Kebencianku, Mengantarku Pulang

Silvester Detianus Gea
"Jangan takut jika banyak orang membencimu karena agamamu, karena kebencian itu yang mengantar mereka pulang pada kebenaran."
#DG#
Perjalan hidup setiap orang merupakan misteri yang tak terselami. Apalagi perjalanan hidup yang berkaitan dengan memilih agama yang akan dianut.
Tidak mudah untuk mengikuti apa yang sebelumnya dianggap menyimpang. Terlebih lagi telah tertanam dalam benak saya ajaran-ajaran yang diberikan ketika saya mengikuti sekolah minggu. Banyak sekali doktin-doktrin yang membuat saya menjadi anti terhadap Kristen Katolik.
Bapak saya seorang yang sangat taat dalam beragama, bahkan menjadi ketua lingkungan (bahasa Nias: Satua Niha Keriso) selama beberapa periode. Bapak saya juga aktif dalam mengajar Sekolah Minggu. Gereja saya dalam bahasa Nias bernama: Banua Niha Keriso Protestan (BNKP).
Saya belajar dasar-dasar iman di Sekolah Minggu, bahkan setiap pertemuan saya disuruh menghafal satu ayat dari Alkitab.
Saya sangat giat menghafal Alkitab karena diberi hadiah jika dapat menyebut hafalan itu di depan kelas. Bapak saya juga setiap malam dan pagi selalu mengajak berdoa dan bernyanyi dari buku Kidung Jemaat (buku Zinuno dalam bahasa Nias).
Semua teladan yang diberikan Bapak saya sungguh baik dan membekas dalam diri saya hingga sekarang. Ketika saya sudah beranjak remaja, bapak saya pulang ke rumah Bapa di surga. Meskipun demikian ibu selalu mendampingi saya agar memegang teguh iman kepada Yesus.
Saya tidak pernah merencanakan ataupun berpikir akan bergabung dalam persekutuan Gereja Katolik. Mengapa demikian? Karena saya mempunyai dasar pemahaman Sola Scriptura, Sola Gracia dan Sola Fidei.
Saya mempunyai prinsip bahwa Gereja Katolik tidak Alkitabiah (Sola Scriptura, apalagi sola lainnya). Saya sangat benci dengan patung-patung yang dipajang dalam Gereja Katolik, sebab saat itu saya memandang orang Kristen Katolik sedang berdoa pada patung. Apalagi ada doa Salam Maria dan Doa dengan perantaraan Para Kudus. Pada waktu itu saya mempunyai pemahaman bahwa orang mati tidak bisa didoakan lagi.
Masih banyak lagi hal yang saya pahami sebagai kesalahan besar dalam ajaran Katolik, sehingga membuat saya enggan untuk mengenal apa itu Kristen Katolik.
Kejadian yang tidak saya duga terjadi ketika saya merantau ke Jakarta. Panggilan saya untuk menjadi seorang Katolik justru semakin nyata. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya, meskipun pada waktu itu saya berprasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Ketika saya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya bekerja di sebuah perusahaan. Saat itu kos saya bersebelahan dengan seorang Katolik asal Palembang. Setiap hari minggu dia mengajak saya untuk pergi ke gereja. Namun saya selalu menolak dan saya memilih untuk tidur sepanjang hari.
Mungkin saja saat itu Tuhan berbicara melalui dia agar saya tidak malas ke gereja. Memang sebelumnya saya pernah ke Gereja yang berhaluan Protestan, namun saya bingung karena pahamnya berbeda dengan Protestan yang saya anut.
Kebingungan itu membuat saya malas untuk ke gereja. Namun, saya penasaran ketika seorang Katolik mengajak saya ke gerejanya. Saya juga belum pernah masuk dan mengikuti ibadah dalam Gereja Katolik.
Saya merasa tidak enak karena saya sering diajak, akhirnya saya ikut juga. Saat itu saya pergi ke Gereja Katolik Santo Paskalis-Cempaka Putih.
Ketika saya masuk, saya langsung melihat patung Yesus yang tersalib. Demikian pula saya juga melihat patung Bunda Maria dan patung santo-santa. Terlintas dibenak saya bahwa orang Katolik menyembah patung. Kemudian saya mulai masuk dan ikut-ikutan mengambil air suci, membuat tanda salib dan berlutut untuk berdoa. Saat itu saya belum mengerti apa-apa mengenai ajaran iman Katolik.
Ketika saya mengikuti Misa saya sangat kagum dengan tata liturgi, bacaan-bacaan Kitab Suci dalam liturgi Sabda dan rumusan-rumusan doa yang tertata. Susunan Liturgi ternyata sangat Alkitabiah. Apalagi Bacaan-bacaan yang saling berkaitan satu sama lain. Demikian pula doanya sangat tertata secara teologis.
Kekaguman saya itu membuat saya penasaran dan mencoba mempelajari tentang ajaran iman Katolik. Saya mulai bertanya-tanya kepada teman saya yang Katolik. Teman saya menjawab dengan rendah hati dan penuh kesabaran.
Ketika saya sudah berhenti bekerja, saya melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan. Saya pindah ke daerah Matraman.
Panggilan saya untuk menjadi seorang Katolik semakin nyata. Saya melihat begitu banyak orang Katolik yang sangat Alkitabiah dalam tindakan dan perbuatan. Tidak hanya berkata-kata kosong, namun menunjukkan buah dalam tindakan nyata. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut kelas Katekumen yang diajar oleh Bu Rudi.
Setelah mengikuti masa katekumenat selama setahun, saya dibaptis di Gereja St. Yoseph-Matraman pada tanggal 23 Desember 2009 dengan nama baptis: Silvester. Tanggal 24 Desember 2009 saya menerima komuni pertama dan menerima Sakramen Penguatan tanggal 2 Mei 2010. Saya bangga menjadi seorang Katolik!!!.
 ikuti page fb saya: https://www.facebook.com/Fransiskus-Silvester-Detianus-Gea-1616610711971357/, https://www.facebook.com/Catholic-Answers-838736829561435/, https://www.facebook.com/KatolikMenjawab01/

Grup di mana saya menjadi admin:  https://www.facebook.com/groups/332790860152562/, https://www.facebook.com/groups/1487823451540627/, https://www.facebook.com/groups/404030809750215/, https://www.facebook.com/groups/128555677759842/, https://www.facebook.com/groups/katolisitas.org/


EmoticonEmoticon