WR Soepratman, Tokoh Katolik





Kami menulis buku dengan judul "Mengenal Tokoh Katolik Indonesia: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara", dalam bentuk bunga rampai/antologi karena belakangan ini ada seorang penulis ( tepatnya pada tahun 2008) yang mengatakan W.R. Soepratman bukan seorang Katolik. Padahal buku Sejarah Nasional Edisi Pertama yang ditulis oleh M. Sapija dengan jelas menulis bahwa W.R. Soepratman adalah seorang penganut agama Katolik. Demikian pula data dari Keuskupan Agung Jakarta menulis bahwa W.R. Soepratman adalah seorang penganut Katolik. Jika kita membiarkan pemalsuan sejarah maka kita telah membiarkan kejahatan merajalela, dan akibatnya fatal dikemudian hari. Pemalsuan sejarah adalah kejahatan, maka kejahatan harus dilawan.

Wage Rudolf Soepratman atau dikenal dengan W. R Soepratman dilahirkan di Somongari, pada tanggal 9 Maret 1903. Ayahnya bernama Joemeno Kartodikromo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Roekijem adalah kakak sulung Soepratman. W. R. Soepratman adalah seorang penganut agama Katolik yang taat, Rudolf adalah nama baptisnya. Pada tahun 1914, W.Soepratman ikut serta bersama Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Wage Rudolf Soepratman belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun. Kemudian beliau melanjutkan ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar, dan menjadi seorang guru. Setelah beberapa saat menjadi guru, Wage Rudolf Soepratman pindah kerja di sebuah perusahaan dagang. Setelah beberapa waktu lamanya Wage Rudolf Soepratman memutuskan pindah ke Bandung menjadi wartawan harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu sendiri tetap dilakukannya meskipun pada akhirnya tinggal di Jakarta. Ketika di Jakarta Wage Rudolf Soepratman mulai tertarik dengan organisasi pergerakan nasional. Beliau akhirnya bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda. Rasa cintanya terhadap Indonesia semakin hari semakin besar sehingga membuatnya ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan bangsanya. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana caranya, karena ia hanya seorang wartawan dan pemain musik hingga suatu hari, secara kebetulan WR Soepratman membaca artikel berjudul Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat dalam majalah Timboel terbitan Solo. Membaca artikel ini, hati Soepratman tergerak. Dan merasa tulisan itu seolah ditujukan kepada dirinya.

Wage Rudolf Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang, tidak lama kemudian minta berhenti dan pulang ke Makassar. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik. Wage Rudolf Supratman merasa tertantang ketika melihat kemahiran kakak iparnya, Willem Van Eldik. Pada saat tinggal di Jakarta Wage Rudolf Supratman membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli music Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Wage Rudolf Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Ketika beliau di Bandung pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.

Wage Rudolf Soepratman adalah komponis Indonesia pertama yang menciptakan lagu-lagu pujian untuk perjuangan. Selain Indonesia Raya, ia mengarang lagu Dari Barat Sampai ke Timur (1925), Bendera Kita (1927), Ibu Kita Kartini (1931) yang semula berjudul Raden Ajeng Kartini, Bangunlah Hai Kawan (1931), Indonesia Hai Ibuku (1927); dan tiga lagu lain yang dia ciptakan di Surabaya: Mars Parindra (1937), Mars Surya Wirawan (1937), dan Matahari Terbit (1938).

Pada tanggal 28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda II dimana para tokoh pergerakan nasional dan perwakilan para pemuda berkumpul untuk menyatukan visi mencapai Indonesia Merdeka. W.R. Soepratman juga hadir dan pertama kalinya beliau memperdengarkan lagu Indonesia Raya secara instrumental dengan biola (tanpa syair). Mengapa dikumandangkan lagu Indonesia Raya itu secara instrumental? Atas usulan Soegondo Djojopuspito, dengan alasan menjaga situasai politik dan kondisi saat itu. Banyak hadirin terpukau dengan lagu itu. Lagu tersebut telah berhasil mewakili keinginan rakyat Indonesia untuk segera merdeka dari Belanda.

Lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan di depan umum pada saat itu. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan terlebih dahulu. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Wage Rudolf Soepratman diburu oleh Polisi Hindia belanda akibat menciptakan lagu Indonesia Raya. Pada awal Agustus 1938 Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu “Matahari Terbit”, kemudian beliau menyiarkannya bersama pandu-pandu di NIROM, jalan Embong Malang, Surabaya. Wage Rudolf Supratman akhirnya ditangkap oleh Belanda dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Wage Rudolf Supratman meninggal di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun. Hari kelahiran Wage Rudof Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional.


Daftar Pustaka
1. Bernadus Barat Daya dan Silvester Detianus Gea. 2017. Mengenal Tokoh Katolik Indonesia: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional, Hingga Pejabat Negara. Labuan Bajo: Yakomindo. hlm. 14-20.
2. http://www.kaj.or.id/page/15 p=bigoofyxbazqr&wpmp_switcher=desktop

Penulis: Silvester Detianus Gea
First

27 comments

Kayaknya bukan Katolik deh
Kalo kakaknya yg menikah dengan orang Belanda ya kakaknya Katolik

Tapi WR Supratman sendiri tidak diketahui jelas agamanya apa. Menurut wiki, WR Supratman muslim


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Wage_Rudolf_Supratman

Tahun 2016 Keuskupan mengeluarkan buku yang menampilkan bahwa WR. Soepratman adalah seorang Katolik. Anda bisa baca dalam pertemuan bagian 4 buku Pemandu. Isi wikipedia diambil dari tulisan pemutar balik sejarah yang ditulis tahun 2008 oleh penganut Ahmadiyah.

Anda bisa pula membaca dalam website Keuskupan Agung Jakarta: http://www.kaj.or.id/page/15?p=bigoofyxbazqr&wpmp_switcher=desktop

Kami kutipkan tulisan di web Keuskupan Agung Jakarta

keluarga

Orang Katolik, meskipun sedikit, sejak dulu sudah menjadi pionir bagi bangsa Indonesia. WAGE RUDOLF SOEPRATMAN , misalnya, menyumbangkan karya Gereja dalam bentuk Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Semua orang mengingat dan menyanyikan lagu ciptaannya. Kekatolikan kita tampak dalam bahasa yang indah dan lagu yang megah. Mgr. Soegijapranata juga mewakili orang Katolik dalam bidang iman dan sekaligus kebangsaan. dalam hal inilah iman dan kesadaran sebagai warga negara yang baik tampak. Apakah sumbangan Anda pada bangsa ini?

Pernahkan Anda mengetahui bahwa banyak bahasa di Indonesia juga menyumbang kekayaan liturgi Gereja Katolik di Indonesia? Barangkali kita perlu menginspirasi keluarga dan anak-anak untuk memikirkan kreativitas seperti ini. Kita bukanlah pendatang. Kita pemilik bangsa ini dan pembentuk fondasi hidup masa depan anak-cucu kita. Berikanlah fondasi kebangsaan yang mendalam, agar Gereja Katolik benar benar berguna bagi hidup semua orang di negara tercinta ini.
Rosario Merah Putih adalah tanda cinta bangsa kita pada Indonesia dan berdoa bersama seluruh bangsa ini. Mari berdoa bagi tanah tumpah darah kita. Mari berkarya dan bangga pada negara ini sambil melakukan sesuatu yang kecil maupun besar bagi hidup bersama yang lebih baik. Kita adalah para utusan Tuhan bagi masyarakat yang ada di sekitar kita. Kehadiran kita harus memberkati orang di sekitar kita, supaya mereka makin melihat Tuhan dalam diri kita yang percaya pada Yesus Kristus di bawah panji Katolik.

Keluarga adalah tempat setiap orang belajar menjadi manusia seutuhnya. Mari belajar berdisiplin di jalan, membuang sampah pada tempatnya, berbudaya antri, mari melihat kesempatan untuk berbuat baik dan menunjukkan teladan pada semua orang di sekitar kita. Gereja Katolik tidak boleh menutup diri pada kepentingan peribadatan saja. Kita ada di dunia untuk suatu misi membesarkan Kerajaan Allah di dunia, khususnya di tempat kita hidup dan tinggal. Selamat hari kemerdekaan! Tuhan memberkati.

Salam Keluarga Kudus
Alexander Erwin MSF
Komisi Kerasulan Keluarga KAJ
Gedung Karya Pastoral
Jl. Katedral 7
Jakarta10710

http://www.kaj.or.id/page/15…

Makanya baca sejarah, disitu pasti kurang update,,,, aku dah baca serial pahlawan dari gramedia terbitan 2010 tebal 365 halaman harga 210.000 mkn dah habis stok,,, ada penjelasan bahwa ia adalah umat katedral jakarta,,,

Ngapain dipermasalahkan agamanya yang jelas dia seorang katolik tdk mungkin yayasan katolik di kaltim menggunakan namanya sebagai nama sekolah kalau bukan katolik. Ingat negara ini tidak berdiri diatas satu agama tetapi semua agama. Dari lagu hening cipta liriknya sama dengan salah satu lagu kedukaan katolik.

Sumbernya Sapija. Sapija juga menulis Patimura itu nama aslinya Thomas Matulesi. Belakangan terungkap, yg benar Mat Lusi atau Ahmad Lusi. Akan halnta Wage, ada buku yg menyatakan ia memasukkan nama rudolf agar diterima masuk sekolah, dan wage akrab sekali dg saudara kandung Kartini.Tapi kita juga mencatat, Soegijapranata itu valid murtad dari Islam menjadi katolik. Btw, kita harus legawa untuk mengakui, bhw kolonialisme Barat itu membawa tiga kepentingan integral: gold, glory, dan gospel.

Dari mana ke katholikan dikenal?
Secara formal kapan & siapa yg membaptisnya, bgmn pandangan hidupnya (Katholik kah?), bgmn keterlibatannya dalam Gereja sendiri?
Dst

@Nur, Pattimura adalah gelar yang diberikan kepada ahli perang. Tidak ada pahlawan bernama Mat Lusi, atau ahmad lusi, kalau ada sudah pasti bohong dan karangan. Benar bahwa nama asli Pattimura adalah Thomas Matullesy. Itu penulis Mat lusi atau ahmad lusi sama dengan penulis buku Gajah Mada menjadi Gaj Ahmada.

Mahen Rose@Wage Rudolf Soepratman menjadi seorang Katolik ketika tinggal di Maester Cornelis atau Jatinegara saat ini. Rudolf adalah nama Baptis beliau, data mengenai beliau ada di Katedral Jakarta, bila saudara ingin membuktikan silahkan datang dan tanya di Katedral Jakarta mengenai Kekatolikannya.

NAMA WAGE RUDOLF SOEPRATMAN (W.R. SOEPRATMAN) DIABADIKAN SEBAGAI NAMA SEKOLAH KATOLIK

SMK KATOLIK W. R. SOEPRATMAN 020 SAMARINDA

Sekolah Katolik di Mahakam Ulu berdiri pada bulan Juli tahun 1911 di Kampung Laham hasil kerjasama para misionaris dengan kepala kampung Laham dan Long Hubung. Pada tahun 1926 didirikan sekolah Katolik di Tering dan Long Pahangai. Selanjutnya pada tahun 1938 berdiri sekolah Katolik di Mamahak Besar, Barong Tongkoq, Juaq Asa dan Melapeh. Semua sekolah yang berdiri setingkat sekolah rakyat, yang ditempuh selama 4 tahun.

Pada tahun 1933 di Tering berdiri sekolah rakyat, yang ditempuh selama 6 tahun yang berasrama. Kemudian SMA Katolik di Samarinda berdiri tahun 1963. Kemudian berdiri SDK, SMPK, TK dan SPGK. Periode pendirian sekolah-sekolah katolik di Samarinda tersebut terjadi selama kurun waktu 1960-1970.

Tepatnya SMA Katolik mulai beroperasi pada 1 Agustus 1963. Seluruhan sekolah katolik di wilayah Keuskupan Samarinda di kelola oleh Yayasan Pendidikan "Pembangun Rakyat" yang berdomisili di Samarinda.

Lembaga pendidikan SMA ini dikukuhkan kembali dengan di keluarkan SK. No. 1445/A-2/1979 tertanggal 30 Agustus 1979. Perkembangan status sekolah dimulai dari tingkat terdaftar, berbantuan, diakui dan terakhir disamakan.

Berikut Urutan Kepala Sekolah ( nama dan tahun menjabatnya) :

1. Pastor Lucky, MSF tahun 1963 – 1964.

2. Pastor Hendrowarsito, MSF tahun 1964 – 1965.

3. B. Maryanto, BA tahun 1965 – 1966 (s/d. pertengahan tahun ajaran).

4. Y. Soekarno, BA tahun 1965 – 1966 (s/d. akhir tahun ajaran).

5. Al. Nereng, BA tahun 1966 – 1969.

6. P. Lasdi Harsosusanto, BA tahun 1969 – 1973.

7. Y. Sumarman, BA tahun 1974 – 1977.

8. D. Jenau Abeh, BA tahun 1978 – 1984.

9. Drs. Yully Redzie tahun 1984 – 1990.

10. Drs. P. Lasdi Harsosusanto tahun 1991 – 2002.

11. Dra. Agnes Husun tahun 2002 – 2010.

12. Rita Tipung Uvat, S.Pd tahun 2010.

Disunting dengan seperlunya oleh Silvester Detianus Gea

Sumber: http://www.smaksoepratman.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=12&profil=Sejarah%20Singkat

Kiranya jelas bahwa beliau beragama Katolik. Karena Gereja Katolik tidak memakai nama pahlawan tertentu sebagai nama Yayasan atau Sekolah jika bukan seorang Katolik. Meskipun menghormati semua pahlawan dari berbagai agama. Dan dalam data di atas namanya jelas sudah dipakai sebagai nama sekolah Katolik sejak tahun 1911. Yang mengklaim beliau islam Ahmadiyah adalah tidak benar. Karena Ahmadiyah baru ada tahun 1925 di Padang bukan di Jawa atau di Makassar.

Saudari Nur, logikanya jika benar penjajah Belanda dulu membawa misi agama ke negara ini sudah sangat pasti negara ini saat ini mayoritas berisi agama si VOC. Dan sudah barang tentu pula missionaris² yang coba masuk ke negara ini dulu dimudahkan semua, namun justru sejarah otentik memaparkan bahwa mereka justru dipersulit oleh VOC karena kuatir rakyat di negara ini menjadi pintar² semua kemudian membangkang pada VOC pada akhirnya.

Jadi mari, rasional dan fakta otentik sejarah yang dikedepankan, bukan asumsi liar eksklusif semata.

Salam

Nur
Jika kolonisasi VOC benar membawa 3G sudah dipastikan negeri ini akan mayoritas Kristiani...
Namun faktanya adalah justru banyak misionaris melakukan penginjilan secara sembunyi2 agar tidak tertangkap oleh tentara VOC.
Istilah 3G yg selama ini dikenal dan diajarkan oleh buku2 sejarah generasi 90an adalah istilah dipakai untuk menciptakan paradigma "anti Kristiani"

Mengenai WR. Soepratman...
Itulah sebabnya banyak penulis muslim/non Kristiani jarang memakai nama "RUDOLF" kepada Soepratman sebab sudah jelas nama WAGE RUDOLF SOEPRATMAN & RUDOLF adalah nama baptis Soepratman.
Dan jika terbukti WR. Soepratman terbukti Katolik sudah harusnya diatas makamnya terpasang salib.

Gak penting sebagai agama apa tp jelas dua adalah musisi.

Gak penting sebagai agama apa tp jelas dua adalah musisi.

hha coba cek di makam beliau
ngqkqk baca blok kalian

This comment has been removed by the author.

====
Tahun 2016 Keuskupan mengeluarkan buku yang menampilkan bahwa WR. Soepratman adalah seorang Katolik. Anda bisa baca dalam pertemuan bagian 4 buku Pemandu. Isi wikipedia diambil dari tulisan pemutar balik sejarah yang ditulis tahun 2008 oleh penganut Ahmadiyah.
===========================================================

Anda rupanya kurang teliti, wikipedia versi inggris jelas mengambil referensi dari buku lawas *Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya terbitan 1967* penulis *Oerip Kasansengari* adalah keluarganya , bahwa WR Supratman dimandikan dan dikuburkan menurut cara Islam, membantah klaim katolik

Misi katolik di indonesia ; ke depannya gmn?

Yang paling pas tanyakan sendiri pada beliau w.r soepartman..
Agamanya apa.?
Gitu aja kok repot.

This comment has been removed by the author.

Kenapa kalau katolik makamnya tidak berbentuk salib?

Saudara coba jelaskan ia menikah degan siapa dan disaat dinikahkan oleh siapa dan saat ia meningal bagaimna prosesi kematiannya ???
Coba jawab


EmoticonEmoticon