Menjawab Tuduhan Terhadap Iman Katolik


 
 
1. Alkitab mengajarkan bahwa bayi-bayi dan anak-anak tidak dilarang untuk dibaptis (Kis. 2:39). Tidak ada ajaran baptis percik dalam Gereja Katolik. Karena baptis itu (baptizo) bukan selam.

Yesus dan para rasul tidak sekalipun memutlakkan dan mengharuskan cara baptis tertentu misalnya harus selam, harus dicurahkan dikepala. Gereja Katolik bisa memakai semua cara kecuali tidak memakai cara percik. Oleh sebab itu jangan heran jika ditempat tertentu Gereja Katolik membaptis dengan cara selam, baru-baru ini di Malaysia. Sebagaimana dishare oleh kak Arakian Sanga Mateus. Gereja Katolik bisa menuangkan air di kepala sebanyak tiga kali.

Gereja katolik memutlakkan Rumusan baptis yakni Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Demikian pula dokumen Para Rasul tidak mengharuskan atau memutlakkan suatu cara, tetapi tergantung kondisi dan situasi. Para Rasul memutlakkan dan mengharuskan rumusan Trinitaris.

Mari kita lihat Didache Bab 7. Mengenai baptisan.

1 Dan mengenai baptisan, baptislah begini: Setelah meninjau semua pengajaran ini, baptis di dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, di dalam air yang mengalir (sungai, laut).

2 Tetapi jika air mengalir tidak tersedia, maka baptisalah kedalam air lainnya (kolam atau bak); air dingin diutamakan, tetapi jika tidak tersedia (lakukan) di dalam air hangat.

3 Tetapi jika itu maupun tersedia, curahkan air tiga kali ke atas kepala di dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

4 Tetapi sebelum baptisan, baiklah yang bertugas berpuasa, dan juga orang yang dibaptis, dan semua orang lain yang bisa; Pastikan untuk memerintahkan orang yang akan dibaptis untuk berpuasa satu atau dua hari sebelumnya.


2. Yesus sendiri memberikan teladan selibat, tidak beristri demikian pula Rasul Paulus dan beberapa rasul lainnya. Yesus mengajarkan ada yang tidak menikah demi kerajaan Surga (Mat. 19:12) dan demikian pula dengan Rasul Paulus yang mengajarkan bagaimana seorang yang tidak beristri berpusat pada Tuhan (1 Kor. 7:29-34). Maka yang masuk surga pun orang-orang yang terpilih yang tidak mencemari diri mereka (Wahyu 14:4-5).

3. Yesus satu-satunya pengantara tidak meniadakan bahwa ia mempunyai Para rasul dan murid. Tidak menutup kemungkinan adanya pengantar sekunder. Tidak ada pengantara yang sama dengan Yesus namun mereka teman sekerja Yesus. Maka kami dalam satu persekutuan umat baik yang sudah beralih maupun yang masih di dunia tetap saling mendoakan karena persekutuan kami tidak binasa karena maut

Dalam 1 Tim 2:1-2 Rasul Paulus mengajarkan agar kita “menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”. Jadi yang melakukan doa syafaat/ pengantaraan bukan saja hanya Kristus dan Roh Kudus, namun kita semua diundang untuk berdoa syafaat, saling mendoakan satu sama lain. Para beriman atau semua orang kudusdiajar untuk berdoa atau berdoa syafaat, dan ini diajarkan dalam 32 ayat yang lain dalam Perjanjian Baru. Namun tentu saja doa syafaat kita ini hanya dapat terjadi karena Pengantaraan Kristus yang satu-satunya (lih. 1 Tim 2:5) itu, dan tidak bisa terlepas dari Kristus. Gereja Katolik percaya bahwa Kristus berdoa syafaat bagi kita kepada Allah Bapa di dalam Roh Kudus, seperti secara sempurna terlihat dalam Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi diadakan di dalam nama Kristus, dan tidak pernah dinyatakan di dalam nama Maria atau dalam nama para kudus, baik Santa ataupun Santo.

Masalahnya, ada banyak orang menganggap bahwa para orang kudus (Santa/ Santo) yang sudah meninggal sudah tidak ada hubungannya dengan orang- orang yang masih hidup di dunia, karena mereka sudah “mati”, tidak bernafas. Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa para kudus yang sudah meninggal itu tidak mati, melainkan tetap hidup. Sebab yang mati hanya tubuhnya, tetapi jiwa orang- orang kudus tersebut tetap hidup bersama Tuhan, karena itulah yang dijanjikan oleh Kristus sendiri, khususnya dalam Yoh 11:25, Rom 8:11, Yoh 3: 16; Yoh 6:58 maupun Yoh 8:51. Maka “mati” di sini artinya bukan tidak bernafas, melainkan tidak hidup lagi di dunia. Dalam perikop Roti Hidup di Injil Yohanes, disebutkan bahwa orang-orang beriman yang di Surga tetap adalah orang-orang kudus yang hidup, karena Kristus, Sang Roti Hidup, telah memberi kehidupan kekal kepada mereka (lih. Yoh 6:54).

Yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya, mempunyai hidup kekalYoh 11:25-26: Yang percaya kepada Kristus akan hidup walaupun ia sudah mati1 Yoh 3:2: Kelak kita akan menjadi sama seperti KristusWhy 5:8; Why 8:3-4: Doa syafaat para tua-tua di surgaYak 5:16: Doa orang benar besar kuasanya1 Kor 3:9: Maut kalah (tambahan dari Katolisitas).

4. Maria dikandung tanpa dosa karena kehendak- Allah

Pertama, perlu dibedakan terlebih dahulu antara dosa asal dan dosa pribadi. Dogma tentang Maria dikandung tanpa noda dosa, yang dinyatakan secara ex-cathedra oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854, berbicara tentang dosa asal. Di lain pihak, Rom. 3:23 berbicara bukan tentang dosa asal, tetapi tentang dosa pribadi. Pertanyaan tersebut mencampur-adukkan antara dosa asal dan dosa pribadi.

Kedua, berbicara tentang dosa asal, dogma itu nampaknya bertentangan dengan pernyataan Paulus pada Rom. 5:12.18-19 (bukan Rom 3:23!)bahwa semua orang mewarisi dosa Adam. Dogma itu berarti bahwa semua orang seharusnya terkena dosa asal, tetapi dalam hal pribadi Bunda Maria , sengat dosa asal tidak pernah menyentuhnya sejak saat pertama keberadaannya di dunia ini. Maria dibebaskan bukan hanya dari sengat dosa asal, tetapi juga akibat dari dosa asal. Terbebasnya Maria terjadi bukan karena pahala atau kekuatan Maria sendiri, tetapi karena pahala yang masih akan dihasilkan oleh Yesus dalam misteri Paskah-Nya. Dalam hal ini, muncul pertanyaan yang sama, apa artinya “semua orang terkena dosa asal” jika ternyata Maria dinyatakan bebas dari sengat dosa asal.

Ketiga, berkaitan dengan dosa pribadi, Gereja mengajarkan bahwa Maria tetap suci sampai akhir hidupnya. Dalam hal pikiran, perkataan, perbuatan, dan kelalaian, Maria terbebas dosa sampai akhir hidupnya. Jadi, dosa pribadi juga tidak pernah mengenai pribadi Maria. Maria terbebas dari semua dosa pribadi. Ajaran tentang kesucian Maria inilah yang nampaknya bertentangan dengan pernyataan Paulus pada Rom 3:23, bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” Sekali lagi, muncul pertanyaan tentang apa arti kata “semua.” Keempat, dalam surat-suratnya, Paulus seringkali menggunakan kata “semua”. Kata “semua” bisa dimengerti dala arti mutlak, numerik, distributive, artinya “semua” mencakup setiap orang yang ada. Kata “semua” juga bisa dimengerti dalam arti kolektif, artinya sebagian besar dari apa yang ada. Misal dalam Roma 5:12.18-19, Paulus menyatakan bahwa semua orang terkena dosa asal. Kata “semua” di sini pasti tidak termasuk Yesus, juga Adam dan Hawa sebelum kejatuhan dalam dosa. Pengertian “semua” dalam arti kolektif ini, juga digunakan dalam Rom 3:9-10, “Kita telah menuduh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar’,seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakalbudi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”. Sekali lagi kata “semua” di sini pasti tidak termasuk Yesus, Adam dan Hawa sebelum kejatuhan dalam dosa. “semua” di sini harus dimengerti dalam arti kolektif, bukan distributif. Gereja percaya bahwa Maria sebagai Hawa Baru, juga termasuk yang tidak terkena.

Kelima, kesucian Maria sampai akhir hidupnya ditunjukkan oleh Kej 3:15, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”. Kata permusuhan berarti tidak ada kompromi antara keduanya, atau bahwa ada pertentangan total antara keduanya. Seandainya Maria sudah jatuh ke dalam dosa, pasti permusuhan itu tidak total atau Maria sudah tunduk pada kekuasaan dosa. Demikian pula, sapaan Malaikat pada Maria “yang penuh rahmat” (Luk 1:28; Gratia Plena) menunjukkan bahwa dalam pribadi Maria tidak ada celah sedikitpun untuk dosa. Gelar “yang penuh rahmat” diberikan kepada Maria seolah menjadi gelar khusus Maria yang menunjuk pada kesucian Maria (Rm. Petrus Maria Handoko-dalam Majalah hidup).

5. Ekaristi bukan pengudusan berkali-kali melainkan mengenang Perjamuan Yesus. Di mana ia berkata perbuatlah ini sebagai peringatan akan aku (1 Kor. 11:23-27). [Dalam buku Karl Keating-Katolik dan Fundamentalis]

6. Umat Katolik tidak menyembah Ilahi lain

Dalam Kitab bdk. Kel. 20:4-5 dikatakan 'Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada DI LANGIT di atas, atau yang ada DI BUMI di bawah, atau yang ada dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...

Kemudian Tuhan menyuruh Musa membuat patung ular tembaga (Bil. 21:4-9) dan menyuruh Salomo membuat patung Malaikat (1 Raj. 7:1-51). Semua benda itu dipakai untuk sarana. Misalnya patung ular tembaga untuk menyembuhkan dari bisa ular tedung dan patung malaikat tuk sarana dalam ibadah.

Dalam Kel. 20:4-5 dikatakan jangan membuat patung yang menyerupai 'APA YANG ADA DI BUMI DAN DILANGIT'. Benarkah ULAR dan MALAIKAT tidak ada di bumi dan di langit/surga??. Jika memang ada lalu apa maksud Tuhan dalam Kel. 20:4-5?

Tuhan memaksudkan agar sarana atau patung atau patung malaikat jangan dijadikan tuhan. Apakah boleh dipakai sebagai sarana? Tentu saja sebagaimana Musa dan Salomo. Kami umat Katolik memakai patung sebagai sarana sebgaimana Musa dan Salomo. [Disadur oleh Silvester Detianus Gea]

Sekali Katolik, sampai akhir hayat tetap Katolik.


EmoticonEmoticon