
melahirkan, dan ia tetap Perawan.” (Paus St. Leo Agung, On the Feast of the
Nativity, Sermon 22:2).
Kesembilan,
St. Yohanes Damaskinus (676- 749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia yang
tetap Perawan, bahkan tetap perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah
sampai akhir hidupnya berhubungan dengan seorang pria… Sebab meskipun dikatakan
Ia [Kristus] sebagai yang ‘sulung’…. arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir
pertama kali, dan tidak menunjuk kepada kelahiran anak- anak berikutnya.” (St.
Yohanes Damaskinus, Orthodox Faith, 4:14 ).
Ajaran Pendiri Gereja Protestan[2]
Pertama, Martin
Luther (1483-1546): “Kristus Penyelamat kita, adalah buah yang nyata dan alami
dari rahim Maria yang perawan …. Ini adalah tanpa kerjasama dari laki-laki, dan
ia tetap perawan setelah itu. […] Kristus… adalah Anak laki-laki yang tunggal
dari Maria dan Perawan Maria tidak melahirkan anak-anak lain selain Dia … Saya
cenderung setuju dengan mereka yang menyatakan bahwa ‘saudara-saudara’ itu
sesungguhnya berarti ‘saudara-saudara sepupu’ sebab Kitab suci dan orang-orang
Yahudi selalu menyebut saudara sepupu sebagai saudara-saudara.” ((Martin
Luther, Sermons on John)).
Kedua,
John Calvin (1509-1564): Calvin mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria
mempunyai banyak anak. Calvin mengatakan, “Helvidius menunjukkan ketidaktahuan
yang berlebihan dengan menyimpulkan bahwa Maria mempunyai banyak anak, sebab
saudara-saudara Yesus kerap kali disebut.” ((John Calvin, Harmony of
Matthew, Mark & Luke, sec. 39 (Geneva, 1562), vol. 2 / From Calvin’s
Commentaries, tr. William Pringle, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1949, p.215;
on Matthew 13:55))
Ketiga,
Ulrich Zwingli ((1484-1531):
“Saya
yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni
melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap
murni dan tetap perawan (‘forever remained a pure, intact Virgin’).”
(Zwingli Opera, Corpus Reformatorum, Berlin, 1905, v. 1, p. 424).
Penulis:
Silvester Detianus Gea
EmoticonEmoticon