1. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya.
Pater Groenen ofm mengutip Surat Ibrani ( 13:8 ) yang berbunyi:
“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai
selama-lamanya.” Menurut Groenen Surat Ibrani tersebut berisikan
“pengakuan iman dari jemaat rasuli sekitar tahun 80 Masehi. Konteks
pengakuan iman ( Ibr. 13:7-9 ) menekankan bahwa Yesus Kristus tidak
boleh berubah dan karena itu tidak boleh diubah atau diganti. Penulis
Surat Ibrani meneguhkan iman jemaat pada saat itu yang terancam
meninggalkan atau mengubah Yesus seperti yang ditawarkan kepada mereka.
Mereka yang dahulu menjadi mengikuti Yesus memikirkan, merumuskan, dan
mengkonsepkan Yesus, yang bertolak dari pengalaman paskah. Itulah yang
kemudian hari disebut “kristologi,” sebuah cabang teologi dogmatis.
Kristologi (Yunani: Khristos artinya kristus dan logos artinya
pengetahuan atau ilmu) adalah logos mengenai Kristus, pemikiran mengenai
Yesus Kristus, sasaran iman kepercayaan Kristen.
Sejarah Yesus Kristus dalam pemikiran orang Kristen bukanlah Yesus
Kristus sendiri, melainkan masyarakat dan budaya, tempat umat Kristen
mengkonsepkan dan membahasakan Yesus Kristus. Oleh karena itu dapat
terjadi orang Kristen menemukan segi dan aspek tertentu yang mula-mula
belum disadari dan dilihat. Yesus Kristus sangat relevan dan bermakna
bagi orang Kristen karena tokoh itu menentukan eksistensi, keberadaan
manusia. Oleh sebab itu Yesus tidak dapat dipisahkan dari karya,
penampilan, dan keterlibatan-Nya bagi manusia. Dari alasan ini,
kristologi tidak dapat dipisahkan dari soteriologi (Yunani: soter
berarti penyelamat, penebus, dan logos berarti pengetahuan atau ilmu)
yaitu pemikiran tentang penyelamatan, tentang relevansi Yesus Kristus,
tentang karya-Nya berkenaan dengan keselamatan manusia.
2. Apa yang dipelajari dalam Kristologi?
Berkristologi berarti merefleksikan iman sebagai orang yang percaya
kepada Yesus Kristus. Tugas umum Kristologi adalah menyelidiki,
merenungkan, merumuskan, dan menyampaikan keyakinan iman Kristen bahwa
Yesus dari Nazareth adalah Kristus dan Tuhan. Dalam nama “Yesus Kristus”
hanya bagian pertama merupakan nama diri yaitu “Yesus”, sedangkan
bagian kedua yaitu “Kristus” bukanlah nama diri melainkan sebuah gelar.
Kata “Kristus” (ejaan bahasa Indonesia ini menerjemahkan ejaan bahasa
Yunani “Kristhos”) dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani “Mesias”
(“Almasih”) yang berarti yang telah diurapi. Yesus telah diurapi oleh
Allah menjadi Juru Selamat Dunia. Kata-kata “Yesus Kristus” yang
diucapkan sebagai satu kesatuan itu merupakan juga suatupengakuan iman.
Suatu pengakuan bahwa “Yesus adalah Kristus” atau “Yesus itu Kristus.”
Pewartaan (Kerugma) seperti ini mudah ditemukan dalam Kitab Suci:
misalnya, “Yesus itu Putra Allah” atau “Yesus adalah Tuhan” (lih. Mat.
14:33; Mrk. 15:39; Kis. 2:36; 1 Kor. 8:6). Pengakuan iman yang sama juga
terungkap juga dalam sandi berupa gambar ikan pada abad-abad pertama
masehi, ketika orang orang Kristen di Roma dianiaya. Dalam Katakombe
mereka ikan yang merupakan sandi atau kode pengakuan iman. Kata Yunani
untuk ikan adalah “IKHTUS” yang merupakan singkatan dari: Yesus Khristhos Theou Huios Soter) yang artinya: “Yesus Kristus
Allah-punya-Putra Penyelamat.”
Kalau dewasa ini (abad XXI) kita berkristologi, kita selalu mengandaikan
dan tetap terpengaruh kepada iman yang sudah dimiliki, pemikiran yang
sudah dirumuskan pada abad-abad yang lalu. Yang mencolok adalah bahwa
adanya perbedaan (diskontinuitas) antara Yesus sebagaimana hidup di
Palestina pada masa itu dan Kristus iman. Perbedaan Yesus sejarah dan
Kristus dari pewartaan iman tidak boleh membuat kita berpikir untuk
memisah-misahkan keduanya. Yesus sejarah dan Kristus iman memang
terdapat kesamaan (kontiunitas) juga. Maka tugas khusus Kristologi ialah
sambil mengikuti iman tradisi Kristiani, kita mesti sampai kepada
keyakinan yang sama dan menegaskan juga bahwa Yesus itu Kristus dan
Kristus adalah manusia Yesus yang pernah tinggal di Nazareth.
3. Jalan atau pendekatan-pendekatan kristologi
a. Mendekat-Nya sebagai “sungguh-sungguh manusia”
Para rasul mendekati Yesus dengan cara ini, yaitu mulai dengan melihat
Yesus sebagai manusia. Yesus seorang manusia biasa sebagaimana orang
sejamannya menjumpai. Pendekatan ini berusaha mengenal, mencintai, dan
mengikutiNya secara sungguh-sungguh.
b. Mendengarkan dan menghubungi-Nya melalui kerugma/kesaksian jemaat awal
Untuk mendapat pengertian tentang Yesus, kita harus merenungkan dan
menyelidiki pewartaan jemaat awal tentang diri Yesus. Dengan merenugkan
amanat dalam kerygma dan kesaksian iman para Rasul dan segenap umat
purba, Yesus Kristus akan semakin hidup bagi kita.
c. Melalui kesaksian iman kita menggali historis
Keharusan membaca Injil bukan hanya mau merenungkan kerugma yang
disampaikan melainkan juga menembusi kesaksian iman itu untuk melihat
apa yang ada di belakang semua kesaksian para rasul dan murid Yesus.
Dengan memahami Yesus sebagai manusia, kita dapat bertemu dengan
Kristus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia.
d. Mendekati Yesus sebagai Allah dari Allah: Kristologi dari Atas
Pewahyuan diri Allah Bapa dalam Yesus, hanya mungkin karena adanya
kesatuan Yesus dengan Bapa dalam Roh Kudus, yang sekaligus Roh Allah
Bapa dan Roh Yesus. (trinitaris dan pneumatis).
Sumber:
Mateus Beny mite, Pengalaman Akan Yesus Dari Masa Ke Masa, Jakarta: Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi, 2008, hlm. 1-2.
Mateus Beny mite, Pengalaman Akan Yesus Dari Masa Ke Masa, Jakarta: Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi, 2008, hlm. 3-6.
Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, pada Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik). Penulis pernah memposting tulisan yang sama di website:
EmoticonEmoticon