Semua yang diwahyukan oleh Allah dan tertulis dalam Kitab Suci
dikarang oleh Allah dan ditulis dengan ilham Roh Kudus. Dalam mengarang
Kitab-Kitab dalam Kitab Suci, Allah telah memilih para penulis suci
(dalam bahasa Yunani : hagiograf) dan Ia bekerja di dalam dan melalui
mereka. Dalam bekerja, para hagiograf mempergunakan kecakapan dan
kemampuan mereka untuk menuliskan hanya yang dikehendaki oleh Allah.
Mereka berbicara pada orang Israel yang tinggal di Timur Tengah, pada
zaman tertentu sehingga tidak luput dari pengaruh zaman dan tempat
mereka hidup.
Mereka pun mempergunakan cara-cara yang biasa dipergunakan oleh manusia
pada zamannya untuk berbicara dan berkomunikasi dengan sesama. Cara
berbicara dan berkomunikasi meliputi berbagai jenis sastra yang
dipergunakan oleh manusia zaman itu. Jenis-jenis sastra ini dipakai
untuk mengemas pesan dan kebenaran yang hendak disampaikan oleh para
penulis. Karena itu, setiap tulisan dalam Kitab Suci harus dibaca
menurut jenis sastra yang digunakan. Jenis sastra menjadi sebuah
petunjuk bagaimana sebuah tulisan harus dibaca dan dipahami/ditafsir.
Orang harus memperhatikan jenis sastra yang digunakan lalu menyelidiki
apa yang disampaikan oleh para Hagiograf dan apa yang disampaikan Allah
dengan kata-kata mereka. Kalau tidak, orang akan mengambil kesimpulan
yang salah.
Sebuah peribahasa haruslah dibaca sebagai peribahasa, untuk dapat
memahami pesan yang disampaikan. Contoh : “Karena nila setitik, rusak
susu sebelangan”. Orang akan mengetahui bahwa kalimat itu sebuah
peribahasa, yang dipakai untuk mengungkapkan rusaknya nama kelompok
karena perilaku buruk satu orang. Demikian juga, kalau orang membaca
Midrash atau cerita yang dianggap bermakna sebagai sejarah, kesimpulan
yang diambil pasti akan salah.
Dalam Gereja Kitab Suci dibacakan di hadapan umat dan untuk umat, supaya
umat dapat memahami pesan yang disampaikan di dalamnya. Firman itu
harus dibacakan dengan baik dan benar supaya umat dapat mengerti. Sebuah
kutipan Kitab Suci haruslah dibaca menurut jenis sastranya. Jika
kutipan itu berupa perumpamaan bacalah sebagai perumpamaan; bila berupa
surat, bacalah sebagai surat; bila sebagai puisi, bacalah sebagai puisi.
JENIS – JENIS SASTRA KITAB SUCI
1. SEJARAH
Sejarah ditulis untuk menyampaikan peristiwa- peristiwa yang terjadi di
masa lampau. Dalam pengertian modern sejarah yang ditulis harus
berbicara tentang peristiwa itu sedekat mungkin dengan kejadian
sesungguhnya. Karena itu, seorang sejarawan harus bisa menunjukkan
bukti-bukti kebenaran dari sejarah yang ditulis. Dengan demikian tulisan
seorang sejarawan adalah hasil dari sebuah penyelidikan ilmiah dan jauh
dari kecenderungan subjektif.
Ketika orang membaca Kitab Suci, sejarah dalam pengertian seperti itu
tidak dapat ditemukan. Hal-hal yang dianggap penting dalam sejarah
modern, seperti nama tokoh yang berperan dan tahun terjadinya peristiwa,
seringkali tidak ditulis. Siapa nama Firaun yang berkuasa di Mesir
ketika orang Ibrani tinggal di negeri itu sebagai budak? Tahun berapa
perbudakan itu terjadi dan tahun berapa mereka melarikan diri dari
negeri itu?
Sejarah Alkitabiah ditulis untuk menunjukkan bagaimana Allah berperan
dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang dialami oleh orang Israel. Para
penulis Kitab Suci tidak bingung mencari bukti-bukti untuk menunjukkan
bagaimana sejarah yang ditulisnya itu sungguh terjadi. Sejarah
alkitabiah memang berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masa lampau yang dialami oleh Bangsa Israel. Tetapi, ditulis sedemikian
rupa sehingga menjadi jelas bagaimana Allah berkarya dalam peristiwa
tersebut.
2. NOVEL RELIGIUS
Ada empat Kitab dalam kelompok Kitab Sejarah yang berupa Novel, yakni
Rut, Tobit, Yudit dan Ester. Dalam empat Kitab ini penulis menggunakan
jenis sastra Novel religius untuk menyampaikan ajaran dan pendidikan
iman. Para penulis Kitab-Kitab ini memang tidak bermaksud menyusun
laporan historis, tetapi menyampaikan ajaran iman dalam kemasan cerita.
Barangkali memang ada singgungan sejarah, tetapi rupanya nama raja,
kota, dll, dipergunakan oleh penulis agar kisahnya menjadi lebih hidup
dan menarik.
3. EPOS
Epos adalah kisah mengenai tokoh yang sungguh hidup di masa lampau,
tetapi sudah tercampur dengan unsur-unsur imajinatif mengenai tokoh
tersebut. Unsur-unsur tersebut ditambahkan untuk menunjukkan kehebatan
sang tokoh dan untuk mengungkapkan kekaguman terhadapnya, walaupun tidak
jelas siapa yang menambahkannya. Epos diceritakan secara lisan di
kalangan rakyat, sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa rakyat.
Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan banyak epos. Misalnya: Musa, dan
Keluaran dari Mesir, Yosua, Hakim-hakim, Elia, dan Elisa. Tokoh-tokoh
ini hidup di masa lampau. Cerita tentang tokoh-tokoh tersebut dalam
Kitab Suci penuh dengan mukjizat. Hal ini menunjukkan jika mereka adalah
pilihan Allah dan Allah bekerja melalui mereka. Epos diceritakan kepada
orang-orang Israel supaya mereka tetap percaya pada Tuhan.
4. PUISI ATAU SYAIR
Dalam Kitab Kebijaksanaan, Kitab Para Nabi, dan Mazmur banyak
menggunakan puisi sebagai jenis sastra. Dalam Perjanjian Lama tampak
bahwa puisi merupakan ungkapan hati yang secara spontan lahir dalam
berbagai kesempatan (berkabung, pesta, dsb) dan diungkapkan dalam kata.
Sebagaimana layaknya puisi, puisi dalam Kitab Suci menggunakan banyak
kiasan atau perbandingan yang diambil dari dunia dan zaman di mana puisi
itu lahir.
5. HUKUM
Hukum-hukumyang ada dalam Kitab Suci semuanya terdapat dalam Kitab
Taurat. Hukum dalam Taurat dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni
kalimat-kalimat pendek, tegas, dan resmi yang disertai dengan ancaman
hukuman terhadap mereka yang melanggar dan perintah atau anjuran untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Silvester Detianus Gea
Penulis telah menyelesaikan Strata I di Universitas Atma Jaya-Jakarta, Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi (Sekarang Pendidikan Keagamaan Katolik).
Tulisan yang sama pernah diposting oleh penulis di website https://mengenalimankatolik.wordpress.com/2014/07/27/mempergunakan-bentuk-sastra-dalam-kitab-suci/
1 comments:
Menarik bahwa: Cara berbicara dan berkomunikasi meliputi berbagai jenis sastra yang dipergunakan oleh manusia zaman itu.
Mengingatkan saya akan Dante Alighieri dengan pusi-puisinya dalam Komedi Illahi. Saya mencoba menulis blog tentang nya di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/12/wwancara-dengan-dante.html
.
EmoticonEmoticon