Devosi kepada Bunda Maria


Mengapa orang Katolik berdoa kepada Bunda Maria, misal untuk meningkatkan jumlah imam, biarawan-biarawati, menjaga keutuhan keluarga? Bukankah Bunda Maria itu juga manusia, bukan Allah? Bahkan sebagai manusia, hanya Yesus adalah satu-satunya manusia yang benar (Doa Syukur Agung kelima), dan Maria tidak termasuk?


Maria Yustina Mirawati, Kediri [Penanya]


Pertama, dalam kodrat insani-Nya, Yesus memang adalah “satu-satunya Manusia yang benar (DSA V), artinya Yesus tidak terkena noda dosa asal, maka tidak membutuhkan penebusan. Di lain pihak, sebagai manusia keturunan Adam, Maria juga seharusnya terkena noda dosa asal, tetapi berkat jasa penebusan Putranya yang masihi akan dilakukan, Maria dilindungi dari sengat dosa asal, sehingga sebagai manusia, Maria tetap suci murni. Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Dalam arti ini, Maria tidak termasuk manusia yang benar, tetapi manusia yang dibenarkan (ditebus) oleh Yesus Kristus, Putranya. Penebusan Maria disebut penebusan pencegahan.

Kedua, meskipun Maria adalah juga manusia seperti kita, Maria mempunyai beberapa keistimewaan. Sebagai pribadi, iman Maria kepada Allah dan Putranya sangat menonjol. Perjanjian Baru memberikan kesaksian akan keunggulan iman Maria ini. Maria juga mempunyai keistimewaan lain, yaitu dialah satu-satunya wanita (manusia) yang telah menyatukan diri dengan Sang Sabda dan melahirkan Sabda yang menjadi manusia Yesus. Sang Sabda menerima kemanusiaanNya dari Bunda Maria. Kedekatan Maria dengan Yesus ini mempunyai dampak langsung kepada kita murid-murid Yesus. Karena Yesus menerima dari Maria, ibu-Nya, hidup sebagai Sabda yang menjelma, dan kemudian Yesus memberikan hidup itu kepada kita murid-murid yang percaya kepada-Nya, maka Maria juga menjadi Bunda kita. Yesus menunjukkan hal ini ketika tergantung di salib. Yesus memberikan Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya (Yoh. 19:26-27).

Keistimewaan-keistimewaan Maria inilah yang membuat Maria ikut mengambil bagian dalam peran Yesus Kristus sebagai pengatara kita kepada Allah. Seperti tampak dalam perkawinan di Kana. Maria bertindak proaktif mengatasi kesulitan kekurangan anggur yang terjadi. Karena partisipasi Maria inilah, Yesus akhirnya mengubah air menjadi anggur untuk memecahkan permasalahan dalam perkawinan di Kana itu.

Ketiga, seperti dalam perkawian di Kana, kita boleh membawa permohonan kita kepada Bunda Maria agar kemudian melalui Putra dibawa kepada Allah Bapa. Setiap doa pada akhirnya tetap ditujukan kepada Allah Bapa. Kita juga bisa berdoa melalui santa-santo lainnya, yang juga mengambil bagian dalam kepengantaraan Yesus. Dibandingkan santa-santo lainnya, Maria adalah pribadi yang paling unggul, paling istimewa.

Keempat, Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Bunda Penebus (1987), melihat Maria hadir sebagai ibu dan ikut ambil bagian dalam masalah-masalah rumit masa kini, baik berkaitan dengan individu, keluarga, masyarakat maupun bangsa. Gereja melihat Maria ikut menolong dalam perjuangan Gereja melawan kejahatan. Bunda Maria memastikan bahwa Gereja tidak jauh atau jika sudah jatuh, Gereja dapat berdiri tegak kembali utuk melanjutkan memanggul salibnya dengan setia sampai kahir. Itulah sebabnya mengapa kita juga memohon pertolongan Bunda Maria dalam permasalahan-permasalahan kita. Sebagai ibu, Maria sangat peduli dan tidak membiarkan kita sendirian seprti yatim piatu.

Kelima, seringkali ada umat yang berdevosi kepada Maria secara berlebihan. Bunda Maria seolah dipertentangkan dengan Yesus: jia Yesus tidak mengabulkan maka kita akan minta melalui Bunda Maria. Kadang juga, Maria diunggulkan lebih daripada Yesus, karena alasan-alasan kedekatan emosional. Seolah Maria adalah sumber pengampunan dan belaskasihan. Praktik yang demikian ini, tentu saja tidak sesuai dengan ajaran resmi Gereja dan perlu dikoreksi.

Disunting oleh Silvester Detianus Gea

Konsultasi Iman “Majalah Hidup-Mingguan Katolik, 40 tahun ke 71- 01 Oktober 2017” hlm. 19, oleh Petrus Maria Handoko CM, Imam Kongregasi Misi, Doktor Teologi Dogmatik Universitas Gregoriana Roma.


EmoticonEmoticon