Martin Luther: Maria adalah ratu




Banyak aliran masa kini merasa terganggu jika menyebut nama Maria, Bunda Yesus dalam sebuah perkumpulan. Mereka langsung tertuju pada ‘prasangka’ bahwa tindakan itu akan menduakan Yesus. Bahkan mereka tertuju pada ‘prasangka’ bahwa itu tergolong sebagai penyembahan kepada Maria, Bunda Yesus. Tentu saja pikiran semacam ini sangatlah sempit dan picik, karena tidak bertanya kepada sumber awal kekristenan atau kepada induk dari aliran-aliran itu, yang justru lebih mengenal dan memahami iman Katolik dengan benar. Salah satu yang perlu mereka pahami adalah pendapat pendahulu dari Protestan (1517) tentang Maria, ibu Yesus. Penganut-penganut Protestan awal sangat mengenal iman Katolik dengan benar bahkan mengakuinya. Namun aliran-aliran masa kini yang terus berkembang karena perpecahan membuat ajaran tanpa ada kendali dan patokan yang jelas dan baku. Berikut adalah pendapat atau sanjungan Martin Luther terhadap Bunda Maria, ibu Yesus.

“Apakah persamaan dari para dayang istana, bangsawan, raja, ratu, pangeran dan Kaisar dunia bila dibandingkan dengan Perawan Maria, Putri Daud. Ia adalah Bunda dari Allah kita, Pribadi yang amat agung di bumi ini. Setelah Kristus, dialah permata terindah dalam kekristenan. Sang Ratu yang ditinggikan di atas segala kebijaksanaan, kesucian dan ke¬agungan ini tak akan pernah cukup dipuji”.

Kemudian Martin Luther melanjutkan sanjungan itu: “Sungguh pantas apabila sebuah kereta kencana emas mengiringi dia, dengan ditarik oleh empat ribu kuda dengan abdi utusan yang meniup sangkakala serta dengan lantang ber¬seru: "Lihatlah dia, Bunda Yang Agung, Putri Umat Manusia" tetapi yang ada hanyalah: seorang Perawan berjalan kaki dalam sebuah perjalanan jauh untuk mengunjungi Elisabet. Perjalanan ini ditempuhnya walaupun saat itu ia sudah menjadi Bunda Allah. Bukan merupakan sebuah keajaiban apabila kerendahan hatinya dapat membuat gunung-gunung melonjak menari sukacita”.

Lantas Martin Luther mengutip Nyanyian Pujian Maria untuk menunjukkan betapa Maria layak dihormati. “Melalui perkataannya sendiri dalam Magnificat (Lukas 1:46-55), dan melalui pengalamannya, Maria mengajar kita bagaimana caranya mengenal, mengasihi dan memuji Allah... Sejak awal, umat manusia telah menyimpulkan segala kemuliaan yang diberikan kepada Maria di dalam sebuah kalimat: "Bunda Allah". Sekalipun manusia mempunyai lidah sebanyak daun di Pohon, rumput di padang, bintang di langit atau pasir di lautan, tak seorangpun mampu mengatakan hal yang lebih agung kepada Maria atau mengenai Maria. Perlu direnungkan dalam hati apakah artinya menjadi seorang Bunda Allah”

Referensi
1.    William Johnston SJ. Mistik Kristiani. Sang Rusa Terluka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1987.
2.    Frans Harjawiyata OCSO. Kehidupan Devosional Dalam Gereja-gereja Timur. Seri Sumber Hidup 16. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Cetakan pertama 1993.
3.    Dr. Alexander Roman. Orrologion. Martin Luther on the Mother of God. Dalam http://orrologion.blogspot.com/2006/01/martin-luther-on-mother-of-god.html.









EmoticonEmoticon