Kanon dan Non Kanon





Kata “Kanon” dalam bahasa Yunani berarti Tongkat atau Buluh, yang dipakai untuk menugukur panjangnya suatu benda. Karena itu, kata “Kanon” berarti “ Ukuran atau Patokan”. Ketika dipakai dalam bahasa Kitab Suci, Kanon berarti ukuran yang dipergunakan untuk menentukan apakah tulisan-tulisan tertentu termasuk dalam Kitab Suci atau tidak. Kata itu berarti daftar Kitab yang diterima sebagai kitab yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dan menjadi bagian dalam Kitab Suci. Dengan ditetapkannya Kanon Kitab Suci menjadi jelas kitab-kitab mana saja yang oleh Gereja diterima sebagai Kitab Suci, sumber dan pedoman iman Kristiani.

Kanon Kitab Suci sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah lagi. Tulisan-tulisan yang termasuk dalam Kanon itu disebut Kitab Kanonik. Artinya, asal-usul dan wibawa ilahinya sebagai tulisan yang diilhami oleh Roh Kudus, membuat Kitab-Kitab itu diakui oleh Gereja dan diterima sebagai pedoman iman. Allah sendiri yang sebenarnya bekerja ketika para penulis suci menuliskan karyanya sehingga tulisan tersebut memuat Sabda Allah di dalamnya. Yohanes Kalvin menentukan Kanon Kitab Suci berdasarkan kesaksian batiniah Roh Kudus dan Martin Luther menentukannya berdasarkan kecocokkan kitab tertentu dengan ajaran mengenai pembenaran oleh iman.

Dalam Gereja Katolik diakui bahwa penentuan Kanon Kitab Suci dilakukan oleh seluruh warga Gereja di bawah bimbingan para pemimpinnya. Dikatakan demikian karena criteria penting dalam penentuan daftar ini adalah penggunaannya dalam liturgi Gereja yang melibatkan seluruh warga Gereja. 

Dalam proses pembentukan Kanon Kitab Suci itu rupanya criteria yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Apakah isi Kitab itu benar-benar mengungkapkan iman Gereja, dan tidak sekedar perasaan atau iman seseorang.

2. Apakah kitab tersebut diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh Gereja.

3. Apakah kitab tersebut dari awal diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh Gereja.

Ada banyak kitab lain yang ditulis dan beredar tetapi tidak diterima sebagai tulisan yang diilhami oleh Roh Kudus. Di antara tulisan-tulisan itu terdapat berbagai tulisan yang dimaksud untuk menyampaikan atau mengisahkan hal-hal yang tidak ditulis dalam kitab-kitab Kanonik untuk menanggapi keingintahuan umat. Misalnya Injil Thomas ( Nama Bohongan: yang menggambarkan kehidupan Yesus sebagai seorang anak yang mempunyai kekuatan supranatural ) yang mirip dengan ayat Al-quran Surah Ali Imran: “Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung..( QS. Ali Imran )”; “Pada suatu kali Yesus membuat mainan berbentuk burung dari tanah liat kemudian menghembusnya sehingga menjadi burung yang hidup ( Injil Thomas )”. Pada kesempatan lain Yesus mengutuk seorang anak yang melemparkan batu kepada-Nya sehingga anak itu mati.

Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, pada Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik). Penulis pernah memposting tulisan yang sama di website: https://mengenalimankatolik.wordpress.com/2014/07/27/kanon-dan-non-kanon/


EmoticonEmoticon